Senin, 23 November 2015

Contoh dari 3 unsur utama yang harus ada di dalam sikap kita terhadap agama yaitu iman, ilmu, dan amal

Nama : Emmawati Firdaus NIM : 14441015 Prodi : PGSD (A) Mapel : PAI Pertanyaan 1. Contoh dari penjelasan 3 unsur utama yang harus ada di dalam sikap kita terhadap agama yaitu iman, ilmu, dan amal adalah…… Jawaban 1. a. Sesungguhnya iman kepada Allah itu adalah kehidupan hati, memasak (sebagai asas) kekuatan kepadanya untuk menaiki tangga kesempurnaan. Ia adalah pendorong bagi jiwa agar menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik, jauh dari kehidupan dan hal-hal yang tidak berguna. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Karni berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah rnasyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 122) b. Iman itu adalah sumber ketenangan dan kedamaian bagi setiap orang, kerana ia sejalan dengan fitrah dan seiring dengan tabiatnya. Ia adalah sumber kebahagiaan bagi masyarakat, kerana ia mengukuhkan ikatan-ikatan masyarakat, merapatkan tali kekeluargaan dan membersihkan perasaan-perasaan, dan dengan itu semua masyarakat meningkat menggapai kemuliaan (fadhilah). Dan fadhilah itu adalah nikmat kerelaan (redha) dalam segala hal, dalam kondisi lapang atau sempit, mudah atau sulit serta manis atau pahit, kerana beriman kepada qadha’ Allah dan hikmah-Nya. Sebagaimana firman Allah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216) Imam Muslim dengan sanadnya dan Shuhaib meriwayatkan, Rasulullah s.a.w., bersabda, “Sungguh menghairankan urusan orang mukmin itu. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Tidaklah hal itu berlaku bagi seseorang kecuali bagi seorang mukmin. Jika ia mendapat nikmat ia bersyukur maka menjadi baik baginya. Dan jika ia ditimpa musibah ia bersabar, maka menjadi baik untuknya.” (Hadis Riwayat 4/2295, Ahmad 4/332-333, 6/15-16) Maka orang mukmin yang menjiwai dan merasakan seperti ini akan tenang hatinya, selesa badan dan jiwanya. Kehidupannya penuh dengan kebahagiaan, dinaungi oleh perasaan redha dan damai, serta merasa tenang atas rahmat Allah dan keadilan-Nya, kerana Dia adalah tumpuan harapannya, benteng perlindungannya, permata hatinnya dan kenyamanan imannya. c. Sucinya hati dan kejernihan jiwa. Membawa maksud, iman itu menyucikan jiwa dari persangkaan-persangkaan, khurafat dan takhayul. Dengan begitu ia akan jernih dan bersih sesuai fitrahnya, keadaannya akan meningkat dengan karamah yang ada padanya. Maka setiap rasa tunduk dan khusyu’ di dalamnya untuk menyatukan arah kepada Penciptanya, Yang memiliki kurnia atas dirinya dan atas seluruh makhluk, serta menjamin kepentingan mereka semua. Bilamana ia merasakan pada dirinya keutuhan penciptaan dan tenjaminnya rezeki maka sirnalah (lenyaplah) ikatan-ikatan takhayul, takut dan harapannya dari makhluk lain, baik para pembesar manusia mahupun bayangan menakutkan yang diciptakan oleh daya khayal yang disangka ada pada benda-benda langit (planet dan binatang), pepohonan, bebatuan dan sejenisnya, atau kuburan dari ahli kubur yang dikeramatkan. Maka dengan iman itu ia akan bergantung kepada Allah, Tuhan Yang Maha haq, dan akan berpaling dari yang selain-Nya. Maka bersatulah manusia dalam ketergantungan (ta’alluq) dan tujuan (hadaf), serta hilanglah dorongan-dorongan untuk bersaing dan berselisih. d. Menampakkan kemuliaan (izzah) dan kekebalan (mana’ah). Orang yang beriman percaya bahwa dunia adalah mazra’atul akhirah (ladang untuk akhirat), seperti dalam firman Allah, “Dan dirikanlah solat dan tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah: 110) “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 7-8) Dan ia mengimani bahwa apa yang ditakdirkan luput darinya, tidak akan mengenainya, dan apa yang ditakdirkan menimpanya pasti mengenainya. Dengan itu, terhapuslah dari dalam hatinya terhadap perihal kekhuwatiran dari segala macam rasa takut. Maka dia tidak akan rela kehinaan dan kerendahan untuk dirinya, ia tidak akan tinggal diam atas kekalahan dan penindasan. Dari sini kita mengetahui dengan jelas bagaimana tugas-tugas berat dan agung mampu ditempuh melalui tangan Rasulullah dan juga tangan-tangan para sahabatnya. Sesungguhnya kekuatan bumi semuanya tidak mampu menghadang di depan orang yang hatinya dipenuhi oleh pancaran iman, amalnya didasarkan pada pengawasan Allah dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan akhirnya. Kita juga memahami bagaimana para rasul dan para nabi di mana mereka sendirian menghadapi kaum dan umatnya yang bersatu, mereka tidak mempedulikan jumlah manusia dan kekuatannya. Dalam Sejarah Nabi Ibrahim dan Hud terdapat sikap yang dapat menjelaskan dan menampakkan kekuatan iman yang sebenarnya. e. Berhias dengan akhlak mulia. Sesungguhnya iman seseorang kepada suatu kehidupan sesudah kehidupan duniawi ini dan di sana akan dibalas segala perbuatan akan membuat dia merasa bahawa hidupnya mempunyai tujuan dan makna yang tinggi; suatu perkara yang dapat mendorongnya untuk berbuat baik, berbudi luhur dan berhias dengan keutamaan, menjauhi kejahatan dan melepas pakaian kehinaan. Dengan begini akan terwujudlah peribadi yang utama dan masyarakat yang mulia serta negara yang makmur. f. Bersemangat, giat serta rajin bekerja. Sesungguhnya orang yang beriman kepada qadha’ Allah dan qadar-Nya, mengetahui kaitan antara sebab dan akibat, mengerti nilai amal, kedudukan dan keutamaannya, ia akan mengetahui bahawa di antara taufik Allah bagi manusia adalah petunjuk-Nya untuk mengupayakan sebab-sebab yang dapat menghantarkan kepada tujuan. Dan dia tidak akan berputus-asa apabila ada sesuatu yang tidak dia capai, sebagaimana dia tidak akan lupa diri dan sombong apabila berhasil meraih keuntungan dunia, sebagai wujud dan iman kepada firman Allah s.w.t., “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan din.” (Al-Hadid: 22-23)

MAKALAH PEREODESASI SASTRA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Sastra lahir dari proses kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat dan terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Sastra sering juga ditempatkan sebagai potret sosial. Ia mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Ia dipandang juga memancarkan semangat zamannya. Dari sanalah, sastra memberi pemahaman yang khas atas situasi sosial, kepercayaan, ideologi, dan harapan-harapan individu yang sesungguhnya merepresentasikan kebudayaan bangsanya. Dalam konteks itulah, mempelajari sastra suatu bangsa pada hakikatnya tidak berbeda dengan usaha memahami kebudayaan bangsa yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, mempelajari kebudayaan suatu bangsa tidak akan lengkap jika keberadaan kesusastraan bangsa yang bersangkutan diabaikan. Di situlah kedudukan kesusastraan dalam kebudayaan sebuah bangsa. Ia tidak hanya merepresentasikan kondisi sosial yang terjadi pada zaman tertentu, tetapi juga menyerupai pantulan perkembangan pemikiran dan kebudayaan masyarakatnya. Kesusastraan Indonesia merupakan potret sosial budaya masyarakat Indonesia. Ia berkaitan dengan perjalanan sejarah. Ia merupakan refleksi kegelisahan kultural dan sekaligus juga merupakan manifestasi pemikiran bangsa Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kesusastraan dan fungsinya? 2. Kapan kesusastraan lahir? 3. Apa saja pembabakan kesusastraan? 4. Apa pengertian dari kesusastraan lama? 5. Apa pengertian dari kesusastraan peralihan? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian kesusastraan dan fungsinya. 2. Untuk mengetahui lahirnya kesusastraan. 3. Untuk mengetahui pembabakan kesusastraan. 4. Untuk mengetahui pengertian dari kesusastraan lama. 5. Untuk mengetahui pengertian dari kesusastraan peralihan. BAB II PEMBAHASAN 1. Kesusastraan dan Fungsinya Sastra merupakan suatu kata yang sampai saat ini belum ada yang mampu menafsirkan secara tepat tentang pengertiannya, bahkan kata tersebut sampai saat ini masih menjadi bahan pertanyaan para ilmuan semi untuk mencari keselarasan pengertian yang tepat. Dalam kehidupan masyarakat, sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut. 1. Fungi rekreatif Sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya. 2. Fungsi didaktif Sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya. 3. Fungsi estetis Sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat/atau pembacanya. 4. Fungsi moralitas Sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/penikmatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi. 5. Fungsi religious Sastra menghadirkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra. Fungsi kesusastraan bagi suatu bahasa, yaitu: 1. Mendokumentasikan segala segi kehidupan bangsa, baik yang bersifat jasmaniah (material) maupun rohaniah (spiritual). 2. Memberikan arah terhadap cita-cita bangsa dari satu generasi ke generasi berikutnya. 3. Memperteguh rasa kepribadian bangsa. 4. Membangkitkan dan memelihara jiwa dan semangat kewiraan suatu bangsa. 5. Menjadi sumber penyekidikan adat-istiadat dan kebudayaan suatu bangsa. 6. Mempertinggi derajat dan martabat suatu bangsa. 7. Menjadi sumber penelitian (penyelidikan) suatu bangsa. 2. Masalah Lahirnya Kesusastraan Masalah itu diangkat dan dibahas oleh Ajip Rosidi dalam bukunya Kapankah Kesusastraan Indonesia Lahir (1988), yang cetakan pertamanya tahun 1964. Orang pertama dan serius membicarakannya adalah Umar Junus. Menurut dia, kesusastraan Indonesia baru ada setelah bahasa Indonesia ada karena sastra baru ada setelah bahasa ada. Bahasa Melayu berakhir pada tahun 1928, kemudian bertukar nama dengan bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia. Sebagai pegangan, titik mula bagi sastra Indonesia juga tahun 1928, yang dapat berubah sedikit. Artinya, bisa mundur atau maju dari tahun itu. Tahun 1921 dengan terbitnya roman Azab Sengsara karya Merari Siregar dan Sitti Nurbaya karya Marah Rusli tidak bisa diterima karena buku-buku terbitan Balai Pustaka itu “bertentangan sekali dengan sifat nasional yang meleat pada nama Indonesia”. Lebih tepat karena “sastra Indonesia baru dengan tegas memperlihatkan dirinya pada tahun 1933”, tahun terbitnya majalah kebudayaan Poedjangga Baroe. Tanggal 20 Mei 1908 merupakan tonggak sejarah kebangkitan nasional. Kaitannya dengan sejarah sastra Indonesia, Ajip Rosidi lebih cenderung rasa nasionalisme baru bangkit pada tahun 1920 atau 1921 karena pada tahun-tahun itu terbit dalam majalah Jong Sumatra sajak-sajak Muhammad Yamin, Moh. Hatta, Sanusi Pane dan lain-lain. Tahun 1922 saat terbitnya Tanah Air untaian sajak Muhammad Yamin. Memang Tanah Air yang dilantunkan Muhammad Yamin belum lagi tanah air Indonesia dalam arti geografis seperti sekarang. Enam tahun kemudian dia turut memelopori pengakuan bangsa, tanah air dan bahasa Indonesia sebagai dasar persatuan Indonesia. Jauh sebelum terbit roman-roman Balai Pustaka di Indonesia telah tumbuh dan berkembang sastra Melayu-Tionghoa. Kesusastraan Melayu-Tionghoa sudah ada sejak 1870, sedangkan kesusastraan Indonesia modern baru muncul belakangan. Masalahnya sekarang: di mana letak dan apa peranan sastra Melayu-Tionghoa itu dalam rangka kesejarahan sastra Indonesia? Sejauh ini belum ada pengakuan atas kepeloporan masyarakat Peranakan Tionghoa dalam proses kebangsaan Indonesia melalui kesusastraan. Kurangnya pengakuan ini tidaklah adil. Secara kuantitatif, menurut perhitungan Claudine Salmon, selama kurun waktu hampir 100 tahun (1870-1960) kesusastraan Melayu-Tionghoa ada 806 penulis dengan 3.005 buah karya. Bandingkan catatan Prof. Dr. A. Teeuw, selama hampir 50 tahun (1918-1967), kesusastraan modern Indonesia asli hanya ada 175 penulis dengan sekitar 400 buah karya. Kalau dihitung sampai tahun 1979, sebanyak 284 penulis dan 770 buah karya. 3. Pembabakan Kesusastraan HB. Jassin adalah orang yang pertama kali membuat pembabakan sastra Indonesia. Pembabakan sastra Indonesia ini selanjutnya disebut dengan istilah angkatan dalam sastra Indonesia. Hal ini beliau lakukan sesuai dengan tugasnya sebagai dosen sastra pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Dalam mata kuliah Sejarah Sastra Indonesia beliau membagi lagi menjadi dua bagian besar, yaitu: Sastra Melayu lama dan Sastra Indonesia Modern. Sastra Indonesia Modern dibedakan lagi menjadi tiga bagian: • Sastra angkatan 20 (Balai Pustaka) • Sastra angkatan 33 (Pujangga Baru) • Sastra angkatan 45 (Kemerdekaan). Atas dasar inilah pembabakan sastra Indonesia yang dirumuskannya dengan tegas disebutnya dengan istilah angkatan. Istilah angkatan dalam sastra Indonesia dimaknai pembagian zaman dalam kesusastraan Indonesia, yang didasarkan pada persamaan konsepsi atau ide pengarang yang hendak diperjuangkannya. Dalam pengertian ini terkandung suatu cita-cita, baik yang tersurat maupun tersiratyang ingin diperjuangkan, walaupun tidak dinyatakan secara formal. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa suatu angkatan dalam sastra Indonesia akan lahir dalam kurun waktu antara 15-25 tahun. Buyung Saleh juga mencoba membuat pembabakan sastra Indonesia dengan istilah periodisasi sastra Indonesia. Dalam hal ini yang menarik tinjauan Buyung Saleh adalah sastra dilihat dari latar belakang sosial, sesuai dengan aliran yang dianutnya, yaitu realism-sosialis. Beliau membedakan sastra Indonesia menjadi empat periode, yaitu: 1. Periode awal tahun 1920 2. Periode antara tahun 1920 hingga tahun 1933 3. Periode antara tahun 193 hingga tahun 1942 4. Periode tahun 1945 hingga kini Bila diperhatikan dengan seksama, tinjauan HB. Jassin dan Buyung Saleh mengenai pembabakan sastra Indonesia tampaknya ada persamaan dan perbedaannya. pembabakani atau periodesasi dalam tulisan ini dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu sastra lama, sastra peralihan, dan sastra baru. Hal ini digunakan sebagian besar penulis sejarah sastra yang ada kecuali yang tidak mengakui sastra sebelum kemerdekaan. Meskipun menggunakan periodisasi yang sama kategori sastra yang dimasukkan dalam periode-periode tersebut berbeda. Akan tetapi berikut akan dihadirkan periodisasi-periodisasi yang dilakukan oleh penulis-penulis sejarah sastra. • Masa Animisme-Dinamisme • Masa Hindu • Masa Islam • Masa Peralihan / Abdullah bin Abdulkadir Munsyi • Angkatan Balai Pustaka • Angkatan Pujangga Baru • Kesusastraan Zaman Jepang • Angkatan 45 • Angkatan 50 • Angkatan 66 • Angkatan 80 • Angkatan 2000 4. Kesusastraan Lama Sastra lama menurut para ahli meliputi kesusastraan zaman purba, kesusastraan zaman Hindu, dan kesusastraan zaman Islam. Meskipun periodisasi ini diakui oleh hampir semua penulis sejarah sastra Indonesia, namun rentang tahun yang digunakan berbeda-beda. Nugroho Notosusanto membagi dua periode, yaitu kesusastraan Melayu lama dan kesusastraan Melayu modern. Rentang waktu sastra Melayu lama sejak masa dahulu yang tidak terbatas sampai periode 1920-an. Rentang waktu ini juga sama dengan yang dinyatakan oleh Ajip Rosidi, dan H.B Jassin. Penulis lain menyelipkan, di antara kesusastraan Melayu lama dan kesusastraan Melayu baru, kesusastraan peralihan. Hal inilah yang membedakan rentang waktu tersebut. Sebagian penulis memasukkan masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ke dalam satra lama, sastra peralihan, dan ada yang memasukkan ke dalam kesusastraan Indonesia baru. • Kesusastraan Zaman Purba/Kuno • Kesusastraan Zaman Hindu • Kesusastraan Zaman Islam 5. Kesusastraan Peralihan Kesusastraan peralihan ini terjadi pada zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (lahir pada 1796 dan meninggal pada 1854). Pada masa ini sudah ada pengaruh barat terhadap kesusastraan Indonesia (Melayu). Sabaruddin Ahmad memasukkan periode ini kedalam kesusastraan baru. Kesusastraan zaman ini juga disebut dengan kesusastraan zaman Abdullah. Penamanaan ini dengan mempertimbangkan setidak-tidaknya dua hal. Pertama, perubahan corak kesusastraan itu dipelopori oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Kedua, kesusastraan pada zaman itu tidak berkembang dan hanya merupakan karya Abdullah sendiri karena tanpa pengikut. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut. Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura. Kesusastraan Indonesia merupakan potret sosial budaya masyarakat Indonesia. Ia berkaitan dengan perjalanan sejarah. Ia merupakan refleksi kegelisahan kultural dan sekaligus juga merupakan manifestasi pemikiran bangsa Indonesia. Periksa saja perjalanan kesusastraan Indonesia sejak kelahirannya sampai kini. B. SARAN Sebagai generasi muda penerus sastra sudah seharusnya kita mengetahui periodisasi sastra yang mencakup tokoh, karakteristik, dan hasil karyanya dan melanjutkan perjuangan mereka dengan menghasilkan karya-karya sastra yang baru. DAFTAR PUSTAKA http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/sastra-indonesia http://astifebrianti.blogspot.co.id/2013/10/sejarah-sastraperiodisasi-sastra.html http://yosiabdiantindaon.blogspot.co.id/2012/04/kesusastraan-indonesia-modern.html https://ilmuwanmuda.wordpress.com/perkembangan-berbagai-bentuk-sastra-indonesia/ https://www.facebook.com/notes/nuriza-aulia/perkembangan-sastra-indonesia-dari-zaman-ke-zaman/888263764522297

KERJA KERAS SEORANG IBU

Kerja keras seorang Ibu Tiap hari kau s’lalu membanting tulang Mencari rupiah demi aku dan keluargamu Tak kenal lelah untuk terus berjuang Demi masa depanku kelak Saat kau tidur, aku melihat kau sangat letih Berderai air mataku hingga tak kuasa menahan Ibu,,,, Kau adalah surgaku maafkan jika aku punya dosa dari semua sikapku yang membuatmu menangis kau adalah segala buatku izinkanlah aku untuk membahagiakanmu sebelum kau dipanggil Tuhan ibu, kaulah wanita satu-satunya yang mengerti, mengasihiku dengan tulus orang yang tak pernah berhenti mendoakanku wanita yang paling mulia terimakasih ibuku aku sayang dan bangga menjadi anakmu Ibu,,

SEJARAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan berbagai ragam bahasa daerah yang dimilikinya memerlukan adanya satu bahasa persatuan guna menggalang semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan ini sangat penting dalam perjuangan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis. Selain menjadi bahasa penghubung antar suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan Nusantara Kesadaran politis semacam inilah yang memunculkan ide pentingnya bahasa yang satu, bahasa persatuan, bahasa yang dapat menjembatani keinginan pemuda-pemudi dari berbagai suku bangsa dan budaya di Indonesia saat itu. Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlahnya pemakainya, maupun dari segi tata bahasa dan kosa kata serta maknanya. Sekarang bahasa Indonesia telah menjadi bahasa modern yang digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak negara. Bahkan keberhasilan bangsa Indonesia dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada generasi muda dicatat sebagai prestasi dari segi peningkatan komuniksi antara warga negara Indonesia. Mahasiswa peserta kuliah perlu disadarkan akan kenyataan ini dan ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita. Mahasiswa yang berkepribadian baik adalah mahasiswa yang menghargai sejarah perkembangan Bahasa Indonesia. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia ? 2. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia ? 3. Apa fungsi bahasa Indonesia ? C. Tujuan Masalah Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejarah bahasa Indonesia. 2. Untuk mengetahui kedudukan bahasa Indonesia. 3. Untuk mengetahui fungsi bahasa Indonesia. BAB II LANDASAN TEORI A. Sejarah Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern. Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia sebagai Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908, yang kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.Pemuda-pemudi Indonesia pada masa pergerakan berhasil menyelenggarakan Kongres Pemuda Indonesia. Dalam kongres tersebut tercetuslah ikrar bersama yang lebih dikenal dengan Sumpah Pemuda . Ikrar Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu salah satu butirnya adalah menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Adapun bunyi ikrar lengkap pemuda Indonesia yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda itu adalah sebagai berikut. Teks Sumpah Pemuda Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,Tanah Air Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Secara historis bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu Riau sebab bahasa yang dipilih sebagai bahasa nasional itu adalah bahasa Melayu, yang sudah menjadi lingua franca di pelabuhan-pelabuhan perniagaan yang tersebar di wilayah Nusantara, yang kemudian diberi nama bahasa Indonesia. Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut. • Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh wilayah NUsantara. • Bahasa Melayu memunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari, mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya. • Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan. • Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. • Ada nya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang mulia.  Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Masa Kolonial Meskipun bukti-bukti autentik tidak ditemukan, bahasa yang digunakan pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu.Sementara itu, bukti-bukti yang tertulis mengenai pemakaian bahasa Melayu dapat ditemukan pada tahun 680 Masehi, yakni digunakannya bahasa Melayu untuk penulisan batu prasasti, di antaranya sebagai berikut. • Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit berangka tahun 683 Masehi. • Prasasti yang ditemukan di Talang Tuwo (dekat Palembang) berangka tahun 686 M. • Prasasti yang ditemukan di Kota Kapur (Bangka Barat) berangka tahun 686 M. • Prasasti yang ditemukan di Karang Brahi (antara Jambi dan Sungai Musi) berangka tahun 686 M. • Prasasti dengan nama Inskripsi Gandasuli yang ditemukan di daerah Kedu dan berasal dari tahun 832 Masehi. • Pada tahun 1356 ditemukan lagi sebuah prasasti yang bahasanya berbentuk prosa diselingi puisi (?). • Pada tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, ditemukan batu nisan yang berisi suatu model syair tertua .  Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Kolonial Pada abad XVI, ketika orang-orang Eropa datang ke Nusantara mereka sudah mendapati bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan bahasa perantara dalam kegiatan perdagangan. Bukti lain yang dapat dipaparkan adalah naskah/daftar kata yang disusun oleh Pigafetta pada tahun 1522. Di samping itu, pengakuan orang Belanda, Danckaerts, pada tahun 1631 yang mendirikan sekolah di Nusantara terbentur dengan bahasa pengantar. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan surat keputusan: K.B. 1871 No. 104 yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumiputera diberi dalam bahasa Daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu.  Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Pergerakan Setelah Sumpah Pemuda, perkembangan Bahasa Indonesia tidak berjalan dengan mulus. Belanda sebagai penjajah melihat pengakuan pada bahasa Indonesia itu sebagai kerikil tajam. B. Kedudukan Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional , dan sebagai bahasa resmi/Negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda.Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan.  Secara Nasional 1) Lambang Kebanggaan Nasional. Lambang kebanggaan nasional. Sebagai lambang kebanggaan nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai- nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga, menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya. 2) Lambang Identitas Negara. Sebagai lambang identitas Negara, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Berarti bahasa Indonesia dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya. 3) Alat pemersatu bangsa yang berbeda latar belakang sosial budaya. 4) Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilainilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masingmasing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia. 5) Alat Penghubung antar budaya antar daerah. Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.  Secara Resmi 1) Bahasa resmi kenegaraan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan. Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. 2) Pengantar dalam dunia pendidikan. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan. Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek). 3) Penghubung pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah. Digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan antar badan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat 4) Alat pengembangan kebudayaan,ilmu pengetahuan teknologi. Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lainnya. Karena sangatlah tidak mungkin bila suatu buku yang menjelaskan tentang suatu kebudayaan daerah, ditulis dengan menggunakan bahasa daerah itu sendiri, dan menyebabkan orang lain belum tentu akan mengerti. C. Fungsi bahasa Indonesia  Fungsi Khusus : 1) Pergaulan, bahasa untuk berinteraksi 2) Seni, bahasa untuk mengekspresikan seni. 3) Pengetahuan, bahasa untuk mengeksploitasi Pengetahuan. 4) Sejarah, bahasa untuk mempelajai naskah-naskah kuno. 5) Sebagai alat menjalankan administrasi Negara. 6) Sebagai alat merapatkan pel bagi suku menjadi satu bahasa. 7) Sebagai alat untuk menampung kebudayaan baru yang nasional.  Fungsi Umum : 1) Bahasa adalah alat untuk berekspresi. 2) Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. 3) Bahasa adalah alat kontrol sosial. 4) Bahasa adalah alat integrasi dan adaptasi sosial BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. salah satu fungsinya, sebagai Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya, serta bahasa daerah yang berbeda. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa Austronesia yang telah di gunakan sebagai lingua franca di nusantara sejak abad abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 . Dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: a. Bahasa resmi kenegaraan. b. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan. c. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan. perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. d. Alat pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: a. Lambang kebanggaan nasional b. Lambang identitas nasional c. Alat pemersatu berbagai suku bangsa d. Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya B. Saran Sebagai penyusun saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini maka dari itu saya memohon kritik dan saran bagi pembaca. Dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia.berkata dan bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain. Sedemikian rupa sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang social budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. DAFTAR PUSTAKA a. DR. Alek& Prof. DR. H. Ahmad H.P. “Bahasa Indonesia untuk PerguruanTinggi”. Jakarta: Kencana, 2011. b. Http://Sejarah Bahasa Indonesia _ indoSastra.com.htm. c. Penyusun. 2014. Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Gresik. d. Badan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia. e. http://kokokurnia.wordpress.com/2011/11/05/fungsi-bahasa-indonesia-sebagai-bahasanasional-dan-bahasa-negara/ f. http://muhfaishalf.blogspot.com/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html g. http://andierwina.blogspot.com/2012/10/sejarahfungsi-dan-kedudukan-bahasa.html

KAMUS BAHASA GRESIK

KAMUS BAHASA GRESIK A andus = kesukaan andok = makan di warung anyang-anyangen = gudu nguyuh angop = menguap agi = ayo, mari apen-apen = akting ambu = bau atek = pakai antem = lempar anteng = diam / tenang aras-arasen = malas arang = jarang areng = arang angger = asal ancen = emang amblas = ilang ambu = bau angon = melihara amben = kasur / tempat tidur ancang-ancang = jaga jarak antep = bersendawa antep = berat asat/sat = gak ada air alom = layu ambong = cium ape = akan aran jeneng = nama ambek = bersama B Bae = saja batang = bangkai mbatang = turu bedigasan = banyak tingkah bediyang = sampah yang dibakar bedegelen = susah buang air besar begejekan = bercanda begidak = mokong/nakal begejel = anak setan bedengek = kurang ajar belakra'an = keluyuran berung = jahil, usil bongko = mati bakwan = bakso butulan = lorong kecil samping rumah belenek = jijik bengak-bengok = teriak-teriak bidak = buta brokohan = punya hajat bayang = kasur / tempat tidur babat = motong bribeni = berisik bupungan = bersama-sama Bahero = Luas sekali Bandaran = Nama daerah dekat brok (pelabuhan) Bangkel Bungkusan = barang yang digendong Balong panggang = Nama kecamatan Bati = Untung, laba Becikane = membenarkan Bedilan = Nama kampung/kelurahan Belandong = Pencari kayu Belandongan = Nama kampung/desa Bekakak = Nama jenis masakan/makanan Benjeng = Nama kecamatan Benges = Lipstick, gincu Bejo = untung-untungan Bleduk = Debu Blenger = Bosan Brok = Pelabuhan C cangkem = mulut cumplung = copot, lepas cak = kakak cengor = hidung congok = bodoh culik = langsung balik cengkiwing = membawa cikrak = serok candak = kerjakan curek = kotoran telinga culek = colok cawik / cewok = cebok cocol = telanjang cocok'an = rakus canteng = gayung D dak = tidak dalu = malam deluang = kertas delok = lihat dengklek = pincang dobol = sobek gede dontok/ nontok = lihat dingklik = kursi kecil dila uplik = Lampu Tempel dampar = kursi panjang dolen / dulin = main dungaren = tumben de'e = dia dewek = kita duduk/uduk = bukan denger = ngerti E ealah = mengeluh embong = jalan besar emboh = gak tahu embo = nambah lagi (makan) emplok = makan eson = aku ethes = kebanyakan omong eman = disayangkan empet/ngempet = nahan endel = ganjen enthuk = mendapat entek = habis elok/melok = ikut engkok = entar / nanti endi = mana encep = tancap ejok = cuci tangan/kaki G gageh = lekas gancolan/gocek'an = pegangan gantrung = capung gayeman = nggrangsang gendul = Botol genda'kan = pacaran getek = kayu kecil getekk = perahu kayu gotek = mengambil sesuai dengan tongkat panjang getun = kecewa gilo = jijik guwak = buang gutek = milik gondok = ngambek gondol = dicuri gelibet = mumet gerangsang / gragas = rakus gedabrus = banyak omong gopoh = tergesah-gesah genah = tepat grapyak = supel gobyos = keringetan gocik/gicek = penakut gombal = lap H Hanak = kata tambahan yang menyatakan keheranan Harisa = lihat bubur dempul He’eh = iya, menyatakan persetujuan I Ijenan = sendirian ipen-ipen = dibayangkan ilok = pantes idek = injak idu = ludah inep = tutup Icak = Bekas pemakaian Icak-icak = Nama sejenis kue Irung = hidung J jawil = colek njingkat = kaget njeladur = menyimpang jukuk = mengambil jogan = lantai jublang = empang/jamban jingkrak = banyak tingkah jongkrok = dorong jagongan = ngobrol jarno = biarin jagakno = mengandalkan jeglongan = lubang jomplang = jatuh jongor = kapok jero = dalam jublang = jamban jor-jor'an = pamer jengking = sujud jebus = datang K kalenan = got kalong = berkurang kancik = rasain karipan = kesiangan Kaspoh = tipu katil = Kursi katuk'en = kedinginan kebarus = kelebihan keblowok = terperosok dalam lubang kebublok = terjerungup kebur = aduk kecirit = buang air besar di celana kedalon = kemalaman kedempok = jatuh kek'i = beri kelebon = kemasukan kelek = ketiak keleleken = tertelan kelelep = tenggelam keleleran = acak-acakan kelempoken = kenyang minum air kemeruh = sok tau kemproh = jorok kemrusuk = rame, ribut kenduren = syukuran kenthir = gendeng kepek = tas cangklong kepuyuh = ngompol Kerinan = kesiangan (bangun) keroken = gatal-gatal kesuwen = kelamaan ketigo = kemarau ketenggel = ketepak'an ketoro = kelihatan keturon = ketiduran keweden = ketakutan kisuk'en = kepagian kiwan = kamar mandi klamben = memakai baju klocot/kloncom = basah kuyup kober = sempat koen = kamu kolo = tumbal konangan = ketahuan koplak = lucu korek = pematik api kuret = belum mandi krewak = bolong kringi = dengar kudanan = kehujanan kudang = hibur kukut = tutup (ditujukan untuk pedagang/toko) kunjer = hujan-hujan L lamok = nyamuk latar = halaman luput = meleset loh = iwak lentang = bintang lebo = sawah leso = capek letrek = kemayu luwe = lapar lakare = memangnya lincak = kursi lebar laot/laut = istirahat leren = berhenti lompongan = jalan kecil yang memisahkan rumah 1 dengan yang lainnya laut = istirahat / pulang logrok = rusak longor = bego lower = longgar loro = sakit lowo = kelelawar lontrok = rontok M madaki = jorok malangkadak = terlantar melete = sok, berlagak melengse = tidak tepat mbangir = mancung mbelenger = bosan mbekakem = mulut nganggur mutung = ngambek mbegog = nesu mecutut = timbul mlingak = menoleh Mmendem = mabuk menungo = srikaya mbritan = belakang rumah mbatang = turu mekitik = melete/mayak metiti = ngotot Mbalon = jajan sembarangan menggilan = sangat seru mbeler = lambat mbelerr = ketlusupen mbeller = anak ingusan mbessali = tempat bekerja hom industi mblenek = jijik mayak = menjengkelakan mbelek = mbelah ikan untuk ikan asin metingkrang = duduk dengan salah satu kaki ditaruh di kursi mendelik = melotot mreman = kerja serabutan mbajak = pulang pergi mbegidak = nakal memel = bantah / ngeyel mentolo = tega masio = meskipun mengo = buka medeni = menakutkan moh = gak mau mrongkol = gedembel maruk = rakus mili = mengalir mbarek'an = meski begitu macak = dandan metenteng = tegang mongso = musim N nambeng = bandel nelbok = rutuh, jatuh ngecemes = terlalu banyak omong nylentem = mencuri ndoboli = melahirkan njepat = kabur nggedabrus = ngomong trus ndablek = bandel nggacor = ngoceh nggado = makan ikan ngguyu = tertawa nyeker = telanjang kaki Njemamus = bete ndombos = omong kosong ndusel = desak nlodok = kurang ajar ngokop = minum ndombos = omong kosong njeketek = ternyata nggitoi = mbujuki nggaplek'i = menjengkelkan ndingkik = mengintip ndingok = nonton ndemek = memegang ndemek = duduk ndodok ndelesep = masuk kedalam ndelosor = berbaring ngosek = keliling njolo = panen ikan ndewek = kita Ndoboli = melahirkan ngecemes = ngomong terus menerus tanpa berhenti ngeweh = bengong ngoyoh = tergesah-gesah ngoyo/nguyu = pipis / kencing ngenyek = menghina ngalem = manja nggandol = ikut nyo = dong nyoh = ayo kesini ngreketi = makan / digigit ngangsu = menimba air ndanio = apa lagi ngeriwuk'i = mengganggu nggetu = serius nyuding = menunjuk nyonyor = ajur / hancur O ongkep = gerah ote ote = weci ongker-ongkor = mencari sesuatu onok = ada ombo = luas omben-omben = minuman ojok = jangan oncek = kupas opo = apa opah = upah ori = pring P pancen/ancen = memang pawon = dapur peturon = tempat tidur parek = dekat peno = kamu pecicilan = bercanda pecirit = diare pencilak'an = lompat penebah = lidi untuk membersihkan kasur pess = bungkus plenguk = penunggu warung pangku padusan = kamar mandi penirat = teras pawon = dapur picek = buta pelelek'an = bercanda padu = bertengkar porek = marah peh / ngepeh = jemur proso/prasa = perasaan petan = membersihkan kutu rambut R rabi = nikah ratan = dalan ngrakal = bajak sawah rampung = selesai ratan = jalan raup = cuci muka reang = aku rembes = belekan rendeng = musim hujan rijik = bersih riko = peno, kamu rodok = agak rombeng = barang bekas rondo = janda rusuh = kotor S suwal = katok sumuk = gerah sumpek = suntuk sang = milikku sangar = waow siro = kamu sawang / nyawang = lihat sapu kerik = lidi untuk membersihkan halaman luar sapu duk = sapu lantai Sembarang = terserah sobo = mampir sigar = terbelah sokor = kapok sakno = kasihan suwek = robek suwung = galau / sepi sowok = berobat ke oarang pintar sakjane = harusnya sak karepe = terserah sakno = kasihan sogok = tusuk seru = sangat/amat stiwel = kaos kaki sempel = gila sempal = runtuh sewur = gayung T tangi turu = bangun tidur tayo = masuk akal tembungan = main sepak bola tengkek (manuk) = burung hantu tuk = Meja tutuk = sampai totok = mukul tibo = jatuh timbo = ember tandon = tempat air tandak'an = pertunjukan tuman = bandel tebal = terbang U untal = telan untu = Gigi udel = pusar uman = kebagian usum = nge-hitz / booming umbar (diumbar) = dibiarkan umbah = cuci W wekas = pesan wahing = bersin Wak mad = duwek wedi = pasir, takut wingi = kemaren wingenane = kemarin lusa wanti-wanti = ditunggu-tunggu wowong = atap rumah wong = orang wesoh = cuci tangan/kaki wawoh = bolo (gak wawoh = gak bolo) wong medi = setan / hantu Y yuk = mbakyu/mari yamene = sekarang yaopo = bagaimana yakamu = omong kosong NAMA : EMMAWATI FIRDAUS NIM : 14441015 PRODI : PGSD (A) MATA KULIAH : B. INDONESIA

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai seorang manusia hendaknya kita mengetahui bahwa Allah SWT menciptakan makhluk - makhluk nya untuk saling membantu. Oleh karena itu kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan pentingnya bermasyarakat karena manusia adalah makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu, keluarga, dan masyarakat oleh karenanya manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Masyarakat merupakan wadah berkumpulnya individu-individu yang hidup secara sosial, masyarakat terdiri dari ‘Saya’, ‘Anda’ dan ‘Mereka’ yang memiliki kehendak dan keinginan hidup bersama. Kita tahu dan menyadari bahwa manusia sebagai individu dan makhluk sosial serta memahami tugas dan kewajibannya dalam setiap tatanan kehidupan berkelompok dan dalam struktur dan sistem sosial yang ada. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari Individu? 2. Apa pengertian dari keluarga? 3. Apa pengertian dari masyarakat? 4. Apa fungsi dari individu? 5. Apa fungsi dari keluarga? 6. Apa fungsi dari masyarakat? 7. Apa hubungan individu, keluarga dan masyarakat? 8. Apa karakteristik individu, keluarga dan masyarakat? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui pengertian dari Individu. 2. Untuk mengetahui pengertian dari keluarga. 3. Untuk mengetahui pengertian dari masyarakat? 4. Untuk mengetahui fungsi dari individu? 5. Untuk mengetahui fungsi dari keluarga? 6. Untuk mengetahui fungsi dari masyarakat? 7. Untuk mengetahui hubungan individu, keluarga dan masyarakat? 8. Untuk mengetahui karakteristik individu, keluarga dan masyarakat? BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN 1. Individu Kata “individu” berasal dari kata latin, yaitu individiuum, “berarti “yang tak terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan – kenyataan hidup yang istimewa, yang tak seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. 2. Keluarga Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus keperluan hidupnya sendiri. Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerja sama ekonomi. Fungsi keluarga adalah berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat orang – orang tua (jompo). Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti ”nuclear family” terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. (Ki Hajar Dewantara) Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.(Menurut Salvicion dan Ara Celis). Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah : • Unit terkecil dari masyarakat • Terdiri atas 2 orang atau lebih • Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah • Hidup dalam satu rumah tangga • Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga • Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga • Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing • Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan 3. Masyarakat Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Para ahli seperti Maclver, J.L. Gillin, dan J.P. Gillin sepakat, bahwa adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai – nilai, norma – norma, cara – cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berintaraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Untuk arti yang lebih khusus masyarakat disebut pula kesatuan sosial, mempunyai ikatan – ikatan kasih sayang yang erat. Mirip jiwa manusia, yang dapat diketahui, pertama melalui kelakuan dan perbuatannya sebagai penjelmaannya yang lahir, kedua melalui pengalaman batin dalam roh manusia perseorangan sendiri. Bahkan memperoleh “superioritas”, merasakan sebagai sesuatu yang lebih tingi nilainya daripada jumlah bagian – bagiannya. Sesuatu yang “kokoh-kuat”, suatu perwujudan pribadi bukan di dalam, melainkan luar, bahkan di atas kita. B. FUNGSI 1. Individu • Melengkapi kekurangan yang ada pada individu lainnya. • Individu sebagai Anggota Keluarga dan Masyarakat • Bertanggung jawab atas diri sendiri • Setiap individu harus berperilaku atau berperan sesuai dengan kedudukannya • Dll 2. Keluarga  Fungsi Afektif Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota kelurga.  Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.  Pengaturan Seksual Dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi apabila tidak ada pengaturan seksual. Misalnya anak tidak mempunyai ayah yang sah, atau ayah yang salah, maka kewajiban – kewajiban itu menjadi kacau atau tidak dijalankan, atua bertentangan dengan kewjaiban – kewajiban yang telah ditetapkan. William J. Goode (1983) telah menyusun jenis – jenis penyimpangan sosial pengaturan seksual menurut tingkat ketidaksetujuan sosial atau menurut ketidak setujuan sosial atau menurut ketidak seimbangan dalam struktur sosial. Jenis – jenis penyimpangan adalah : a) Hidup bersama atas dasar suka sama suka (“Kumpul Kebo”). b) Pergundikan. c) Hubungan seorang bangsawan dengan gundiknya (zaman pra industri masyarakat Barat) atau raja dengan selir. d) Melahirkan anak pada masa tunangan. e) Perzinahan, sang lelaki sudah menikah. f) Kehidupan bersama seorang yang bertarak (celibat, pastoral, biarawan, menahan hawa nafsu) dengan orang lain yang juga hidup bertarak atau dengan yang tidak bertarak. g) Perzinahan, sang wanita sudah menikah. h) Perzinahan, kedua – duanya sudah menikah. i) Kehidupan bersama seorang wanita kasta tingi dengan lelaki kasta rendah. j) Incest (hubungan seksual dalam satu keluarga), saudara lelaki dengan saudara perempuan. k) Incest, bapak dengan anak perempuan l) Incest, ibu dengan anak laki – laki.  Reproduksi Berkembangnya teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi program keluarga berencana, dapat pula menimbulkan masalah terpisahnya kepuasan seksual dengan pembiakan. Kehadiran anggota baru dapat dipandang sebagai penunjang atau malapetaka, bagi masyarakat tani dapat dikatakan menunjang, terutama dalam penyediaan tenaga kerja.  Sosialisasi Manusia sebagai makhluk dalam evolusinya lebih bergantung kepada kebudayaan, dan bukan kepada naluri atau insting.  Pemeliharaan Masa kehamilan yang cukup panjang disertai masa kritis dan tugas menyusui berlarut – larut, membuat ibu yang sedang hamil perlu perlindungan dan pemeliharaan.  Penempatan Anak didalam Masyarakat Jangan menentukan penempatan sosial seorang anak, pengaturan wewenang membantu menentukan kewajiban peranan orang – orang dewasa terhadap sang anak. Anak merupakan simbol berbagai macam hubungan peran yang penting di antara orang – orang dewasa.  Pemuas Kebutuhan Perseorangan Hubungan suami – istri dibentuk oleh jaringan teman – teman dan anak di tempat mereka hidup, tetapi teman tidak dapat menggantikan kepuasan hubungan suami – istri dengan anaknya.  Kontrol Sosial Keluarga yang berfungsi dalam sosialisasi, yaitu bagi setiap individu pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntutan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. 3. Masyarakat  Fungsi Masyarakat Dalam Kehidupan Individu masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendiri dan tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku umum. Masyarakat yang dipindahkan oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir tentang masyarakat itu sendiri. Sebelum individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada. Oleh karena itu masyarakat itu tidak terikat pada individu yang memikirkannya.  Fungsi pemeliharaan pola Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai suatu sistem sosial dengan subsistem kultural. Fungsi ini mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi masyarakat sambil menyediakan dasar dalam berprilaku menuju realitas yang tinggi.  Fungsi interaksi Fungsi ini mencakup koordinasi yang diperlukan antara unit-unit yang menjadi bagian dari suatu stem sosial. Khususnya yang berkaitang dengan kontribusi unit-unit pada organisasi dan fungsinya unit-unit terhadap keselurahan sistem.  Fungsi untuk tujuan/pencapaian tujuan Fungsi ini mengatur hubungan antar masyarakat sebagai sistem sosial dengan subtansi kepribadian.  Fungsi adaptasi Menyangkut hubungan antara masyarakat dengan sistem sosial dengan subsistem organisasi tindakan dengan alam psiko- organik C. HUBUNGAN 1. Hubungan Individu dengan Dirinya Merupakan masalah khas psikologi. Di sini muncul istilah – istilah Ego, Id, dan Superego serta dipersonalisasi (apabila relasi individu dengan dirinya adalah seperti dengan orang asing saja), dan sebagainya. Dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian yang disebut “Id” atau “es” (Jiwa ibarat gunung es di tengah laut), Ego atau “aku”, dan superego atau uber ich. Id adalah wadah dalam jiwa seseorang, berisi dorongan primitif dengan sifat temprorer yang selalu menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan demi kepuasan. Contohnya seksual atau libido. Ego bertugas melaksanakan dorongan - dorongan Id, tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan dan Superego. Egod alam tugasnya berprinsip pada kenyataan relative principle. Superego berisi kata hati atau conscience, berhubungan dengan lingkungan sosial, dan punya nilai – nilai moral sehingga merupakan kontrol terhadap dorongan yang datang dari Id. Karena itu ada semacam pertentangan antara Id dan Superego. Bila ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan dari id dan larangan dari superego, maka individu akan mengalami konflik batin yang terus menerus. Untuk itu perlu kanalisasi melalui mekanisme pertahanan. Demikian psikoanalisa sebagai teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud (1856 – 1939), sarjana berkebangsaan Jerman. 2. Hubungan Individu dengan Keluarga Individu memiliki relasi mutlak dengan keluarga. Ia dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan berkembang untuk kemudian membentuk sendiri keluarga batinnya. Terjadi hubungan dengan ibu, ayah, dan kakak – adik. Dengan orang tua, dengan saudara – saudara kandung, terjalin relasi biologis yang disusul oleh relasi psikologis dan sosial pada umumnya. Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan resultan dari relasi biologis, psikologis, dan sosial. Relasi khusus oleh kebudayaan lingkungan keluarga dinyatakan melalui bahasa (adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, bahkan nilai-nilai agama sekalipun). Masalah kekerabatan seperti adanya marga dan keluarga besar banyak dibahas dalam antropologi, yang menunjukkan kelakuan dan tindakan secara tertib dan teratur dalam berbagai deferensi peran dan fungsinya melalui proses sosialisasi atau internalisasi. 3. Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makor. Aspek teritorium kurang ditekankan. Namun aspek keteraturan sosial dan wawasan hidup kolektif memperoleh bobo yang lebih besar. Kedua aspek itu munjuk kepada derajat integrasi masyarakat karena keteraturan esensial dan hdup kolektif ditentukan oleh kemantapan unsur – unsur masyarakat yang terdiri dari pranat, status, dan peranan individu. Variabel – variabel tersebut dipakai dalam mengkaji dan menjelaskan fenomena masyarakat menurut persepsi makro. Sifat makro diperoleh dari kenyataan, bahwa masyarakat pada hakiaktnya terdiri dari sekian banyak komunias yang berbeda, sekaligus mencakup berbagai macam keluarga, lembaga dan individu – individu. Hubungan individu dengan masyarakat dalam persepsi makro lebih bersfiat sebagai abstraksi. Kejahatan dalam masyarakat mako merupakan gejala yang menyimpang dari norma keteraturan sosial, sekaligus dapat berperan sebagai indikator tinggi – rendahnya keamanan lingkungan untuk penghuni dan golongan masyarakat dari status tersebut. Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutup negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta bergairah. D. KARAKTERISTIK INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT  Karakteristik Keluarga • rumah tangganya berlandaskan taqwa, dan taat sepenuhnya kepada wahyu. • rumah tangga yang senantiasa bersih, dan terbebas dari serangga dan sampah. • Rumah tangga yang berdiri di atas pondasi kuat berupa ketenangan, cinta dan kasih saying. • Rumah yang ideal harus mampu memberikan tempat tidur sendiri bagi anak-anaknya. • Rumah tangga yang baik manakala anggota-anggotanya saling bekerjasama dalam masing-masing melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. • Jauh dari sikap boros (sederhana). BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setiap individu, keluarga dan masyarakat memiliki hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, norma, dan aturan-aturan diantara komponen-komponen tersebut. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu keluarga dan masyarakat yang menjadi latar belakang keberadaannya. Begitupun sebaliknya, individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada. B. Saran Sebagai penyusun kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini maka dari itu kami memohon kritik dan saran bagi pembaca. Manusia sebagai makhluk individu, keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya dapat dikatakan sebagai makhluk social yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Dan manusia sebagai makhluk social harus memahami tugas dan kewajibannya yaitu mentaati setiap tatanan kehidupan berkelompok dan dalam struktur dan system social yang ada. DAFTAR PUSTAKA a) http://ilmugreen.blogspot.com/2012/06/fungsi-keluarga.html b) http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga c) http://arbip.blogspot.com/2009/12/pengenalan-tentang-masyarakat-industri.html d) htt://cahyamenethil.wordpress.com/2010/10/14/individu-keluarga-masyarakat/ e) http://celoteh-galang.blogspot.com/2012/10/pengertian-individu-keluarga-masyarakat.html f) http://r0edin.blogspot.com/2011/01/pengertian-penjelasan-masyarakat-multi.html

MACAM MACAM MANISAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya untuk mengempukkan daging dan melancarkan air susu ibu (ASI) terutama daun pepaya jantan.Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale. Manisan buah adalah buah yang diawetkan dengan gula. Tujuan pemberian gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, selain untuk memberikan rasa manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme (jamur, kapang). Dalam proses pembuatan manisan buah ini juga digunakan air garam dan air kapur untuk mempertahankan bentuk (tekstur) serta menghilangkan rasa gatal atau getir pada buah. Ada 2 macam bentuk olahan manisan buah, yaitu manisan basah dan manisan kering.Manisan basah diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula, sedangkan manisan kering diperoleh bila manisan yang pertama kali dihasilkan (manisan basah) dijemur sampai kering.Buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan basah adalah jenis buah yang cukup keras, seperti pala, mangga, kedondong, koalng-laing, dan lain-lainnya.Sedangkan buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak seperti pepaya, sirsak, dan lain-lainnya.Pembuatan manisan buah ini, merupakan usaha kerajinan yang telah banyak dilakukan orang sejak dahulu.Usaha ini memerlukan ketrampilan atau pengalaman yang khusus. Oleh karena itu, untuk memperoleh informasi dari keterampilan dalam proses pembuatan manisan buah dan untuk lebih memahami cara-cara proses pembuatan manisan buah maka dari itu kami membuat makalah tentang proses pembuatan manisan buah . Semangka adalah tumbuhan menjalar, buahnya bulat dan besar, berwarna hijau dan halus, daging buahnya berwarna kuning, banyak mengandung air dan manis, ada yg berbiji dan ada pula yg tidak berbiji; (ke)mendikai; Citrullus vulgaris; Semangka atau tembikai (Citrullus lanatus, suku ketimun-ketimunan atau Cucurbitaceae) adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman ini masih sekerabat dengan labu-labuan (Cucurbitaceae), melon (Cucumis melo) dan ketimun (Cucumis sativus). Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus. Biji semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya (kotiledon) sebagai kuaci. Sebagaimana anggota suku ketimun-ketimunan lainnya, habitus tanaman ini merambat namun ia tidak dapat membentuk akar adventif dan tidak dapat memanjat. Jangkauan rambatan dapat mencapai belasan meter. Daunnya berlekuk-lekuk di tepinya. Bunganya sempurna, berwarna kuning, kecil (diameter 3cm). Semangka adalah andromonoeciousmonoklin, yaitu memiliki dua jenis bunga pada satu tumbuhan: bunga jantan, yang hanya memiliki benang sari (stamen), dan bunga banci/hermafrodit, yang memiliki benang sari dan putik (pistillum). Bunga banci dapat dikenali dari adanya bakal buah (ovarium) di bagian pangkal bunga berupa pembesaran berbentuk oval. Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua. Tergantung kultivarnya, daging buahnya yang berair berwarna merah atau kuning. Tanaman ini cukup tahan akan kekeringan terutama apabila telah memasuki masa pembentukan buah. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dari pernyataan latar belakang tersebut,dapat melahirkan beberapa pertanyaan diantaranya : 1.2.1 Apakah Pengertian manisan ? 1.2.2 Apa saja Jenis-jenis manisan ? 1.2.3 Apa saja Alat dan bahan dalam proses pembuatan manisan ? 1.2.4 Bagaimana Proses pembuatan manisan ? 1.2.5 Bagaimana cara membuat manisan dari kulit semangka? 1.2.6 Apa saja Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan manisan ? 1.2.7 Jelaskan kandungan zat kimia dari manisan ? 1.2.8 Jelaskan perbedaan manisan basah dengan manisan kering ? 1.2.9 Zat-zat apa saja yang terkandung dalam buah semangka? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Dari beberapa rumusan masalah tersebut, dapat mengetahui beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu : 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian manisan. 1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis manisan. 1.3.3 Dapat menyebutkan alat dan bahan dalam proses pembuatan manisan. 1.3.4 Untuk mengetahui proses pembuatan manisan. 1.3.5 Untuk mengetahui cara membuat manisan dari kulit semangka 1.3.6 Dapat menyebutkan hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan manisan 1.3.7 Dapat menjelaskan kandungan zat kimia dari manisan. 1.3.8 Dapat menjelaskan perbedaan manisan basah dan manisan kering. 1.3.9 untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalam buah semangka BAB II LANDASAN TEORI 1.2.1 PENGERTIAN MANISAN Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati diberbagai kesempatan. Manisan kering adalah produk olahan yang berasal dari buah-buahan dimana pemasakannya dengan menggunakan gula kemudian di keringkan.Produk ini mempunyai beberapa keuntungan diantaranya; bentuknya lebih menarik, lebih awet volume serta bobotnya menjadi lebih kecil sehingga mempermudah pengangkutan. Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati diberbagai kesempatan. Manisan merupakan salah satu metode pengawetan produk buah-buahan yang paling tua, dan dalam pembuatannya menggunakan gula, dengan cara merendam dan memanaskan buah dalam madu. Pengolahan aneka buah menjadi manisan ini memberikan keuntungan tersendiri.Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk.Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting, termasuk pengolahan menjadi produk manisan. Dan pengolahan aneka buahmenjadimanisan buah basahataupunmanisan buah kering ini masih memiliki peluang usaha yang menjanjikan dan potensi penyerapan pasar yang cukup baik. Manisan buah adalah buah yang diawetkan dengan gula. Tujuan pemberian gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, selain untuk memberikan rasa manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme (jamur, kapang). Dalam proses pembuatan manisan buah ini juga digunakan air garam dan air kapur untuk mempertahankan bentuk (tekstur) serta menghilangkan rasa gatal atau getir pada buah. Buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan basah adalah jenis buah yang cukup keras, seperti pala, mangga, kedondong, kolang-kaling, dan lain-lainnya.Sedangkan buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak seperti pepaya, sirsak, dan lain-lainnya. 1.2.2 JENIS-JENIS MANISAN Ada tiga jenis manisan, yaitu manisan basah, manisan kering, dan acar.Satu jenis buah dapat dibuat menjadi manisan basah, atau manisan kering, atau keduanya. A. Manisan basah Manisan basah adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula.Manisan basah mempunyai kandungan air yang lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya.Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang keras. Contoh buah untuk manisan basah adalah: • Kolang kaling • Mangga • Kedondong • Salak • Pepaya • Ceremai • Belimbing • Jambu biji • Nangka • Semangka B. Manisan kering Manisan kering adalah manisan yang diperoleh setelah buah ditiriskan kemudian dijemur sampai kering. Manisan kering memiliki daya simpan yang lebih lama, kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang lebih tinggi. Manisan kering biasanya dibuat dari buah yang teksturnya lunak. Contohnya buah untuk manisan kering adalah : • Buah kundur • Kedondong • Asam jawa • Bengkuang • Pala • Jambu mete • Terung C. Manisan acar Acar adalah manisan yang cita rasa cukanya sangat terasa. Contoh acar dari buah adalah : • Mentimum • Wortel • Kedondong 1.2.3 Alat dan bahan proses pembuatan manisan semangka  Alat 1. Pisau 2. Panci 3. Saringan 4. Sendok makan 5. Sendok teh 6. Kantong plastik 7. Baskom 8. Kompor atau tungku  Bahan 1. buah semangka 2. Gula pasir (5 kg + 1/2 kg untuk tambahan pembuatan sirup) 3. Kapur sirih (1 sendok teh) 4. Natrium benzoat (4 sendok teh) 5. Garam dapur (15 gram) 6. Panili (2 sendok) 7. Air bersih (7 liter) 1.2.4 proses pembuatan manisan dari kulit semangka Secara umum pembuatan manisan terdiri dari tahap pemotongan/penusuk-nusukan buah, perendaman, pencucian, perebusan, pemasakan dengan gula dan penjemuran.  Proses pembuatan manisan basah Manisan basah adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula.Manisan basah mempunyai kandungan air yang lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya.Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang keras. Produk ini mempunyai keuntungan antara lain : manisan basah kekuatan rasanya yang segar dapat dijadikan penawar haus disaat udara panas, dan cocok dinikmati di berbagai kesempatan. Kembali kepada selera konsumen namun keduanya memiliki potensi peluang pasar yang cukup menggiurkan. Berikut ini proses pembuatan manisan basah antara lain : 1. Langkah pertama adalah buah-buahan yang akan digunakan sebagai bahan manisan dikupas hingga bersih dan dicuci, kemudian iris-iris dengan ukuran 2 x 2 cm 2. Untuk buah yang keras, rebus irisan dalam air mendidih selama 3 menit lalu tiriskan. 3. Selanjutnya buah yang sudah diiris tersebut direndam dalam air panas (50 gr dalam 1 lt air) selama kurang lebih 2 jam lalu tiriskan; 4. Setelah tiris, irisan buah kembali direndam lagi larutan air kapur (1 sendok makan kapur sirih dalam 1 1/2 lt air) selama 24 jam, lalu tiriskan; 5. Proses selanjutnya, masukkan gula pasir dalam 2 1/2 lt air, aduk sampai rata. Kemudian tambahkan garam dan natrium benzoat, lalu panaskan hingga mendidih; 6. Setelah mendidih masukkan potongan buah tersebut ke dalam larutan gula yang sedang mendidih sampai buah tersebut setengah matang. Selanjutnya angkat panci dari tungku atau kompor dan diamkan (rendam) 1 malam, lalu tiriskan; 7. Tahap berikutnya, air gula sisa penirisan dipanaskan kembali dan tambahkan panili secekupnya, lalu masukkan lagi potongan buah tersebut. Angkat panci dari tungku atau kompor dan diamkan satu malam. Paginya tiriskan, untuk mendapatkan manisan buah (manisan basah); 8. Tambahkan gula 1/2 kg pada air gula sisa penirisan terakhir lalu panaskan sampai kental dan dinginkan untuk dijadikan sirup. 9. Setelah manisan buah baik manisan basah ataupun manisan keing siap, tahap terakhir adalah pengemasan. Pengemasan ini secara sederhana dan ekonomis dapat menggunakan plastik. Masukkan manisan tersebut dalam plastik lalu tutup dengan menggunakan seal ataupun scara/lilin hingga rapat.  Proses pembuatan manisan kering Manisan kering adalah produk olahan yang berasal dari buah-buahan dimana pemasakannya dengan menggunakan gula kemudian di keringkan.Produk ini mempunyai beberapa keuntungan diantaranya; bentuknya lebih menarik, lebih awet volume serta bobotnya menjadi lebih kecil sehingga mempermudah pengangkutan.buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak sepertibuah pepaya, sirsak, tomat, dan lain-lain. Berikut ini adalah proses pengolahan manisan kering : 1. Langkah pertama adalah buah-buahan yang akan digunakan sebagai bahan manisan dikupas hingga bersih dan dicuci, kemudian iris-iris dengan ukuran 2 x 2 cm 2. Untuk buah yang keras, rebus irisan dalam air mendidih selama 3 menit lalu tiriskan. 3. Selanjutnya buah yang sudah diiris tersebut direndam dalam air panas (50 gr dalam 1 lt air) selama kurang lebih 2 jam lalu tiriskan; 4. Setelah tiris, irisan buah kembali direndam lagi larutan air kapur (1 sendok makan kapur sirih dalam 1 1/2 lt air) selama 24 jam, lalu tiriskan; 5. Proses selanjutnya, masukkan gula pasir dalam 2 1/2 lt air, aduk sampai rata. Kemudian tambahkan garam dan natrium benzoat, lalu panaskan hingga mendidih; 6. Setelah mendidih masukkan potongan buah tersebut ke dalam larutan gula yang sedang mendidih sampai buah tersebut setengah matang. Selanjutnya angkat panci dari tungku atau kompor dan diamkan (rendam) 1 malam, lalu tiriskan; 7. Tahap berikutnya, air gula sisa penirisan dipanaskan kembali dan tambahkan panili secekupnya, lalu masukkan lagi potongan buah tersebut. Angkat panci dari tungku atau kompor dan diamkan satu malam. Paginya tiriskan, untuk mendapatkan manisan buah; 8. Tambahkan gula 1/2 kg pada air gula sisa penirisan terakhir lalu panaskan sampai kental dan dinginkan untuk dijadikan sirup. 9. jemur manisan basah hasil penirisan hingga kering kurang lebih selama 3 hari. 10. Setelah manisan buah manisan kering siap, tahap terakhir adalah pengemasan. Pengemasan ini secara sederhana dan ekonomis dapat menggunakan plastik. Masukkan manisan tersebut dalam plastik lalu tutup dengan menggunakan seal ataupun scara/lilin hingga rapat. 1.2.5 cara membuat manisan dari kulit semangka • Siapkan kulit buah semangka. Buang bagian kulit kerasnya yang berwarna hijau gelap. Untuk membuat manisan ini, hanya diperlukan bagian kulitnya yang agak lunak dan berwarna putih kehijauan dan kemerahan saja. • Potong kulit semangka tersebut menjadi kotak-kotak kecil. Namun, jangan sampai terlalu kecil. Kira-kira 1-2 cm. • Rendam potongan tersebut dalam air kapur sirih selama 10-12 jam. • Setelah selesai direndam, cuci potongan kulit semangka tersebut sampai bersih. • Rebus air dan gula sebentar, kemudian masukkan potongan kulit semangka dan bahan-bahan lainnya. • Kecilkan api, tapi tetap dibiarkan menyala sampai airnya hampir habis. • Jika airnya sudah hampir habis, tetapi kulit semangkanya masih belum lunak atau gulanya masih kurang meresap, tambahkan lagi airnya dan tunggu lagi sampai hampir habis. Jika terasa kurang manis, tambahkan lagi gula dan airnya. Ulangi terus cara ini sampai kulit semangkanya terasa enak. • Biarkan beberapa menit sampai suhunya normal. • Masukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam sampai suhunya dingin. • Manisan kulit semangka siap dinikmati. 1.2.6 Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan manisan a. Agar manisan tidak keriput, segar, manis dan tidak berair, pilih buah yg tua dan benar-benar masak pohon. Buah yang tua tadi tidak boleh lembek, tapi agak keras. Ini menjadi faktor penting yangg akan memberi rasa kenyal yang enak pada manisan. b. Pada beberapa buah dilakukan pengupasan dan pemotongan terlebih dahulu. Pada buah yang memiliki daging tebal juga dapat dilakukan pelubangan untuk membantu meresapkan larutan gula. c. Kapur sirih digunakan terutama untuk memberi rasa renyah pada manisan. Setelah direndam dalam air kapur sirih, cuci bersih buah agar rasanya tidak sepat. d. Membuat air kapur sirih: campur kapur sirih dengan air. diamkan semalaman. Ambil lapisan beningnya.Untuk tiap 1 liter air, tambahkan 1/2 sendok makan air kapur sirih.Aduk rata, lalu rendam potongan buah tadi. e. Manisan terdiri dari dari 2 jenis, basah dan kering. Buah-buahan yg bersifat keras (dalam hal ini cermai yg kamu pilih lebih cocok dijadikan manisan basah.Sedangkan buah yg lunak seperti pepaya dan sirsak cocok dijadikan manisan kering. Perbedaan manisan basah dan kering terletak pada proses penjemuran manisan setelah ditiriskan dari air gula. Proses ini menjadikan manisan lebih tahan lama. f. Jika kamu menggunakan bumbu tambahan seperti cabai, cengkih atau kayu manis, pilih yang benar-benar segar agar tidak merusak cita rasa manisan. Bungkus bumbu tambahan tsb di dalam kain kasa agar warnanya tidak mengotori hasil akhir manisan. g. Gunakan peralatan yang bersih dan steril agar manisan tahan lama. Manisan basah sebaiknya disimpan di kulkas dalam kemasan tertutup rapat. h. Untuk mendapatkan manisan kering yang baik, penjemurannya harus benar-benar sempurna. i. Jadi segera setelah memperoleh manisan basah, manisan tersebut langsung dijemur hingga kering, agar pertumbuhan mikrorganisme (jamur, kapang) terhambat. j. Jika musim hujan, dapat dijemur diatas bara tungku yang dijaga apinya. k. Penjemuran diatas bara tungku jangan langsung ditempelkan, tetapi diberi peyangga agar panas bisa diatur. 1.2.7Kandungan zat kimia dari manisan 1. Natrium Benzoat : digunakan untuk mengawetkan manisan. Penggunaannya tidak lebih dari 1 g/kg bahan.Bahan ini bisa didapatkan di toko kimia.Gunakan natrium benzoat hanya bila diperlukan saja.Jika manisan memiliki daya simpan yang cukup lama, maka natrium benzoat boleh tidak dipakai. 2. Natrium Metasulfit : digunakan sebagai bahan pengawet serta mempertahankan warna buah dan sayur. Pengawet ini hanya boleh ditambahkan tidak lebih dari 100 mg/kg bahan 3. Asam sitrat : ditambahkan di setiap proses perendaman sebagai bahan penyegar manisan dan pengawet. Diberikan sekitar 0.5 - 1% dari berat larutan gula yang digunakan.Untuk buah dan sayur yang sudah berasa asam, tidak perlu ditambah asam sitrat.Bahan ini bisa didapatkan di toko kimia atau toko kue. 1.2.7 perbedaan manisan basah dan manisan kering Ada 2 macam bentuk olahan manisan buah, yaitu manisan basah dan manisan kering.Perbedaannya antara lain : 1. Manisan basah diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula, sedangkan manisan kering diperoleh bila manisan yang pertama kali dihasilkan (manisan basah) dijemur sampai kering. 2. Buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan basah adalah jenis buah yang cukup keras, seperti pala, mangga, kedondong, koalng-laing, dan lain-lainnya. Sedangkan buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak seperti pepaya, sirsak, dan lain-lainnya. 3. Manisan basah adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula. Manisan basah mempunyai kandungan air yang lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya.Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang keras.Manisan kering adalah manisan yang diperoleh setelah buah ditiriskan kemudian dijemur sampai kering. Manisan kering memiliki daya simpan yang lebih lama, kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang lebih tinggi. Manisan kering biasanya dibuat dari buah yang teksturnya lunak. 1.2.9 zat-zat yang terkandung dalam buah semangka * Likopen.Likopen merupakan antioksidan yang lebih unggul daripada vitamin C dan E dan berfungsi untuk menghambat fungsi kemunduran fisik dan mental agar tidak mudah pikun.selain itu likopen jugs dapat mencegah penyakit kanker. * Kalium.Kandungan kalium pada semangka juga cukup tinggi. Itu membantu kerja jantung dan menormalkan tekanan darah. * Sitrulin dan Arginin.Sitrulin dan arginin berperan dalam pembentukan urea di hati dari ammonia dan CO2.Senyawa asam amino sitrulin dapat meningkatkan produksi nitroksida, yang berperan pada kemampuan ereksi pria. Di samping zat-zat di atas,semangka juga mengandung zat-zat berguna lainnya,diantaranya:Daging buah semangka rendah kalori dan mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, dan vitamin (A,B dan C). Semangka juga mengandung, asam aminoasetat, asam malat, asam fosfat, betain, karoten, bromine, natrium, silvit, lisin, fruktosa, dekstrosa, dan sukrosa. Semangka juga bermanfaat sebagai Penghalus kulit dan penghilang flek hitam di wajah,di samping dapat mengobati/mengurangi berbagai penyakit diantaranya: * Menurunkan kadar kolesterol/mengurangi tekanan darah tinggi. * Mencegah dan menahan serangan jantung. * Kencing manis. * Mengeluarkan cacing usus. * Infeksi kandung kemih dll. BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati diberbagai kesempatan. Manisan merupakan salah satu metode pengawetan produk buah-buahan yang paling tua, dan dalam pembuatannya menggunakan gula, dengan cara merendam dan memanaskan buah dalam madu. Ada tiga jenis manisan, yaitu manisan basah, manisan kering, danacar.Satu jenis buah dapat dibuat menjadi manisan basah, atau manisan kering, atau keduanya. Alat dam proses pembuatan manisan antara lain : Pisau, Panci ,Saringan, Sendok makan, Sendok teh, Kantong plastik, Baskom, Kompor atau tungku sedangkan bahannya yaitu Aneka jenis buah setengah matang (10 kg), Gula pasir (5 kg + 1/2 kg untuk tambahan pembuatan sirup), Kapur sirih (1 sendok teh), Natrium benzoat (4 sendok teh), Garam dapur (15 gram), Panili (2 sendok), Air bersih (7 liter). Secara umum pembuatan manisan terdiri dari tahap pemotongan/penusuk-nusukan buah, perendaman, pencucian, perebusan, pemasakan dengan gula sampai disini jika mau membuat manisan basah dan penjemuran jika mau membuat manisan kering. Dalam proses pembuatan ini perlu diperhatikan bahwa Pada beberapa buah dilakukan pengupasan dan pemotongan terlebih dahulu, pada buah yang memiliki daging tebal juga dapat dilakukan pelubangan untuk membantu meresapkan larutan gula, Kapur sirih digunakan terutama untuk memberi rasa renyah pada manisan, Setelah direndam dalam air kapur sirih, cuci bersih buah agar rasanya tidak sepat. Membuat air kapur sirih: campur kapur sirih dengan air. diamkan semalaman. Ambil lapisan beningnya.Untuk tiap 1 liter air, tambahkan 1/2 sendok makan air kapur sirih.Aduk rata, lalu rendam potongan buah tadi. Perbedaan dari manisan basah dan kering yaitu : manisan basah kekuatan rasanya yang segar dapat dijadikan penawar haus disaat udara panas, dan cocok dinikmati di berbagai kesempatan. Kembali kepada selera konsumen namun keduanya memiliki potensi peluang pasar yang cukup menggiurkan sedangkan manisan basah memiliki bentuknya lebih menarik, lebih awet volume serta bobotnya menjadi lebih kecil sehingga mempermudah pengangkutan. Dalam kandungan zat kimia manisan terdapat Natrium Benzoat, Natrium Metasulfit, Asam sitrat, dan lain-lain. 3.2 Saran 1. Kami menyarankan dalam membuat manisan pilihlah buah yg tua dan benar-benar masak pohon agar manisan tidak keriput, segar, manis dan tidak berair. Buah yang tua tadi tidak boleh lembek, tapi agak keras. Ini menjadi faktor penting yangg akan memberi rasa kenyal yang enak pada manisan. 2. Kami menyarankan dalam proses pembuatan manisan harus dengan peralatan yang steril dan bersih agar tidak terkontaminasi dan agar manisan tahan lama. 3. Kami menyarankan dalam memilih buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan basah adalah jenis buah yang cukup keras, seperti pala, mangga, kedondong, kolang-kaling, dan lain-lainnya. Sedangkan buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak seperti pepaya, sirsak, dan lain-lainnya. 4. Kami menyarankan manisan basah sebaiknya disimpan di kulkas dalam kemasan tertutup rapat dan untuk mendapatkan manisan kering yang baik, penjemurannya harus benar-benar sempurna. DAFTAR PUSTAKA 1. sudahtahu.2012. http://www.sudahtahu.com/2012/04/12/8827/cara membuat-manisan-buah-buahan/. Cara-cara membuat manisan buah-buahan, diakses 24 Oktober 2012. 2. Shvoong.2012.http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2254156-manisan-buah/. Manisan buah, diakses 24 Oktober 2012. 3. Wikipedia.2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Manisan_buah.manisan buah, diakses 25 oktober 2012 4. Rika.2009. http://dapurika.blogspot.com/2009/02/manisan-nangka-kering.html. Manisan nangka kering, diakses 25 Oktober 2012

TARI INDONESIA

1. Tari-tarian Daerah Istimewa Aceh • Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah Aceh. Tari Seudati • Tari Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam Tari Saman Meuseukat 2. Tari-tarian Daerah Bali • Tari legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati. Tari legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati. Tari legong Bali • Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa. Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa Tari Kecak • Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi “ucapan selamat datang”, meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi. Tari Pendet • Tari Barong Barong merupakan karakter dalam mitologi Bali. Barong adalah raja dari roh-roh dan melambangkan “sisi baik”, dan sebagai “sisi jahat” dilambangkan oleh Rangda. Barong yang paling populer adalah “Barong Ket”, berbentuk seperti seekor singa. Tari Barong Bali berasal dari Gianyar, yang merupakan pusat berbagai kesenian Bali. Dalam drama Calonarong atau tarian Bali lainnya, Barong menggunakan ilmu sihir untuk mengalahkan Rangda. 3. Tari-tarian Daerah Bengkulu • Tari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati. Tari Andun • Tari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tarian adat ini berasal dari Rejang Lebong. Tari Bidadari Teminang Anak 4. Tari-tarian Daerah DKI Jakarta • Tari Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung. Tari Topeng • Tari Yopong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu negara. Tari Yopong 5. Tari-tarian Daerah Jambi • Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya dengan tari Melayu. Tari Sekapur Sirih • Tari Selampir Delapan, merupakan tari pergaulan muda-mudi dan sangat digemari di daerah Jambi. Tari Selampir 6. Tari-tarian Daerah Jawa Barat • Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak. Tari Topeng Kuncaran • Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau. Tari Merak 7. Tari-tarian Daerah Jawa Tengah • Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan menawan. Tari Serimpi • Tari Blambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah perlambang penumpasan angkara murka. Tari Blambangan Cakil 8. Tari-tarian Daerah JawaTimur • Tari Remo sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu. Tari Remo • Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan. Reog Ponorogo 9. Tari-tarian Daerah kalimantan Barat • Tari Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi Tari Monong • Tari Zapin Tembung, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat. Tari Zapin Tembung 10. Tari-tarian Daerah Katimantan Selatan • Tari Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung dengan menyampaikan untaian bunga. Tari Baksa Kembang • Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria dan wanita di persandingkan. Tari Radab Rahayu 11. Tari-tarian Daerah Kalimantan tengah • Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat. Tari Tambun dan Bungai • Tari Balean Dadas, Merupakan tarian guna memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit. 12. Tari-tarian : Daerah Kalimantan Timur • Tari Gong, di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tatmu agung. Dapat pula di pertunjukan sewaktu lahir seorang bayi kepala suku. Tari Gong • Tari perang, Tari yang mempertunjukan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang gadis. Tari perang 13. Tari-tarian Daerah Lampung. • Tari Jangget, adalah tarian untuk upacar-upacara peradatan. Tarian ini melambangkan keluhuran budi dan susila rakyat Lampung. Tari Jangget • Tari Malinting, merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat Lampung. Menceritakan tentang kunjungan Sunan Gunung Jati ke Keraton Pulung. Tari Malinting 14. Tari-tarian Daerah Maluku • Tari Lenso. merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan rakyat masyarakat Maluku. Tari Lenso • Tari Cakalele, adalah tari Perang Yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa. Tari Cakalele 15. Tari-Tarian Daerah Maluku Utara • Tari Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pualng dari medan juang. Tari Perang Maluku • Tari Nahar Ilaa, tarian pengikat persahabatan pada waktu “panas Pela” kesepakatan kampung untuk membangun. 16. Tari-tarian Daerah Nusa Tenggara Barat • Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian ini juga scring dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja. Tari Mpaa Lenggogo • Tari Batunganga, sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat. Mengisahkan tentang kecintaan rakyat terhadap putri raja yang masuk ke dalam batu. Mereka memohon agar sang putri dapat keluar dari dalam batu itu. 17. Tari-tarian Daerah Nusa Tenggara Timur • Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat-sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan senjata. Senjata yang dipakai berupa cambuk dan perisai. Tari Perang Nusa Tenggara Timur • Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara khitanan. Tari ini berupa ucapan selamat serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang dikhitan sehat lahir batin dan sukses dalam hidupnya. Tari Gareng Lameng 18. Tari-tarian Daerah Papua Barat dan Tengah • Tari Suanggi, tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian). • Tari Perang, tari yang melambangkan kepahlawanan, dan kegagahan rakyat Papua. Tari Perang Papua 29. Tari-tarian Daerah Papua Timur • Tari Selamat Datang, tari yang mempertunjukan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati. Tari Selamat Datang • Tari Musyoh, merupakan tari sakral dalam upaya mengusir arwah or¬ang meninggal karena kecelakaan. 20. Tari-tarian Daerah Riau • Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang sangat di gemari di daerah Riau. Tari Tandak • Tari Joged Lambak, adalah tari pergaulan muda-mudi, yang sangat populer dan disenangi. Tari Joged Lambak 21 Tari-tarian Daerah Sulawesi Selatan • Tari Kipas, tari yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas samhil mengikuti alunan lagu. Tari Kipas • Tari Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya sangat luwes. Tari Bosara 22. Tari-tarian Daerah Sulawesi Tengah • Tari Lumense, tari dari Poso yang merupakan tarian selamat dating untuk menyambut tamu agung. Tari Lumense • Tari Peule Cinde, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu. 23. Tari-tarian Daerah Sulawesi Tenggara • Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalarn menyambut tamu agung. Tari rakyat ini berasal dari Buton. Tari Balumpa • Tari Dinggu, melambangkan sifat kegotong royongan dalam kerja bersama sewaktu menumbuk padi. Sentuhan alu pada lesung merupakan irama tersendiri yang menyentuh hati. 24. Tari-tarian Daerah Sulawesi Utara • Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang-pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan. Tari Maengket • Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda-mudi daerah Gorontalo. Tari Polopalo 25. Tari-tarian Daerah Sumatra Barat • Tari Piring : Sebuah tari tradisional yang melambangkan suasana kegotong royongan rakyat dalam menunaikan tugasnya. Siang hari mengerjakan sawah ladang dan malam harinya bersukaria bersama-sama. Tari Piring Minangkabau • Tari Payung : Ditarikan oleh sepasang muda-mudi dengan payung di tangan, sang pria melindungi kepala sang wanita, sebuah perlamban perlindungan lelaki terhadap wanita. Tari Payung 26. Tari-tarian Daerah Sumatra Selatan • Tari Tanggai, merupakan sebuah tarian dalam menyambut para tamu disertai upacara kebesaran adat. Tari Tanggai • Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat populer di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melamhangka kemakmuran daerah Sumatra Selatan. Tari Putri Bekhusek 27. Tari-tarian Daerah Sumatra Utara • Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu dengan irama joged diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua belas merupakan tari pergaulan. Tari Serampang Dua Belas • Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk. Tari Tor Tor 28. Tari-tarian Daerah Istimewa Yogyakarta • Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut. Tari Serimpi Sangu Pati • Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh 9 putri dengan irama alemah gemulai. Tari bedaya • Tari Lumense adalah tarian yang berasal dari Tokotu'a, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Kata lumense sendiri berasal dari bahasa daerah setempat yakni lume yang berarti terbang dan mense yang berarti tinggi. Jadi, lumense bisa diartikan terbang tinggi. Tari lumense sendiri berasal dari kecamatan Kabaena. Suku Moronene merupakan penduduk asli dari wilayah ini. Nenek moyang suku ini adalah bangsa melayu tua yang dating dari hindia belakang pada zaman pra sejarah. Secara geografis, kecamatan kabaena merupakan pulau terbesar setelah buton dan Muna di Sulawesi tenggara. Menurut sejarah, dahulu kecamatan kabaena berada di bawah kekuasaan kerajaan Buton sehingga hubungan kekerabatan antara Kabaena dan buton pun sangat erat. Hal ini juga mempengaruhi perkembangan kebudayaan di wilayah Kabaena termasuk tari Lumense. • TARI REOG PONOROGO Asal Daerah : jawa timur Alat Bantu : (singa barong) berbentuk kepala singa dengan mahkotayang terbuat dari bulu burung merak. Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut danPonorogo dianggap sebagai kota asal Reog yangsebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi olehsosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikuttampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalahsalah satu budaya daerah di Indonesia yang masihsangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan danhari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaianserba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singayang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda.Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaianwanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitutari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecilyang membawakan adegan lucu.Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan intiyang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atausunatan, biasanya cerita pendekar,Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenarioyang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpinrombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebihdipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisamencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercayadiproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa   • TARI GANTAR Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak. • Tari Perang Tari Kancet Papatai / Tari Perang • Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe. Tari Kancet Lasan Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon. • Tari Leleng Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng. • Tari Hudoq Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. • Tari Hudoq Kita' Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah. • Tari Serumpai Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu). • Tari Belian Bawo Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benua. • Tari Kuyang Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut. • Tari Pecuk Kina Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun. • Tari Datun Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah. • Tari Ngerangkau Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu. • Tari Baraga' Bagantar Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.