Minggu, 22 September 2013

UJIAN HIDUP

UJIAN HIDUP
Aku bingung dan tak tahu harus bagaimana, Banyak hal yang tak dapat kukatakan dan ku jelaskan, Banyak hal yang tak kau mengerti maksud hati dan semua ini, Maafkanlah... cobalah tuk mengerti dan memahami kenapa aku menjadi seperti ini, ini semua bukanlah keinginanku, aku juga nggak mau menjadi pribadi yang keras kepala, aku begini bukan karena kamu, ini semua karena obat itu. Secara perlahan obat itu telah merubahku menjadi pribadi yang keras kepala, taukah kamu, aku tak menginginkan semua ini.
“Aku ingin kamu bisa menerimaku apa adanya Zak, jangan paksa aku untuk berubah menjadi pribadi yang kamu inginkan, kalau kamu memang benar-benar mencintaiku, tolong terimalah semua kekuranganku ini, karena cinta tidak menuntut sebuah perubahan, kalaau cinta menuntut sebuah perubahan itu bukan cinta namanya melainkan sebuah perjanjian”, jelasku pada Zaki, “bukannya aku nggak mau menerima semua kekuranganmu em, aku hanya ingin melihatmu kembali seperti dulu, baiklah, aku mengerti, aku nggak akan memaksamu lagi, maafin aku”, jawab Zaki.
Hari ini adalah hari libur, Zaki mengajakku untuk keluar, kami pergi ke rumah Iza, dia adalah sahabatku, saat berada disana, Iza memutar musik, awalnya kita saling bercanda, tapi ketika Iza memutar lagu yang berjudul “pestamu dukaku”, Zaki sedikit menyindirku, bukannya aku meresapi lagu itu, tapi lagu itu adalah lagu kenanganku saat bersama Arif dulu, aku nggak bisa menahan air mataku, kini aku kembali mengingat kejadian buruk yang pernah menimpku saat aku MTsN, saat itu Arif pernah bilang ke aku kalau dia akan menungguku sampai aku lulus kuliah, tapi Arif telah mengingkari janji yang dibuatnya sendiri, dia tunangan saat aku SMA, dan yang paling menyakitkan adalah dia mengundangku untuk hadir di pertunangannya, betapa sakitnya hati ini ketika harus mengingat masa lalu itu, perlahan air mataku menetes satu demi satu menganak sungai, Zakipun meminta maaf karena telah mengungkit mas laluku, tapi aku hanya diam, Zaki menjadi serba salah saat itu karena sudah membuatku menangis.
“kamu nggak tau Zak gimana rasanya ketika orang yang kita cintai pergi dengan orang lain, jadi aku mohon, jangan pernah kamu ungkit-ungkit masa laluku itu”, pintaku sama Zaki “oke, maafin aku em, sudahlah jangan nangis lagi, aku paling nggak bisa liat kamu nangis”, ucap Zaki, perlahan ku usap air mataku itu, aku sudah melupakan kenanganku bersama Arif, tapi ketika aku bisa melupakan Arif, aku kembali teringat kepada seseorang yang sangat penting dalam hidupku, dia adalah maz Irul, dia adalah kakak sekaligus seorang motivator buatku, tanpa dia mungkin saat ini aku sudah terbaring lemah di atas tempat tidur, dia selalu memberiku semangat, dan yang paling aku ingat hingga saat ini adalah kata-katanya yang begitu memberi inspirasi buatku.
“maz irul bahagia dalam keadaan apapun, tapi kebahagiaan itu nggak ada artinya ketika emma putus asa, tidak lagi sabar, berusaha dan berdoa untuk sembuh, karena itu adalah kebahagiaan maz irul, intinya kebahagiaan mas irul itu melihat emma sembuh dan bisa selalu tersenyum!”, itu adalah kata-kata mas irul, seseorang yang sangat menyayangiku, dan aku nggak mau melihat orang-orang yang menyayangiku sedih termasuk keluarga, sahabat dan Zaki, aku akan berusaha membuat mereka tersenyum. Aku nggak mau senyuman-senyuman itu hilang.
“Zak, terima kasih untuk semuanya, terima kasih sudah berada di sampingku saat aku membutuhkanmu”, ucapku, saat itu Zaki hanya tersenyum, “iya, sama-sama, jangan putus asa ya, tetap semangat, dan yakin kalau kamu bisa sembuh.ok”, ucap Zaki.
Berusahalah dalam menggapai semua keinginanmu, mintalah doa dari kedua orang tuamu, yakinlah bahwa setiap kali Allah menurunkan cobaan buat hambanya pasti ada jalan keluarnya, dan yakinlah bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya.

KETIKA CINTA DAN RINDU DATANG KEMBALI

KETIKA CINTA DAN RINDU DATANG KEMBALI

Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang. Seperti hari ini, tuhan telah mempersatukan cinta kita lagi. Kita kembali dalama satu cinta pada tanggal 04 april 2009, betapa bahagianya aku, saat kamu mengucapkan kata itu, awalnya aku mengira kalu ini semua hanya mimpi, tapi aku salah, ini adalah sebuah kenyataan dimana kenyataan ini membawamu kembali kepadaku Zak. Masih tetap nama itu, dan satu nama tetap di hati. Saat itu aku bingung kenapa tiba-tiba kamu ngajak balikan? Aku mengira kalu kamu akan mempermainkan perasaanku, tapi segera ku hapus kata itu dari fikiranku, dan kini aku yakin kalau kamu memang benar-benar mencintaiku. “Zak, apakah kamu masih ingat saat aku putusin kamu dulu?”, tanyaku pada Zaki “ jelas aku ingatlah em.. itu adalah kejadian yang nggak akan bisa aku lupain seumur hidupku, memangnya kenapa?”, tanya Zaki “nggak papa kok, Cuma tanya aja, kamu tau nggak, saat kita putus dulu aku tuh ngerasa kalau harapanku untuk bisa kembali bersamamu sudah ngga ada lagi, ternyata cinta sejati itu memang ada ya, buktinya walaupun kita udah putus, kita bisa balikan lagi”, jelasku, kami pun tertawa bahagia.
Aku senang sekali karena bisa bersama lagi dengan Zaki, tapi disisi lain aku merasa sangat sedih dan sangat terukul, sahabat terbaikku yang bernama Riyan sakit keras, ia menderita jantung kronis stadium 2, sebagai sahabat, aku tidak bisa membantu sepenuhnya, aku hanya bisa memberi semangat kepadanya, tapi kurasa itu semua percuma, Riyan nggak punya semangat untuk hidup, “ya Allah....apa yang harus aku lakukan? Aku nggak bisa melihat Riyan terbaring lemah di rumah sakit!”, batinku
Aku kembali menatap Zaki, aku rindu dengan tatapannya “em, kamu mau nggak kalau besok aku ajak ketemuan?”, tanya Zaki “ketemuan? Dimana?”, tanyaku balik, “di perbatasan antara jogodalu-wonosari jam 5 pagi”, jelas Zaki, “ok, aku akan datang”, jawabku dengan senang hati. ketika jam menunjukkan pukul 05.00, aku belum bisa bangun, soalnya aku masih ngantuk dan beberapa saat kemudian aku ingat janjiku dengan Zaki, tapi saat kulihat jam, ternyata sudah jam 06.00. aku berfikiran kalau Zaki marah sama aku, karena tadi pagi aku nggak datang menemuinya, akupun segera menelfonnya dan meminta maaf, untung saja Zaki mau memaafkanku.
Beberapa saat kemudian Zaki telfon “em, kalau tadi kita nggak bisa ketemu, kamu bisa nggak kita ketemuan di sekolahan MI jam 06.30?”, tanya Zaki “okelah kalau begitu, aku janji aku pasti datang”, jawabku “ya sudah, sampai ketemu nanti ya”, balas Zaki. Saat aku berangkat ke sekolahan MI, Zaki juga berangkat, tapi anehnya dia tidak ke sekolahan MI, tapi dia duduk di serambi masjid, sudah hampir 1 jam aku nunggu Zaki, tapi dia tetap di masjid, waktu aku suruh dia buat ke sekolahan, dia nggak mau, dan beberapa saat kemudian anak-anak kelas 6 datang untuk les, jadi sekarang aku tau alasan kenapa Zaki nggak mau ke sekolahan. Akupun tak mempermasalahkannya.
Keesokan harinya Zaki minta maaf mengenai kejadian yang di sekolah kemaren, dan akupun memaafkannya. Kini aku sadar kalau Zaki adalah hidupku, sejak aku balikan sama Zaki, hari-hari yang ku lalui menjadi sangat indah. Zaki… Aku rindu padamu saat aku sedih. Aku rindu padamu saat aku sendiri. Tetapi aku paling merindukanmu saat aku bahagia. Cintamu adalah keindahan, Memandangmu selalu tak membuatku jemu, Cintamu adalah nafasku, Denganmu aku ingin hidup seribu tahun lagi, Cintamu membuat hidupku sempurna.

KENANGAN DAN KENYATAAN

KENANGAN DAN KENYATAAN
Terdiam merenung sendiri, dengan bersenandung rindu. Terbayang perjalanan waktu, sebuah kisah masa lalu yang takkan mungkin bisa kulupakan. Zaki, nama itu tak asing lagi buatku, dia adalah masa laluku dan mungkin dia juga akan menjadi masa depanku, karena dengan dialah aku bisa mengerti arti dari sebuah kebahagiaan yang sebenarnya, tapi kini antara aku dan Zaki sudah tidak ada hubungan lagi. Kami telah putus, mungkin untuk saat ini dia sudah mendapatkan penggantiku, yang bisa membuatnya terus tersenyum bahagia, lain halnya denganku, kini aku sendiri, sampai saat ini aku belum bisa membuka pintu hatiku untuk orang lain selain Zaki. Aku tidak bisa melupakannya begitu saja, karena aku mencintainya bukan untuk satu hari dan bukan untuk sekejap, tapi untuk selamanya, siapa Zaki sebenarnya? Kenapa dia selalu hadir dalam hidupku?
“Bila dia tersenyum ingin rasanya aku menari, bila dia marah ingin aku memeluknya, bila dia masih mencintai aku, aku ingin menangis, sejak bertemu dengannya, aku merasa bahwa aku di ciptakan untuk dirinya dan dia diciptakan untuk diriku”. Mungkin kata-kata itu bisa mewakilkan perasaanku kepada Zaki, aku sengaja mengutip kata-kata itu dari sebuah film, karena aku sadar aku bukanlah manusia yang pandai dalam membuat kata-kata.
Malam ini begitu gelap, tidak cahaya rembulan, aku duduk di teras rumah sambil di temani lagu-lagu kesukaanku, lagu itu membawaku kembali ke dalam lamunanku “Zak, gimana kabar kamu? Sudah lama aku nggak dengar kabar tentangmu, apakah kamu benar-benar telah melupakanku? Andai saja kamu tau kalau selama ini aku masih mencintai kamu, aku masih mengharapkanmu, kemanapun aku pergi, aku tidak bisa menghapus bayanganmu dari dari dalam hatiku”, dering telfon membuyarkanku dari lamunanku, saat ku lihat layar Hp ku ternyata yang telfon itu maz Irul, segera ku angkat telfon itu “hallo...ada apa maz?”, sapaku mengawali pembicaraan, “nggak ada apa-apa em, maz Cuma mau ngingetin apa kamu sudah minum obat?”, tanya maz Irul, “ya Allah aku lupa maz, iya kalau begitu aku ambil obat dulu, miss you!”, akupun segera mematikan telfon itu tanpa menunggu jawaban dari maz Irul.
Usai minum obat, aku segera menuju ke tempat tidurku, tapi saat itu aku nggak bisa tidur “ya Allah....Chariz....”, ucapku sambil menuju meja obatku buat ngambil Hp, saat aku lihat pesan masuk, ternyata Chariz sms aku dari tadi pagi dan aku nggak tau sama sekali. Akupun segera membalas sms itu dan minta maaf ke Chariz. Chariz adalah sahabatku, dia selalu ada saat aku membutuhkannya, dia juga selalu mendukung hubunganku dengan Zaki, dia juga terus mensuport aku ketika aku putus dengan Zaki. “terima kasih Riz, terima kasih udah bantu aku untuk mendapatkan Zaki, walaupun itu nggak berhasil, tapi setidaknya kita udah berusaha, walaupun nggak membawakan hasil. Thanks for all”, ucapku setelah membalas sms Chariz.
Karena aku nggak bisa tidur, aku kembali mengingat saat-saat bersama Zaki dulu, saat dimana aku benar-benar merasakan arti kebahagiaan dan arti kehilangan, “Zak, terima kasih buat semuanya, semoga kamu mendapatkan penggantiku yang lebih baik daripada aku”, akupun segera tidur, karena jam sudah menunjukkan pukul 01.32 WIB. “Good night Zak, aku mencintaimu”. Saat itu aku sudah pergi ke pulau kapuk. Ketahuilah kasihku, aku tak akan lupa dan tak akan perrnah bisa, tentang apa yang harus memisahkan kit, Kenanglah kasih.......Semua ini adalah hal perpisahan yang terabadi.

KELUH KESAH KU

KELUH KESAHKU
Ya Allah… di atas hamparan sajadah ku berdoa untuknya dan untuk keluargaku, aku meminta kesembuhan untuk diriku ini. airmataku selalu menetes bila sakit yang kuderita ini kambuh, aku akan berjuang bertahan hidup demi janji ku padanya, dia tau kalau aku sedang merintih kesakitan disini…tapi aku pura-pura tidak merasakannya, karena ku nggak mau menambah bebannya, aku nggak mau dia tau kalau aku menangis kesakitan disini, aku mau dia selalu tersenyum tanpa harus tau aku disini sakit menahan sakitku, andai dia tau,setiap hari aku menangis untuknya, andai dia tau tiap hari aku brsedih untuknya, andai dia tau hatiku sakit bagai diiris pisau setelah mengetahui keadaanku…tapi aku tidak mau dia tau, karena itu akan semakin membuat nya terluka ya Allah, biarlah diatas sajadah cinta ini ku mengadu padamu tentang jeritan hati ini, biarlah diatas sajadah cinta ini ku menangis memohon pertolonganMu.
Kita semua nggak tau berapa lama lagi kita diberi Allah kesempatan untuk hidup di dunia yang fana ini, termasuk aku, aku juga nggak tau sampai kapan aku di beri ujian seperti ini? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk dalam fikiranku, bahkan aku sempat berfikir kalau umurku udah nggak panjang lagi. Andaikan aku diberikan satu keinginan yang pasti terwujud, aku hanya ingin sembuh dari penyakit yang menyiksaku selama ini. Karena dengan aku sembuh itu berarti aku telah membahagakan orang-orang yang menyayangiku, dan kalau aku sembuh, aku bisa mebuat Zaki tersenyum. Aku hidup untuk orang-orang yang menyayangiku, dan di sisa waktuku ini, aku hanya ingin membahagiakan mereka. Tapi apakah aku bisa?
Malam ini nggak seperti malam biasanya, di malam sebelumnya aku dapat tertidur dengan mudah, kini mata ini tak mau terpejam, entah mengapa semua ini terjadi, entah apa yang mungkin kan terjadi, ketikaa melihat seorang lelaki yang begitu aku sayang, mata ini tak mampu menahan derasnya air mata, rasa takut terasa menggerogoti tulang dan urat nadiku, rasanya sangat takut saat matahari terbit esok, aku sudah tak mampu memanggilnya dengan sebutan ‘Ay’. Aku begitu mencintainya, dia adalah hidupku, terkadang aku berfikir jika esok aku telah tiada, apakah mungkin dia tetap bisa tersenyum?
Cintaku kepadamu nggak akan terpisah oleh jarak dan waktu, jika besok aku sudah nggak ada di dunia ini lagi, aku akan tetap hidup dalam hatimu.Tapi aku berjanji kepadamu Ay, aku akan melawan rasa sakitku ini, aku akan berusaha semampuku agar aku tetap hidup bersamamu. Maafkan aku yanng selalu menyembunyikan rasa sakitku dari dirimu, itu semua ku lakukan karena aku nggak mau membuatmu merasa cemas dan khawatir akan diriku. Bukannya aku nggak mau berbagi rasa denganmu, aku hanya nggak mau berbagi kesedihan dengan orang lain, cukup aku saja yang merasakannya.
Ay, kamu harus yakin dimasa depan masih banyak waktu yang akan memepertemukan engkau dan aku, sehingga alam pun akan merasa iri melihat indahnya cinta kita. Namun mungkin itu bukan sekarang, waktu tak perpihak pada kita. Ay, meskipun aku mengucap kata kata sedih terakhir kali padamu, namun ini bukanlah akhir dari kehidupan. Masih jauh jalan panjang yang harus kita tempuh. Masih membentang harapan didepan sana, yang akan mengisi hari-harimu menjadi ceria. Maafkan aku yang tak bisa membuatmu bahagia, mungkin hanya air mata yang bisa kuberikan sebagai kenangan kita. Namun aku yakin, waktu akan datang membawa cintamu padaku, memberikan kesempatan untuk kita memulainya lagi dimasa depan. Semoga apa yang kamu citakan dapat terwujud, semoga mimpi yang indah dihari ini akan menjemputmu ke dalam indahnya duniamu. Aku hanya bisa mengirim kata, hanya kata terakhir yang mengiring langkah cinta kita yang saat ini harus berjauhan. Kata terakhir ini kuberikan kepada orang yang selalu kicinta, saat ini, esok dan selamanya.

CINTA YANG TERPISAH

CINTA YANG TERPISAH
Sampai saat ini aku masih mengingatnya, bukan ku ingin melupakan cinta kita
namun tuntutan hidup tlah membuatku mengambil keputusan, meskipun hari ini dan nanti, ku akan pergi, namun cinta kita akan terukir bersama waktu menciptakan segenggam rindu. Aku masih ingat ketika 2 hati saling mencintai dan cinta itu terhalang oleh seseorang, aku masih menyimpan rasa sakit itu Zak, ketika cinta kita di tentang oleh maz Viki, aku nggak berdaya saat itu karena aku menyayangi kalian berdua, aku nggak mau kalian yang pergi ninggalin aku dan lebih baik aku yang pergi meninggalkan kalian, biarkan aku yang mengalah.
Sedih rasanya ketika kita menjalankan hubungan ini, tapi ada salah satu anggota keluarga kita yang tidak menyukai hubungan kita, aku juga masih ingat ketika kita kumpul di masjid, dan maz Viki melihat kita dengan sinis. Aku nggak tau letak kesalahanku dimana, begitu pula dengan Zaki, dia juga nggak tau letak kesalahannya, kami berdua sama-sama bingung dengan situasi yang seperti ini. Aku mencoba mencari tau tentang perubahan sifat maz Viki, tapi hasilnya nihil.
Malam ini terasa begitu mencekam, malam ini adalah malam yang tak ku inginkan. Saat aku berada di teras rumah bersama maz Viki, aku hanya diam membisu seakan-akan aku tak mampu untuk berbicara, bermodal sedikit keberanian, segera ku awali pembicaraanku dengan maz Viki, “maz, Ema mau tanya”, akupun mengawali pembicaraan “kamu mau tanya apa? Kok kayak ketakutan gitu?”, jawab maz Viki, “Ema mau tanya, kenapa maz Viki nggak suka kalau Ema pacaran sama Zaki?”, tanyaku “bukannya maz nggak suka ma, tapi ada alasan tertentu yang membat hubungan kalian menjadi sedikit tertentang”, jelas maz Viki “maksud maz apa? Ema nggak ngerti!”, balasku “sekarang giliran maz yang tanya, kenapa Ema harus pacaran sama Zaki? Kenapa bukan yang lain saja?”, tanya maz Viki “Ema pacaran sama Zaki kaena kami sama-sama cinta maz, lalu kenapa maz Viki melarang huungan Ema dengan Zaki?bukankah itu semua adalah hak semua orang termasuk Ema?”, jelasku “kalau kamu masih ingin melihat maz tetap hidup, jauhi Zaki, putusin dia!”, bentak maz Viki “kenapa harus putus mas?”, tanyaku balik “kalau kamu nggak putusin Zaki, itu artinya kamu nggak mau melhat maz Viki hidup, kamu tau kan tentang penyakit maz Viki?”, tanya maz Viki “iya, Ema tau, dan kalau ini memang jalan keluar yang baik, Ema akan putusin Zaki, mungkin dengan cara ini maz Viki akan sembuh dan puas melihat Ema sakit”, jawabku sambil meninggalkan maz Viki.
Di dalam kamar aku hanya bisa menangis, aku nggak bisa putusin Zaki, aku masih mencintainya, tapi aku juga nggak mau melihat maz Viki sakit, “ya Allah apa yang harus aku lakukan? Aku bingung, aku nggak mau ada yang tersakiti antara Zaki dan maz Viki, tapi mau nggak mau aku harus memilih salah satu dari mereka, tunjukkan jalanMu ya Allah...erikanlah aku ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi segala cobaan dariMu” batinku, segera ku ambil air wudhu untuk menenangkan hati dan pikiranku.
Keesokan harinya maz Viki datang ke rumahku, “gimana? Udah kamu putusin?”, tanya maz Viki “belum maz, beri Ema waktu maz, karena ini adalah pilihan yang sulit buat Ema”, pintaku “baklah kalau begitu, maz Viki nggak mau tau, pokoknya di malam tahun baru besok, kamu harus sudah putus sama Zaki, dan kalau kamu belum putusin Zaki pada saat itu, berarti kamu ingin agar maz Viki pergi dari dunia ini”, jawab maz Viki sambil beranjak pergi, seementara aku masih seperti patung yang hanya terdiam membisu.
Malam ini adalah malam dimana aku harus melakukan apa yang diinginkan maz Viki, malam ini aku memang nggak ada di rumah bersama keluargaku, tapi aku lagi bersama maz Irul di Gresik, dengan berat hati segera ku ambil Hp ku, dan mulai mengetik kata-kata terakhir buat Zaki, dengan berlinangan air mata aku menulis kata-kata itu.
“kasih, banyak sudah kisah yang kita lalui, mengukir kenangan ditengah indahnya berbagi, tak mungkin akan kulupa semua tentangmu, tentang kita, meski hidup telah memilihku, namun tak kan kubiarkan hidup melupakanmu, kita akan selalu sama, saling merindukan, saling mendo'akan, selamat tinggal kekasihku, semoga apa yang kau impikan hari ini, menjadi nyata di esok hari”.
Akupun segera mengirim pesan itu, aku tau Zaki pasti bingung, tapi aku juga nggak bisa menjelaskan semua disini, aku janji aku akan menjelaskannya, tapi tidak sekarang.
Setelah aku putus dengan Zaki, aku benar-benar merasakan kehilangan, aku nggak bisa berhenti memikirkannya, aku juga nggak bisa berhenti mencintainya, lambat laun aku semakin kurus dan mulai sakit-sakitan, meskipun aku sakit-sakitan, maz Viki tetap melarang ku untuk menghubungi Zaki walaupun itu hanya satu menit. Melupakanmu sama susahnya seperti mengingat orang yang belum pernah aku kenal. Dinginnya angin malam ini menyapa tubuhku, namun tidak dapat dinginkan panasnya hatimu, Perpisahan bukan berarti kita tidak akan bertemu kembali, perpisahan hanyalah nasihat agar kita tetap akrab saat bertemu kembali.Perpisahan tidak akan memiliki arti jika kita lupa ketika kita bertemu kembali, dan Hanya penderitaan ketika berpisah yang dapat membuat kita mengetahui kedalaman cinta kita.



PERPISAHAN YANG TAK KU INGINKAN


PERPISAHAN YANG TAK KU INGINKAN

Pagi yang indah dengan dihiasi kicauan burung-burung, dan sepertinyanya mereka mengerti dengan apa yang aku rasakan saat ini, sedih, kesal, khawatir dan rasa takut terpisahkan dengan teman-teman PPL dari UNESA, saat bel pulang berbunyi, aku nggak langsung memutuskan untuk pulang, aku memutuskan untuk menyendiri disekolah dulu. Beberapa saat kemudian Pak Agus salah satu guru PPL berjalan menuju ke arahku, aku semakin bingung, hatikupun bertanya-tanya, ada apa ini? Tanyaku dalam hati, beberapa saat kemudian pak agus sudah ada di depanku, dia terlihat begitu cemas, “maaf pak, ada apa ya?”, tanyaku pada pak agus, “nggak ada apa-apa, saya Cuma mau tanya, apakah kamu pegang kunci UKS?”, tanya pak agus,”iya pak, kunci UKS ada di saya, ada yang sakit ta pak?”, tanyaku, “iya, pak rio sakit, sekarang aku minta tolong sama kamu, tolong kamu buka UKSnya, saya mau bawa Rio ke UKS”, jelas pak agus. Pak agus pun pergi meninggalkanku dan aku pun segera membuka UKS.
Beberapa saat kemudian aku melihat pak agus yang sedang membopong pak rio ke UKS, setelah membantu pak rio istirahat, pak agus memintaku untuk menemaninya dan merawat pak rio “Vir, bisa temani saya jaga rio disini?”, tanya pak agus, “iya pak, memangnya pak rio sakit apa pak?”, tanyaku pada pak agus, “aku sendiri kurang tau vir”, jawab pak agus. Suasana menjadi hening seketika, nggak ada yang mau bicara antara aku dan pak agus, beberapa saat kemudian pak rio sadar dan meminta minum, akupun segera keluar untuk mencari minum, tapi kantin sekolah sudah tutup, akupun balik ke UKS, “pak, kantinnya sudah tutup,gimana pak?”, tanyaku pada pak agus, “waduh..gimana ya? Kamu nggak punya minum ta vir?”, tanya pak agus, “oiya...saya lupa, saya ada minum pak, sebentar ya, tak ambilkan dulu”, kataku sambil mengambil air minumku yang kuletakkan di tas dan segera memberikannya kepada pak agus, “ini pak airnya”, setelah minum air putih walaupun sedikit, kondisi pak rio mulai membaik. “gimana pak? Udah agak baikan tanyaku pada pak rio, sementara itu aku juga menjadi salah tingkah karena dari tadi pak agus terus memandangku. “udah, makasih ya Vir”, ucap pak rio, “iya pak sama-sama” balasku sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudian hanif memanggilku, akupun segera menemuinya “sebentar ya pak, saya di panggil hanif”, pamitku pada pak agus dan pak rio, dan akupun segera menemui hanif, saat aku menemui hanif, ternyata pak rio membicarakanku dengan pak agus, “gus, kamu suka ya sama virda? Dari tadi kok mandangin dia terus”, tanya pak rio kepada pak agus, “nggak tau, tapi aku senang melihat virda, dia itu baik banget, apa aku mencintai virda?” tanya pak agus ke pak rio, “kalau menurutku sih kamu memang mencintai dia, kalau di pikir lucu juga sih ada guru yang suka sama muridnya” jawab pak rio.
Setelah berbicara lama dengan hanif, aku langsung ke UKS dan ternyata di UKS ada bu aini, dia juga guru PPL, “pak rio gimana keadaannya? uda baikan ta?” tanyaku, “iya, aku udah baikan kok”, jawab pak rio, “kalau gitu aku pamit pulang dulu ya pak, bu..” pamitku, “sebentar vir, kamu mau pulang sama siapa? Semua teman kamu sudah pulang semua?” tanya pak agus, “iya sih, tapi nggak papa, nanti aku bisa nebeng orang ”, jawabku, “kalau gitu kamu saya antar saja ya..soalnya ini udah sore, nggak baik buat anak sekolah pulang sore-sore, rio, kamu disini dulu sama aini, aku nganterin virda pulang dulu”. Kemudian pak agus segera mengambil motornya dan mengantarku pulang.
Sesampainya dirumah aku mengucapkan terima kasih kepada pak agus karena sudah mengantarku pulang “makasih ya pak?, nggak mampir dulu?”, tanyaku, “iya terima kasih, tapi aku nggak bisa lama-lama, soalnya ini udah sore, kalau gitu aku pamit dulu, sampai ketemu besok di sekolahan”. Pak aguspun segera pergi dan perlahan menghilang dari pandanganku. Setelah kepulangan pak agus, aku segera menuju ke kamar, kulihat ada pesan masuk dari nomor baru, dan pesan itu isinya “ciyeee...ada yang lagi kasmaran ni....vir ini aku pak rio, aku Cuma mau bilang kalau pak agus itu sebenarnya suka sama kamu, tapi dia malu sama kamu”. Aku nggak menanggapi pesan pak rio, beberapa saat kemudian ada pesan dari bu aini “vir, besok tanggal 13 hari jumat setelah sholat jumat olahraga renang ke patian”, aku segera membalas pesan dari bu aini “iya bu...”.
Keesokan harinya saat jam pelajaran biologi berlangsung, pak rio dan pak agus datang ke kelas dan memanggilku, saat itu bu trinaryah sedang menjelaskan materi, kemudian pak rio minta izin ke bu trinaryah agar memperbolehkan aku untuk tidak mengikuti pelajaran sebentar saja “maaf bu mengganggu, kami mau memanggil virda, ada hal penting yang harus kami bicarakan”, ucap pak rio ke bu trinaryah, “baiklah”, jawab bu trinaryah, kemudian aku pamit keluar dengn pak rio dan pak agus, kami bertiga berjalan menuju taman sekolah, Sesampainya di taman aku segera bertanya pada pak rio “pak ada apa ya? kok manggil saya?”, tanyaku, “saya Cuma mau mengembalikan kunci UKS ini, terima kasih ya!”, ucap pak rio, “owh, kirain ada apa-apa, iya sama-sama pak”, jawabku, kemudian pak rio memberi kode pada pak agus, aku nggak tau itu kode apa, tapi setelah pak rio memberi kode itu, pak agus langsung duduk disebelahku, aku pun menjadi bingung “ada apa ini?” tanyaku pada pak rio dan pak agus, “vir, aku mau tanya sama kamu”, ucap pak agus, “tanya apa pak? kok kelihatannya serius banget?”, ucapku heran ”aku Cuma mau tanya apa kamu sudah punya pacar?” tanya pak agus, “tanyanya kok gitu sih pak? saya belum punya pacar, memangnya kenapa pak?”, tanyaku “aku Cuma mau bilang kalau sebenarnya aku sayang dan cinta sama kamu, apa kamu mau nerima aku jadi pacar kamu? Aku serius vir”, tanya pak agus, “emm......gimana ya pak...kita nggak mungkin bisa pacaran pak, status kita beda, pak agus disini adalah seorang guru dan saya adalah seorang murid, lagi pula kalau nanti pak agus sudah kembali ke madura, jarak kita akan semakin jauh dan perlu pak agus tau kalau saya ini sakit!, apa pak agus mau pacaran sama orang yang sakit-sakitan seperti saya?”, jelasku, “aku mencintai kamu apa adanya vir, aku nggak peduli jarak antara kita, karena aku akan selalu berada di samping kamu disaat kamu membutuhkanku, aku juga nggak peduli kalau kamu sakit-sakitan, bagiku kamu sama seperti aku dan yang lainnya, gimana vir?”, jelas pak agus, “gimana ya....aku masih bingung pak”, jawabku “kalau aku boleh ngasih saran sebaiknya kamu jalani saja vir, agus pasti akan membantumu”, ucap pak rio “baiklah kalau gitu, aku mau jadi pacarnya pak agus, karena aku juga sayang dan cinta sama pak agus sejak pertama kali pak agus masuk ke kelasku” jawaku, “beneran vir? Alhamdulillah, makasih ya”, ucap pak agus “iya pak, sama-sama”. Saat itu pak rio menjadi saksi atas cintaku dengan pak agus. Dan sejak saat itu aku menjalin hubungan dengan pak agus, guru PPL dari UNESA yang lahir di madura. Akupun segera kembali ke kelas dengan hati yang sangat senang, begitu pula dengan pak agus, dia sangat senang saking senangnya sampai lupa kalau dia harus mengajar.
Bel istirahatpun berbunyi, pak agus dan pak rio berjalan lewat depan kelasku dan mengajakku ke kantin untuk makan siang, “vir, ayo makan siang dulu, biar nggak sakit”, ucap pak agus, mendengar ucapannya pak agus, semua teman-temanku heran, karena nggak biasanya pak agus berani menyapa seorang cewek, akupun segera mengikuti pak agus dan pak rio ke kantin. Setelah memesan makanan, tiba-tiba pak kholid datang dan gabung sama aku, pak agus dan pak rio. Sebenarnya aku nggak enak sama teman-teman, tapi aku mencoba bersikap biasa saja seolah-olah nggak ada apa-apa, dan beberapa saat kemudian bu aini dan pak bima menyusul untuk gabung, setelah makan bareng pak agus mengajak untuk kembali ke kelas, karena pak agus harus ngajar di kelasku, tapi ada yang aneh dalam kakiku, saat pak rio dan teman-temanya ke kasir untuk membayar makanan, saat itu juga pak agus masih ada disampingku sambil melihatku, “kamu kenapa?”, tanya pak agus, “nggak papa pak, pak aku minta tolong bantu aku buat berdiri ya!”, pintaku, dengan senang hati pak agus membantuku berdiri, tapi ternyata tuhan berkehendak lain, setelah aku berdiri, aku kembali terjatuh, secara spontan semua teman-teman melihat ke arahku, termasuk pak agus, pak rio, pak bima dan bu aini, saat itu aku tergeletak jatuh tak berdaya, pak agus yang melihatku jatuh pingsan langsung membawaku ke UKS, sementara itu pak rio meminta izin ke pak bima untuk tidak mengajar dulu “bim, aku izin dulu ya, biar rio yang XII_IA2”, pinta pak agus, “baiklah kalau begitu, rio kamu ikut aku ke kelas XII-IA2 buat nggantiin agus”, pinta pak bima pada pak rio, sementara itu pak agus dan bu aini masih setia menemaniku dan menungguku sampai aku sadar di UKS, beberapa saat kemudian aku kembali sadar, tapi saat itu juga kakiku masih belum bisa digerakin, “virda, kamu nggak papakan?”, tanya pak agus khawatir, aku hanya tersenyum tipis, karena saat itu aku juga belum sepenuhnya bisa bicara, “kalau gitu sekarang aku tinggal ngajar dulu ya gus!, kamu tungguin virda sampai dia benar-benar bisa jalan”, ucap bu aini sambil melangkah keluar UKS.
Sudah satu jam lebih kakiku belum bisa digerakin, pak agus mencoba menekan titik saraf di kakiku, dan alhamdulillah kakiku kembali bisa digerakin lagi, “gimana kakinya? Udah bisa digerakinkan?”, tanya pak agus, “iya pak, kakiku udah enakan, makasih ya pak”, ucapku, “iya, sama-sama, oiya vir, tanggal 8 besok aku mau pulang ke madura, kamu ikut ta?”, tanya pak agus, “pulang ke madura? Teruz balik kapan?”, tanyaku balik, “aku mungkin balik kesini besok pagi, kamu nggak usah khawatir gitu, aku pasti kembali kok!”, jawab pak agus, “bukannya begitu, lagian ngapain sih pakek pulang kampung segala?”, tanyaku, “aku mau ngambil baju renangku sayang.....kan tanggal 13 kita ada acara renang”, jawab pak agus sambil menghiburku, “ya udah kalau gitu, hati-hati kalau pulang”, ucapku, pak agus hanya membalasnya dengan merusak jilbabku sambil tersenyum.
Keesokan harinya saat kulihat hp-ku, terdapat banyak panggilan dan pesan dari pak agus, pesan itu berisi kalau dia pamit pulang dan minta doa supaya selamat baik pergi maupun pulangnya, aku hanya meng-amininya dalam hati, ketika aku sendiri karena di tinggal kekasihku pulang kampung, aku mendapat pesan dari anggi ketua osis, dia menyuruhku untuk ke sekolahan karena ada meeting. Sesampainya disekolah anggi langsung membahas agenda osis yang akan datang salah satunya adalah perpisahan untuk anak-anak PPL yang insya Allah akan dilaksanakan pada tanggal 14 September 2013 yang bertepatan hari sabtu besok. Mendengar ucapan anggi, aku sangat terkejut, ya Allah apakah harus secepat ini kau pisahkan antara aku dan kekasihku? Hatikupun menangis mendengar pernyataan anggi, jujur aku belum siap untuk keilangan kekasih dan juga teman-temanku yang lain. Setelah rapat selesai, aku mencoba untuk menghubungi pak agus, tapi nggak ada jawaban sama sekali, aku juga mencoba menghubungi semua teman-teman PPL, tapi itu semua nggak ada hasinya.
Keesokan harnya saat bel istirahat, aku bertekad ke ruang PPL untuk mencari pak agus, tapi saat itu pak agus belum datang, aku hanya bertemu dengan pak rio, saat itu juga aku mengajak pak rio ke taman “pak, maaf saya mau tanya tentang suatu hal sama pak rio”, ucapku mengawali pembicaraan, “tanya apa vir? Kamu mau tanya tentang agus ya? Agus lagi di perjalanan kesini, kamu tenang saja,ok”, jelas pak rio, “bukan itu yang mau saya tanyakan pak!”, ucap virda, “lalu kamu mau tanya apa?”, tanya pak rio, “ apa benar kalian semua akan meninggalkan sekolah ini pada tanggal 14 besok?”, tanyaku, “kamu ini ada-ada saja, ya nggaklah vir!”, ucap pak rio yang berusaha untuk mengelak, “udahlah pak, ngapain sih pakek nggak ngaku segala? Aku sudah tau semuanya, sekarang tolong jawab dengan jujur, apakah itu semua benar?”, tanyaku, “hemm.....iya vir, kontrak kita di sini sudah habis, dan pada tanggal itu juga kita semua harus ninggalin sekolah ini dan kembali ke kampus”, jelas pak rio, “ya Allah...jadi itu semua benar, kenapa harus secepat ini? Kenapa pak agus nggak bilang sama aku?”, ucapku sambil menahan tangis, “mungkin agus nggak mau buat kamu sedih”, jelas pak rio. Beberapa saat kemudian pak agus datang dan menyusul aku dan pak rio ke taman. “ ada apa ini? Virda kamu kenapa?”, tanya pak agus, “kenapa kalian tega menyembunyikan perpisahan kalian dariku?”, tanyaku, “maafin aku vir, sebenarnya aku nggak ada niat untuk menyembunyikannya dari kamu, aku Cuma nggak mau buat kamu sedh”, jelas pak agus, “apa yang dikatakan agus itu benar vir, kami Cuma nggak mau buat kamu sedih”, tambah pak rio, “lagi pula kita kan masih ada waktu 4 hari untuk bersama”, jelas pak agus, “4 hari bukanlah waktu yang lama pak, 4 hari adalah waktu yang sangat singkat, baru 1 minggu kita bersama, dan sebentar lagi kita akan berpisah, aku tau di setiap kali ada pertemuan pasti ada perpisahan, tapi kenapa harus secepat ini?”, ucapku sambil terus menunduk, “sudahlah vir, jangan buat kami merasa tertekan dengan perpisahan ini, kalau kamu berat melepaskan kami, kami semua nggak akan tenang dalam menuntut ilmu kami, apa kamu mau kami tidak lulus hanya karena perpisahan ini?”, tanya pak rio, aku hanya menggelengkan kepala, rasanya aku sudah nggak mampu lagi untuk bicara dan saat itu juga aku sadar kalau aku telah mementingkan diriku sendiri.
Saat bel pulang pak agus menungguku di depan kelas, mungkin semua teman-temanku mengira kalau aku mau sharing sama pak agus, tapi itu salah, aku sama sekali nggak ada janji dengan pak agus, saat ku temui pak agus, ternyata pak agus mau mengajakku keluar, “vir, kita keluar yuk!”, ajak pak agus, “keluar kemana? Memangnya pak agus nggak ada acara buat bimbing anak-anak renang ta?”, tanyaku, “sebenarnya sih ada tapi aku nggak bisa ikut soalnya kakiku sakit”, ucap pak agus, “sakit??? mana yang sakit?, kok bisa seperti ini sih?”, tanyaku khawatir, “iya, kakiku terkilir saat aku main sepak bola sama teman-teman saat aku pulang kampung”, jelas pak agus, “sekarang kakinya kan masih sakit, kok mau keluar sih?”, tanyaku heran, “iya sih, tapi aku mau menghabiskan waktu ini sama kamu”, ucap pak agus, “yaudah kalau gitu”, jawabku
Dalam perjalanan, aku hanya terdiam, dalam hati aku menangis “Kini, hatiku tergores kesedihan ketika terucap salam perpisahan, walau air mataku tak berlinang, bukan berarti suatu kerelaan, saat-saat langkah terayun, jarak kita-pun semakin membentang, akankah semuanya jadi terkenang, atau hanyut terbawa gelombang, bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan”, sebuah suara membuyarkan lamunanku, “hey, kok diam sih?”, tanya pak agus, “aku beum siap untuk kehilanganmu pak”, jawabku sambil terus menunduk, “virda, lihat aku, aku mohon!”, pinta pak agus, akupun segera menghapus air mataku dan menatap pak agus, pak agus yang nggak bisa melihatku menangis langsung memelukku, saat itu aku menangis dan hal itu membuat pak agus meneeskan air mata yang selama ini ia simpan, akupun menghapus air mata pak agus, setelah kami membeli makanan, kami memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah aku hanya diam, “vir jangan lupa besok bawa baju ganti buat renang”, ucap pak agus mengingatkanku, aku tak menjawab dengan kata-kata, aku hanya bisa tersenyum tipis, “ya sudah kalau gitu aku pulang dulu”, pamit pak agus, aku hanya menatapnya. Di dalam kamar, aku hanya bisa menangis, “ya Allah....kenapa harus secepat ini?”, batinku. Hari ini adalah hari kamis malam, dan besok adalah hari jumat. Kini semua hanya tinggal menghitung hari. Setelah menyiapkan tugas dan peralatan untuk besok, akupun bergegas untuk tidur, meskipun mataku nggak bisa tidur dan hatiku semakin kacau, aku memutuskan untuk mengambil air wudhu dan sholat, barulah fikiranku bisa tenang.
Hari ini adalah hari jumat, dimana pada hari ini aku ada jam olahraga bersama pak agus, pak rio, pak bima dan bu aini. Sebenarnya hari ini adalah agenda buat raktikum TKJI, tapi aku tidak bisa melakukannya, akupun meminta izin pada pak agus “pak, sebelumnya saya minta maaf karena saya tdak bisa mengikuti praktek TKJI”, ucapku pada pak agus, “kenapa?”, sahut pak bima yang berada disamping pak agus, “saya sakit pak”, jawabku, “memangnya kamu sakit apa kok sampai nggak bisa ikut praktek TKJI?”, tanya pak bima, “saya sakit jantung lemah pak”, jawabku, saat itu pak bima nggak percaya, dia menyuruhku untuk merentangkan tanganku kedepan, dan setelah melihat reaksi dari tanganku, saat itu juga pak bima bisa percaya, pak agus yang sebenarnya tahu tentang penyakitku, dia hanya diam, karena dia takut kalau ada yang mengira kalau pak agus membelaku dan mengasihaniku, “baiklah kalau begitu, kamu boleh tidak mengikuti tes TKJI, sekarang kamu minta tugas ke pak agus supaya nilai kamu nggak kosong”, jelas pak bima. Saat itu juga pak agus mengajakku untuk duduk didepan kelasku dan memintamaaf karena nggak bisa membelaku di depan pak bima tadi, “maafin aku ya kalau tadi aku hanya diam saja!”, ucap pak agus, “iya, nggak papa, aku ngerti kok, sekarang aku mauminta tugas supaya nilaiku nggak kosong”, pintaku pada pak agus, saat itu juga pak agus menyuruhku untuk mencari info tentang TKJI dan harus dikumpulkan besok.
Usai olahraga, semua teman-temanku menuju ke kantin untuk beli makanan, tapi lain denganku, aku dan pak agus masih duduk di depan kelas, saat itu aku merasa kalau senyuman yang biasanya menghiasi wajah manis pak agus hilang, aku tau kalau pak agus sedih, karena aku bisa merasakannya, saat aku dan pak agus membicarakan tentang susunan acara perpisahan besok, tiba-tiba pak kholid datang, dia langsung duduk disampingku dan membuat pak agus sedikit cemburu, nggak biasanya pak kholid datang menemuiku, “vir, dengar-dengar kamu bisa nyanyi ya?”, tanya pak kholid mengawali pembicaraan, “tau darimana kalau aku bisa nyanyi pak?”, tanyaku heran, “sebenarnya aku udah tau dari dulu kalau kamu bisa nyanyi, soalnya aku sering dengar kamu nyanyi saat aku ke kantin sama teman-teman waktu istirahat”, jelas pak kholid, “owh...terus kenapa pak?”, tanyaku, “kamu mau nggak duet sama aku buat acara perpisahan PPL besok?”, tanya pak kholid, “duet..??”, tanyaku makin bingung, saat itu aku langsung memandang pak agus seolah-olah aku meminta persetujuan dari pak agus, saat itu pak agus hanya menganggukkan kepala sambil sedikit tersenyum manis, dan it adalah sebuah pertanda kalau pak agus menyetujuinya, “gimana Vir?”, tanya pak kholid, “baiklah, memangnya mau nyanyi lagu apa sih?”, tanyaku, “kamu bisa nggak lagunya Geisha yang judulnya lupakan ingatanku?”, tanya pak kholid, “iya, aku tau”, jawabku, “besok kita akan menyanyikan lagu itu”, jelas pak kholid, “baiklah kalau begitu”, jawabku. Saat itu bel masuk telah berbunyi sehingga aku harus masuk kelas meninggalkan pak agus dan pak kholid, sebelum aku masuk kelas pak agus sempat mengingatkan aku untuk acara renang nanti siang, dan akupun menjawabnya dengan anggukan kepala.
Karena hari ini adalah hari jumat, maka semua siswi dipulangkan terlebih dahulu dan untuk para siswa diwajibkan untuk mengikuti sholat jumat disekolah. Usai melakukan sholat jumat semua siswa-siswi kelas XII-IA2 dan XII-IS1 dan 2 bersiap-siap untuk acara renang ke patian, saat berangkat menuju patian aku pisah dengan pak agus, saat itu pak agus belum bisa mengendarai motor karena kakinya yang masih sakit sehingga pak agus harus di bonceng bu aini, sementara itu aku naik mobil bersama teman-teman yang lainnya. Sesampainya di patihan, pak rio segera memberi kode kepada semuanya untuk segera masuk ke dalam kolam, sebenarnya aku nggak bisa berenang, tapi pak agus dan teman-temannya meyakikan aku kalau aku bisa berenang, belum sampai setengah jam di kolam renang, badanku telah menggigil, pak agus yang berbeda kolam dengan ku hanya bisa melihatku dari kejauhan, pada saat praktek, tiba-tiba saja kakku nggak bisa digerakin dan akhirnya aku tenggelam, pak rio yang jaraknya agak jauh denganku nggak tau kalau aku tenggelam sementara itu pak agus yang dari tadi mengawasiku mengetahui kalu aku tenggelam, tanpa menghiraukan rasa sakit yang ada di kakinya, pak agus langsung melompat kedalam kolam, sementara itu pak rio bingung kenapa pak agus melompat kedalam kolam, padahal kakinya masih sakit, saat itu pak rio tanya kepada temanku yang bernama rika, “rik, ada apa? Kenapa pak agus kok tiba-tiba melompat kedalam kolam?”, tanya pak rio, “ya Allah pak, virda tenggelam pak, masak pak rio nggak tau sih?”, tanya rika, mendengar penjelasan dari rika, pak rio sgera menolong ku dan membantu pak agus membawaku ke atas.
Saat aku sudah sadar, aku sudah berada di atas kolam, aku melihat kecemasan di wajah pak agus, pak rio, pak bima dan bu aini. Saat itu aku masih lemas, bangunpun aku belum bisa, kemudian pak rio melanjutkan prakteknya begitu juga dengan pak bima dan pak agus, dengan berat hati pak agus meninggalkanku, aku hanya ditemani oleh bu aini, “vir, kamu gak papa?”, tanya bu aini, “nggak papa bu!”, jawabku lemas, “tadi itu gimana sih? Kamu kok bisa tenggelam gitu? Padahal kolamnya kan nggak dalam?”, tanya bu aini, “aku sendiri nggak tau bu, tadi itu tiba-tiba saja kedua kakiku nggak bisa di gerakin”, jawabku, “tadi kamu kram ta?”, tanya bu aini, “nggak bu, tadi itu kakiku langsung lumpuh”, jawabku, “tunggu deh, sepertinya aku pernah melihat kejadian seperti ini di tv, tapi acara apa ya? Kalau nggak salah sih di film buku harian nayla”, jelas bu aini, saat itu aku nggak tau kalau pak agus mendengarkan pembicaraanku dengan bu aini, “yaudah, sekarang kamu istirahat saja dulu, aku mau ngelatih teman-temanmu”, ucap bu aini. Saat itu juga aku istirahat sambil memikirkan omongan bu aini tadi.
Setelah acara renang selesai, bua aini melarangku naik mobil, “Vir, kamu nggak usah naik mobil, kamu sama pak agus saja”, ucap bu aini, “tapi kakinya pak aguskan masih sakit bu!”, jelasku, tiba-tiba saja pak agus muncul dan menyuruhku untuk tidak naik mobil, “kamu jangan naik mobil vir, kamu sama aku saja, kakiku udah mendingan kok!”, ucap pak agus, kali ini aku sudah nggak bisa lagi menolak, karena memang saat ini kondisiku benar-benar nggak vit, “yaudah, kalau gitu aku pulang sama pak agus saja”, ucapku, saat itu aku menunggu teman-temanku berangkat duluan, aku mencoba menutpi rasa sakitku dari pak agus, tapi entah kenapa pak agus selalu mengerti tentang apa yang aku rasakan, “kamu kedinginan ya? Sebaiknya kamu pakai jaketku”, ucap pak agus sambil memberikan jaketnya kepadaku, akupun langsung memakainya, di tengah perjalanan tiba-tiba pak agus menghentikan motornya, “waktu kita Cuma tinggal hari ini vir, besok aku sudah harus kembali ke kampus, aku ingin agar kamu tetap setia sama aku walaupun nantinya kita bakal LDR-an, aku mencintaimu sayang”, ucap pak agus, tiba-tiba saja air mataku jatuh menganak sungai dan pak agus segera menyekanya, “jangan menangis, aku tidak bisa melihatmu menangis”, ucap pak agus. Setelah aku mencoba tabah dan sabar, aku dan pak agus melanjutkan perjalanan untuk pulang ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, pak agus menunggu jemputanku, “pak agus nggak pulang?”, tanyaku, “aku akan pulang kalau kamu sudah pulang, kalau sekarang aku pulang, hatiku nggak bakal tenang”, ucap pak agus. Beberapa saat kemudian jemputanku datang, akupun pamit pada pak agus, “aku pulang dulu, sampai ketemu besok!”, ucapku sambil menahan air mataku, saat itu pak agus hanya membalasnya dengan senyum manisnya. Sesampainya di rumah aku segera mandi dan istirahat, tapi saat itu aku nggak bisa memejamkan mataku, aku nggak bisa membayangkan hidupku tanpa pak agus, aku belum siap, pak agus adalah semangat hidupku, Malam ini…aku akan berdoa agar esok kita bisa bertemu lagi, satu kali saja, dan untuk yang terakhir kalinya, untuk mengatakan sebuah kata yang sulit untuk ku katakan yaitu perpisahan, aku nggak akan terlellap sekarang, karena aku ingin menyampaikan sesuatu kepdamu, dan akan ku sampaikan esok hari. Dan akhirnya aku terlelap dalam tidurku.
Keesokan harinya adalah hari sabtu, hari ini adalah hari yang sangat kubenci, bukan perpisahan yang aku inginkan melainkan sebuah kebahagaan dan kebersamaan yang abadi. Saat aku memberikan sebuah bunga mawar merah pada pak agus, saat itu dia hanya diam dan nggak berani menatapku, saat itu juga aku mengucapkan suatu pesan kepada pak agus, “pak maafi aku kalau selama ini aku sudah merepotkan pak agus, aku juga mau bilang terima kasih sama pak agus karena udah nolongin aku waktu aku tenggelam kemarin, pak meskipun jarak akan memisahkan kita, yakinlah bahwa suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi, tapi jika Allah nggak mengizinkan kita untuk bertemu, aku punya satu permintaan sama pak agus, tolong jika aku nggak ada nanti, jangan pernah lupakan aku, aku nggak ingin pak agus meneskan air mata, tapi aku hanya ingin pak agus tetap mengingatku dan mendoakanku di setiap hembusan nafas pak agus, i love you”, saat itu air mataku telah berjatuhan membasahi pipi, sementara itu pak agus hanya tertunduk sambil menahan air matanya, perlahan pak agus mula memandangku dan memberiku pesan, “kamu jangan pernah bicara seperti itu, kamu harus yakin kalu suatu saat nanti kita pasti akan bertemu, tapi bukan di pemakamanmu sayang,aku........”, saat itu pak agus sudah tidak bisa lagi mengucapkan dan melanjutkan pesannya untukku, aku nggak bisa melihat pak agus menangis, akupun segera bersalaman dengan teman-teman PPL yang lain dan aku juga segera merangkul bu aisyah.
Karena aku nggak bisa melihat pak agus dan juga yang lainnya menangis, aku segera menuju ke lab IPA, dan ternyata di dalamnya ada bu aini, akupun segera memeluknya, dalam pelukan bu aini, ku utarakan semua beban yang menimpaku, “bu, maaf kalau aku nggak bisa berenang”, ucapku, “iya nggak papa, lain wwaktu aku akan mengajarimu untuk berenang”, ucap bu aini, “itu nggak mungkin bu, kakiku nggak bisa bertahan lama, aku takut kalu besok aku lumpuh!”, ucapku sambil menangis, “kamu jangan bicara seperti itu, kamu pasti sembuh”, ucap bu aini yang juga menangis dan berusaha menghiburku, “bagaimana aku bisa yakin kalau aku akan sembuh bu, bicarapun sekarang aku susah, apalagi menulis? 9 tahun aku minum obat, tapi sampai sekarang nggak ada perubahan”, ucapku, saat itulah tangisan bu aini dan teman-teman mulai mengharu biru, “kamu jangan bicara seperti itu, sekarang kita keluar yuk”, ucap bu aini yang memelukku sambil mebawaku keluar, karena terlalu shok, kakikupun kembali nggak bisa digerakkan dan akhirnya aku pingsan, bu aini dan pak agus segera membawaku ke UKS, di dalam UKS, tangisan itu masih ada, malah semakin jadi, aku yang baru sadar nggak bisa melihat bu aini dan pak agus menangis, pak agus yang paling nggak bisa melihatku menangis langsung meninggalkanku, sementara itu aku di UKS bersama bu aini dan teman-temanku.
Setelah kondisiku mulai membaik, kuputuskan untuk keluar UKS bersama bu aini untuk menemui pak kholid, saat itu aku dan bu aini nggak bisa terpisahkan, kami terus merangkul satu sama lain, di tempat pak kholid aku tidak melihat pak agus, saat aku mulai menyanyi, akupun memanggil semua anak PPL untuk keluar dan nyanyi bersama, “lagu ini buat kakak sekaligus teman-teman PPL dan spesial buat pak agus”, ucapku, saat itu juga aku mulai menyanyikan lagunya geisha bersama pak kholid dan saat itu juga aku melihat pak agus keluar dari lab IPA dan segera duduk disampingku bersama teman-teman PPL yang lain. Aku tidak bisa menyembunyikan tangisanku lagi, saat tiba di reff, aku kembali meneteskan air mataku, dan tangispun mulai kembali terdengar, pak agus terlihat begitu sedih, mata dan wajahnya terlihat begitu merah karena seringnya menangis, tapi suasana kembali happy setelah aku dan pak kholid menyanyikan sebuah lagu dangdut.
Usai pentas seni bersama teman-teman PPL, aku dan teman-teman PPL segera menuju ke kantin untuk makan, tapi saat itu aku lagi nggak mood buat makan, karena semua orang sudah tau kalau aku dan pak agus pacaran, mereka semua menyuruh pak aagus untuk menyuapiku, dan ini adalah kejadian yang nggak mungkin bisa di lupakan. Acara makan-makan sudah selesai, tapi aku masih enggan untuk kembali ke kelas, ku habiskan waktu yang tersisa ini bersama teman-teman PPL. Karena nggak ada pelajaran, rika dan nunuk menyusulku ke ruang lab IPA, saat itu mereka menyanyikan sebuah lagu yang berjudul pemilik hatimu dari armada, dan lagu itu spesial buat teman-teman PPL, saat itu aku berada disamping nunuk, sementara itu rika ada di lantai sambil memainkan gitarnya, dan pak agus ada di belakang rika, sedih rasanya melihat wajah pak agus yang dari tadi terlihat murung, dimana senyum manis itu ya Allah? Sampai sekarang aku masih mengingatnya, kau berusaha menyembunyikan kesedihanmu dariku, kau mencoba tetap tegar di hadapanku padahal hatimu telah rapuh, setelah rika dan nunuk kembali ke kelas, pak agus mencoba duduk disampingku, “vir, jaga hubungan kita ya? Kalau kamu butuh apa-apa bilang sama aku, kalau kamu kangen sama aku, bilang sama aku, aku pasti menemuimu”, ucap pak agus, belum sempat aku menjawab tiba-tiba pak bima memberi pengumuman “untuk semua anggota PPL agar segera mempersiapkan diri, karena sebentar lagi jemputan akan datang dan kita akan kembali ke UNESA”, ucap pak bima,sedih rasanya mendengarnya, tapi mau gimana lagi?
Setelah semuanya sudah siap, dan mobil jemputan sudah datang, pak agus memegang tanganku erat-erat, seolah-olah takut kehilangan dan takut tidak bisa bertemu lagi, saat itu pak agus membawaku ke dalam lab IPA dan memberi kenangan terakhirnya untukku, saat itu tangisan mulai bergema kembali, satu per satu teman-teman PPL pamit kepadaku dan kepada hanif, karena kebetulan saat itu hanya ada aku dan hanif yang berada di lab IPA. Dan satu per satu dari mereka mulai memasuki mobil, hanya anak olah raga yang masuk terakhir diantaranya adalah pak bima, pak agus, pak rio dan bu aini. Aku memeluk bu aini dengan erat, ku antarkan mereka sampai dipintu mobil, memang berat, tapi inilah kehidupan, setiap kali ada pertemuan pasti ada perpisahan. Selamat tinggal teman, semoga kita dapat bertemu lagi...dan aku akan tetap mencintaimu sayang...