RAMADHAN
TERAKHIR
Beberapa
hari lagi, bulan suci itu akan tiba, bulan yang sangat dinantikan oleh umat
Islam. Bulan dimana semua amal kebaikan yang kita kerjakan akan dilipat
gandakan pahalanya oleh Allah, bulan dimana Allah menghitung setiap langkah
hambanya yang melangkah untuk kebaikan. Dan dibulan yang penuh berkah ini, aku
ingin menghabiskannya bersama keluargaku. Dua jam berlalu, sedangkan aku masih
setia didepan laptopku untuk menyelesaikan tugas akhir kuliahku.
“
Firda, ayo turun, dari tadi kamu belum makan!”, teriak mama dari bawah
“
iya ma, sebentar, nanggung tinggal sedikit lagi ma, sebentar lagi Firda turun
kok!”, jawabku
Ketika
semua tugas sudah selesai, tiba-tiba handphoneku bordering, aku segera
mengambil handphone yang letaknya lumayan jauh dari tempat belajarku, saat ku
lihat di layar monitor, ternyata itu adalah panggilan masuk dari sahabatku,
Nella. Segera ku angkat telfon itu
“
iya, ada apa Nel?”, tanyaku langsung
“
kamu ini darimana saja sih, lama banget angkat telfonnya!”, ucap Nella dengan
nada marahnya
“
iya maaf, ada apa sih tumben banget telfon?”, tanyaku bercanda
“
eh Fir, besok anterin aku ke kampus yuk!”, pinta Nella
“
ngapain? Besokkan puasa? Lagi pula kampus masih libur!”, ucapku
Nella
pun menjelaskan semuanya, bahwa dia ingin bertemu dengan seseorang
Keesokan harinya, saat aku masih
tertidur, tiba-tiba Nella sudah muncul di kamarku
“
ayo bangun..Firda…”, ucap Nella seraya membangunkanku
“
kamu ini apaan sih Nel, masih ngantuk tau, lagi pula masih pagi juga”, ucapku
dengan mata yang masih terpejam
“
Firda, ini uda siang, uda jam 8 nih! Ayo bangun Fir..!”, ucapnya sambil
mengambil selimutku dan menarikku ke kamar mandi.
Meski
mata masih terasa berat, aku pun segera mandi dan bersiap-siap mengantar Nella
ke kampus.
“
udah?’, Tanya Nella
“
hemm…”, jawabku sedikit ngambek
“maaf
deh, yaudah berangkat yuk!”, ucap Nella sambil mengambil motornya
Sesampainya
di kampus, aku tidak menemukan siapa-siapa, aku pun menunggu Nella disamping
motornya
“
sebenarnya kamu ini janjian sama siapa sih?”, tanyaku
“
nggak tau, soalnya aku kenal dia di facebook, hehehe..”, jawab Nella
cengengesan
Beberapa
saat kemudian, seorang pemuda datang menghampiriku dan Nella. Saat itu Nella
terlihat salah tingkah ketika melihat pemuda itu.
“
hai, kamu Nella ya?”, Tanya pemuda itu
“
iya, aku Nella dan ini temanku Firda”, jawab Nella
“
hai, aku Adit”, ucap cowok itu sambil menjabat tangan Nella
“
kamu kesini sama siapa? sendirikah?”, Tanya Nella
“
tidak, aku sama temanku, dia masih di belakang”, jawab pemuda yang bernama Adit
itu
Mereka
pun segera mencari tempat untuk ngobrol, sementara aku seperti orang ketiga di
hubungan mereka. Beberapa saat kemudian aku melihat seorang pemuda, dia
berjalan kearahku, dari jauh sepertinya aku mengenalnya, tapi siapa? dan
ternyata dia adalah Haris, teman kakakku. Aku sangat terkejut melihat Haris,
begitu pula sebaliknya.
“
lo, Firda, ngapain kamu disini?”, Tanya Haris
“
aku lagi nunggu temenku, la kamu sendiri ngapain disini?”, tanyaku balik
“
Aku lagi nganterin temenku, katanya sih mau ketemuan sama seseorang”, jawab Haris
“
jadi, Adit itu teman kamu?”, tanyaku memastikan
“
lo, kamu kok kenal Adit? Iya, dia temanku!”, jawab Haris
Akupun
menjelaskan semuanya kepada Haris, dan saat itu juga Haris mengerti. Beberapa
saat kemudian Nella dan Adit datang
“
kalian kok akrab banget sih?”, Tanya Adit heran melihat keakraban aku dan Haris
“
iya, Firda ini adiknya temanku”, jawab Haris sambil mengelus kepalaku seperti
anak kecil, dan ini adalah kebiasaan Haris sejak aku kecil
“
oiya, Nel, kenalin ini Haris temannya kakakku dan teman Adit juga”, ucapku
“
hai, aku Nella, senang bisa mengenalmu”, ucap Nella dengan mata yang berbinar
Matahari
sudah diatas kepala, aku dan Nella memutuskan untuk balik
“
kami pamit dulu ya!”, ucap Nella dengan nada yang girang
“
iya hati-hati”, jawab Haris
“
Fir, salam ya buat kak Deni”, ucap Haris
“
siap!”, jawabku sambil beranjak pergi dari Haris dan Adit
Setelah sampai dirumah, Nella langsung
menggeretku ke kamar, padahal semua keluargaku sedang kumpul di ruang tamu
“
permisi om, tante, kak Deni, Nella pinjem Firda dulu ya!”, ucap Nella
Papa
dan mama hanya tersenyum melihat tingkah Nella, sementara kak Deni, dia harus mengintrogasiku
dulu
“
tunggu, kalian darimana?”, Tanya kak Deni
“
nganterin Nella ketemuan kak!”, ucapku keceplosan
“
ketemuan sama siapa?”, Tanya kak Deni kepo
“
kakak ini mau tau aja apa mau tau banget?”, Tanya Nella menggoda kak Deni
“
udah dulu ya kak, aku sama Nella masuk kamar dulu, ngerjain tugas”, ucapku
bohong sambil beranjak meninggalkan kak Deni yang masih bengong.
Sesampainya
di kamar, giliran Nella yang mengintrogasiku
“
kamu kenal Haris darimana?”, Tanya Nella
“
tadi aku kan udah bilang kalau Haris itu temannya kak Deni, emang kenapa?”,
tanyaku balik
“
emm… nggak papa, dia baik ya, ramah, ganteng, subhaanallah… dia perfect banget
Fir!”, ucap Nella memuji Haris
“
kamu suka ya sama Haris?”, tanyaku menebak nebak
“
sepertinya begitu, ya Allah… aku jatuh cinta, ternyata begini rasanya jatuh
cinta! Subhaanallah… indah banget”, ucap Nella sambil tersenyum sendiri
“
ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Jika aku dan sahabatku mencintai orang
yang sama? Sementara aku tau hati Haris hanya untukku”, ucapku dalam hati
“
kalau kamu suka sama Haris, lalu Adit bagaimana? Bukankah dia juga mencintai
kamu?”, tanyaku
Nellapun
menjelaskan semuanya, bahwa dia sama sekali tidak mencintai Adit, dan dia hanya
mencintai Haris, hanya Haris yang ada di hati Nella saat ini.
Beberapa minggu kemudian, aku nyaris
menghilang dari Nella, Haris dan juga Adit. Aku memutuskan untuk tinggal di
rumah nenek untuk beberapa hari ini. Saat aku dan nenek pergi ke pusat
perbelanjaan, aku bertemu dengan Haris
“
Firda, kamu kemana saja? Aku mencari kamu kemana-mana!”, ucap Haris dengan nada
khawatirnya
“
aku di rumah nenek Ris, sulit bagiku jika aku harus berbagi cinta dengan
sahabatku sendiri!”, jelasku
“
tapi aku sama sekali tidak ada perasaan sama Nella Fir!”, jelas Haris
“
sebentar Ris, aku nganter nenek ke mobil dulu, nanti kita lanjutin ngobrolnya”,
ucapku memotong pembicaraanku dengan Haris
Sementara
itu aku segera mengantar nenek ke parkiran dan membiarkan Haris menungguku
“
nenek pulang duluan saja, Firda masih ada keperluan dengan teman Firda”, ucapku
“
baiklah, tapi kalau pulang jangan malam-malam, soalnya hari ini mama papamu ke
rumah buat jemput kamu”, ucap nenek
“
iya nek!”, jawabku
Setelah
mengantar nenek, aku segera kembali menemui Haris, dan kulihat dari kejauhan,
aku melihat Nella yang sedang bercengkrama dengan Haris
“
Nella, sejak kapan kamu disini?”, tanyaku basa basi
“
dari tadi, yang jelas sebelum kamu datang”, jawab Nella berbohong
Karena
sudah jelas aku yang duluan datang bersama Haris dibanding dia, tapi aku tak
mempermasalahkannya.
“
duduk Fir!”, ucap Haris mempersilahkanku duduk
Sementara
itu aku melihat genangan air mata di pelupuk mata Nella
“
Nella, kamu kenapa?”, tanyaku
Saat
itu juga Nella menceritakan semuanya bahwa ia sakit dan dokter menvonisnya
sudah tinggal menghitung hari. Saat itu aku mencoba menenangkan Nella dan
memeluknya. Ya Allah, cobaan apa lagi ini? Kenapa harus sahabatku? Setelah
melihat surat dokter, aku sedikit nggak percaya, karena selama ini Nella
terlihat baik-baik saja. Keesokan harinya, aku dan Haris memutuskan untuk
menemui dokter Indra, dia adalah dokter yang menangani penyakit Nella. Dan saat
itu juga dokter menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi obat yang mampu membuat
Nella sembuh.
“
maaf sebelumnya, anda kan seorang dokter, bagaimana mungkin anda tidak
mempunyai obat untuk kesembuhan pasien anda?”, tanyaku dengan nada agak tinggi
“
Firda, sabar! Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa akan ada obat dibalik
semua penyakit”, ucap Haris berusaha menenangkanku.
Aku
dan Haris memutuskan untuk keluar dari ruangan Dokter Indra. Saat kami berjalan
menuju parkiran, tiba-tiba aku melihat om Tio dan tante Reni di depan ruang
ICU, mereka adalah orang tua Nella. Aku dan Haris segera menghampiri om Tio dan
tante Reni, tanpa bertanya apa yang telah terjadi, tanpa ku sadari air mataku
jatuh menganak sungai melihat sahabatku terbaring koma di ruang ICU. Segera
kupeluk tante Reni
“
Nella Fir… dia koma!”, ucap tante Reni yang menangis sesenggukan
Aku
hanya bisa menangis melihat kondisi Nella, “ya
Allah, jika aku harus mengorbankan cintaku untuk sahabatku, aku ikhlas ya
Allah, asal jangan ambil dia!”ucapku dalam hati
“
tante dan om yang sabar yah, pasti ada hikmah dibalik semua ini”, ucap Haris
yang berusaha menenangkan om dan tante Reni.
Aku
segera menghubungi keluargaku dan menceritakan semuanya, dan saat itu juga
semua keluargaku datang ke Rumah Sakit untuk memberi kekuatan dan motivasi pada
kedua orangtua Nella agar bisa lebih sabar menghadapi semua ini.
“Jika
dengan melepasmu bisa membuat keadaan membaik, maka akan aku lakukan meski
berat. Aku tak mungkin memaksamu untuk tetap bersamaku saat sahabatku
membutuhkanmu, aku tak seegois itu! Lupakan aku dan berikan cintamu pada Nella
di sisa waktunya”, ucapku dengan nada yang berat
“
bagaimana mungkin kamu melepaskanku, sementara hatimu masih bersamaku? Aku
tidak bisa melakukannya Fir!”, jawab Haris
“
demi aku Ris, juga demi persahabatanku! Jangan khawatir, ini bukan jalan cinta
untuk pergi, kamu hanya perlu menyisihkan waktumu untuk dia tanpa harus
meninggalkanku, lakukan Ris, aku mohon! Bisakah kau buat dia tersenyum di
saat-saat terakhirnya? Demi aku!”, pintaku memohon pada Haris
“
baiklah, akan ku lakukan seperti apa yang kamu mau, tapi satu hal yang perlu
kamu ingat, aku tidak pernah mencintai orang lain selain kamu”, ucap Haris.
“Meski hati dan perasaan ini sakit, tapi aku berusaha untuk tetap
bahagia melihatmu bersama orang yang sangat berarti bagiku. Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini,
pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang. Aku
tersenyum, itu caraku menghiasi luka . Aku tertawa , itu caraku untuk sembunyi”.
Tiga
hari berlalu, kini kondisi Nella cukup membaik sehingga dipindahkan ke ruangan
rawat inap. Pagi hari usai menyantap sahur dan sholat subuh, aku segera
bersiap-siap untuk ke Rumah Sakit untuk membesuk Nella. Beberapa saat kemudian,
kak Deni datang ke kamarku
“ kakak sudah tau semuanya!”, ucap kak Deni
“ maksud kakak apa? Aku tidak mengerti”, tanyaku
“ kenapa kamu tega mengorbankan perasaan kamu?
Haris sudah menceritakan semuanya sama kakak”, jelas kak Deni
“ selain itu, apa lagi yang bisa Firda lakukan?
Membiarkan sahabat Firda pergi begitu saja? Aku tak sejahat itu kak, setidaknya
jika esok Nella harus pergi, dia sempat merasakan kebahagiaan bersama orang
yang dia cinta”, jelasku
Tanpa sadar, aku telah mengobrol cukup panjang
dengan kak Deni, sampai aku tak sadar bahwa sekarang jam sudah menunjukan pukul
07.00.
“ Firda pergi dulu kak”, ucapku berpamitan
dengan kak Deni
Sedangkan kak Deni hanya membalasnya dengan
senyum tipisnya
Sesampainya di Rumah Sakit, hati ini kembali
terluka ketika melihat orang yang aku sayang sedang berdua bersama sahabatku.
Tapi tidak, aku tidak boleh sakit hati, bukankah ini adalah keputusan yang
telah aku buat sendiri? Akupun segera masuk ke kamar tempat Nella di rawat
“ pagi Nel? Gimana kondisi kamu hari ini?”,
tanyaku sambil meletakkan buah-buahan untuk Nella
“ belum ada kemajuan Fir, masih sama”, jawab
Nella dengan nada yang putus asa
“ kamu sudah sarapan? Sini aku suapin ya!”,
tanyaku
“ nggak usah Fir, tadi aku sudah sarapan bareng
Haris waktu sahur”, jelas Nella
Saat itu entah kenapa hati ini begitu sakit,
tanpa aku sadari, air mataku mulai menggenang di pelupuk mataku, aku segera
menghapusnya sebelum Nella dan Haris tau.
“ itu kan tadi pas sahur, sekarang waktunya
makan lagi biar kamu cepat sembuh dan bisa merayakan hari raya bareng aku dan
Haris juga keluarga!”, ucapku sambil membuka mangkok yang berisi bubur ayam
kesukaan Nella
“ sini, biar aku yang suapin”, ucap Haris sambil
mengambil mangkoknya dari tanganku
Melihat moment ini, hatiku semakin sakit, akupun
memutuskan untuk keluar sebentar
“ aku tau hati kamu sakit melihat aku yang
begitu perhatian dengan Nella, bukankah ini yang kamu inginkan? Sebenarnya aku
nggak mau melakukannya, tapi kenapa kamu memaksaku?”, ucap Haris dalam hati
“ Haris, lusa aku operasi, tolong kamu datang
ya! Jangan lupa ajak Firda”, ucap Nella
“ iya, aku dan Firda pasti datang, dan operasi
kamu pasti akan berjalan dengan lancar, karena dibulan suci ini, semua orang
berdoa yang terbaik untukmu, termasuk Firda, dia selalu berdoa untuk
kesembuhanmu, juga untuk operasi kamu, kamu tenang saja!”, ucap Haris yang
berusaha meyakinkan Nella
Sementara itu aku hanya bisa memandangnya
dibalik jendela kamar Nella di rawat. Beberapa saat kemudian aku masuk kembali
ke kamar Nella. Setelah berbincang cukup lama dengan Nella dan juga Haris, aku
dan Haris memutuskan untuk pulang.
“ Nel, sebelumnya aku minta maaf, besok aku
tidak bisa kesini, aku tidak bisa menemani kamu selama 4 hari ini, soalnya aku
ada keperluan dengan keluargaku”, ucap Haris
“ bukankah tadi kamu bilang kalau kamu akan
datangg? Tapi yasudah tidak papa kok Ris, kan masih ada Firda!”, jawab Nella
“ eh Nel, besok aku juga nggak bisa nemenin kamu
soalnya harus nganterin kak Deni buat lomba, dan mungkin aku pulang lusa”,
jelasku
“ kok gitu sih? Katanya mau nemenin aku operasi?
Kenapa nggak ada yang bisa? “, Tanya
Nella dengan wajahnya yang ngambek
“ aku dan Haris memang nggak disini, tapi
yakinlah, doa kami akan selalu bersamamu, bukankah masih ada orang tua kamu
yang setia menemani kamu!”, ucapku
Aku dan Harispun pergi meninggalkan Nella,
sementara itu saat diperjalanan menuju parkir, tak ada percakapan antara aku
dan Haris. Kami sibuk memikirkan apa yang akan terjadi pada Nella selepas
operasi nanti.
Saat diparkiran, aku melihat kak Deni
menjemputku
“ Fir, ayo cepat, kita berangkat sekarang!”,
teriak kak Deni dari jendela mobil
“ hai Den, aku dengar dari Firda, katanya kamu
ada lomba yah?”, Tanya Haris pada kak Deni
“ iya, makanya Firda tidak bisa menemani Nella
untuk operasi! Kamu bisa menggantikan Firda untuk menemani Nella kan?”, Tanya
kak Deni balik
“ aku juga nggak bisa Den, soalnya aku ada
keperluan keluarga”, jawab Haris
Saat itu Haris dan kak Deni melanjutkan
perbincangan mereka di depan mobil, sementara itu karena lelah aku segera masuk
ke dalam mobil untuk istirahat. Beberapa saat kemudian aku dan Haris berpisah.
Aku
terus berdoa untuk kak Deni dan juga Nella, aku berdoa semoga mereka berdua
diberi kelancaran. Dan tak lupa doa untuk orang yang selalu ada dalam hatiku,
Haris. Aku berdoa agar dimanapun Haris berada, dia selalu terjaga. Beberapa
saat kemudian lomba kak Deni berjalan dengan lancar dan masuk ke semi final,
sementara itu kabar baik menyelimuti Nella dan keluarga karena operasi Nella
yang berjalan dengan lancar. Ternyata tuhan telah mengabulkan doaku. Selang
beberapa jam, kak Deni mendapat berita bahwa Haris kecelakaan, dan dia meninggal
saat itu juga. Betapa terkejutnya diri ini mendengar berita bahwa orang yang ku
sayang kini telah tiada. Butiran air mata tak dapat lagi ku bending, rasa tak
percaya akan hal ini masih aku rasakan saat itu tapi kak Deni meyakinkanku
dengan membawaku ke pemakaman Haris.
Aku
menangis diatas gundukan tanah merah yang masih basah. Ku taburi tanah itu
dengan bunga dan kusirami dengan air doa dan juga air mata. Rasa tak percaya
membuatku semakin tak yakin bahwa ini adalah makam Haris, kekasihku, tapi nasi sudah
menjadi bubur. Haris sudah pergi meninggalkanku, meninggalkan sejuta kenangan
bersamanya. Aku masih mengingat saat terakhir kali ku bersama dengan Haris,
saat itu dia tersenyum memanggilku yang masih sibuk mengurusi operasi Nella, “
segitu berartinya Nella buat kamu, sampai kamu ikhlas membagi cintamu untuk
sahabatmu, aku bangga sama kamu!”, ucap Haris kala itu. Ungkapan yang begitu
tulus. Sejenak ku termenung menatap pusara, mengenang kisah cintaku yang harus
berakhir dengan kepedihan. Kini cintaku terkubur bersama jasadmu, tanah merah
yang menjadi saksi bisu kisah ini. Rasa sesal dan rasa bersalah karena telah
memaksanya berbagi kasih pun takkan pernah bisa membuatnya kembali. Hanya doa
yang bisa kupanjatkan agar kau tenang disana. Walaupun kini dia telah tiada
namun kenanganku dengannya akan tetap hidup.
Mungkin ini cara tuhan, agar kau tak tersiksa ketika kau harus memilih
antara aku atau sahabatku. Bagiku kau masih bersamaku, kau masih hidup dalam
memori dan juga hatiku. Inilah ramadhan yang menyedihkan bagiku, karena aku
tidak bisa merayakan hari kemenangan bersama orang yang kucinta. Selamat jalan
sayang, biarkan aku
merajut rindu di malam takbiran ini bersama dinginnya angin malam dan jarak
yang terlampau jauh. Semoga rindu ini sampai pada tempatmu berada sekarang.