Kamis, 29 Desember 2016

RAMADHAN TERAKHIR



RAMADHAN TERAKHIR
Beberapa hari lagi, bulan suci itu akan tiba, bulan yang sangat dinantikan oleh umat Islam. Bulan dimana semua amal kebaikan yang kita kerjakan akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah, bulan dimana Allah menghitung setiap langkah hambanya yang melangkah untuk kebaikan. Dan dibulan yang penuh berkah ini, aku ingin menghabiskannya bersama keluargaku. Dua jam berlalu, sedangkan aku masih setia didepan laptopku untuk menyelesaikan tugas akhir kuliahku.
“ Firda, ayo turun, dari tadi kamu belum makan!”, teriak mama dari bawah
“ iya ma, sebentar, nanggung tinggal sedikit lagi ma, sebentar lagi Firda turun kok!”, jawabku
Ketika semua tugas sudah selesai, tiba-tiba handphoneku bordering, aku segera mengambil handphone yang letaknya lumayan jauh dari tempat belajarku, saat ku lihat di layar monitor, ternyata itu adalah panggilan masuk dari sahabatku, Nella. Segera ku angkat telfon itu
“ iya, ada apa Nel?”, tanyaku langsung
“ kamu ini darimana saja sih, lama banget angkat telfonnya!”, ucap Nella dengan nada marahnya
“ iya maaf, ada apa sih tumben banget telfon?”, tanyaku bercanda
“ eh Fir, besok anterin aku ke kampus yuk!”, pinta Nella
“ ngapain? Besokkan puasa? Lagi pula kampus masih libur!”, ucapku
Nella pun menjelaskan semuanya, bahwa dia ingin bertemu dengan seseorang
            Keesokan harinya, saat aku masih tertidur, tiba-tiba Nella sudah muncul di kamarku
“ ayo bangun..Firda…”, ucap Nella seraya membangunkanku
“ kamu ini apaan sih Nel, masih ngantuk tau, lagi pula masih pagi juga”, ucapku dengan mata yang masih terpejam
“ Firda, ini uda siang, uda jam 8 nih! Ayo bangun Fir..!”, ucapnya sambil mengambil selimutku dan menarikku ke kamar mandi.
Meski mata masih terasa berat, aku pun segera mandi dan bersiap-siap mengantar Nella ke kampus.
“ udah?’, Tanya Nella
“ hemm…”, jawabku sedikit ngambek
“maaf deh, yaudah berangkat yuk!”, ucap Nella sambil mengambil motornya
Sesampainya di kampus, aku tidak menemukan siapa-siapa, aku pun menunggu Nella disamping motornya
“ sebenarnya kamu ini janjian sama siapa sih?”, tanyaku
“ nggak tau, soalnya aku kenal dia di facebook, hehehe..”, jawab Nella cengengesan
Beberapa saat kemudian, seorang pemuda datang menghampiriku dan Nella. Saat itu Nella terlihat salah tingkah ketika melihat pemuda itu.
“ hai, kamu Nella ya?”, Tanya pemuda itu
“ iya, aku Nella dan ini temanku Firda”, jawab Nella
“ hai, aku Adit”, ucap cowok itu sambil menjabat tangan Nella
“ kamu kesini sama siapa? sendirikah?”, Tanya Nella
“ tidak, aku sama temanku, dia masih di belakang”, jawab pemuda yang bernama Adit itu
Mereka pun segera mencari tempat untuk ngobrol, sementara aku seperti orang ketiga di hubungan mereka. Beberapa saat kemudian aku melihat seorang pemuda, dia berjalan kearahku, dari jauh sepertinya aku mengenalnya, tapi siapa? dan ternyata dia adalah Haris, teman kakakku. Aku sangat terkejut melihat Haris, begitu pula sebaliknya.
“ lo, Firda, ngapain kamu disini?”, Tanya Haris
“ aku lagi nunggu temenku, la kamu sendiri ngapain disini?”, tanyaku balik
“ Aku lagi nganterin temenku, katanya sih mau ketemuan sama seseorang”, jawab Haris
“ jadi, Adit itu teman kamu?”, tanyaku memastikan
“ lo, kamu kok kenal Adit? Iya, dia temanku!”, jawab Haris
Akupun menjelaskan semuanya kepada Haris, dan saat itu juga Haris mengerti. Beberapa saat kemudian Nella dan Adit datang
“ kalian kok akrab banget sih?”, Tanya Adit heran melihat keakraban aku dan Haris
“ iya, Firda ini adiknya temanku”, jawab Haris sambil mengelus kepalaku seperti anak kecil, dan ini adalah kebiasaan Haris sejak aku kecil
“ oiya, Nel, kenalin ini Haris temannya kakakku dan teman Adit juga”, ucapku
“ hai, aku Nella, senang bisa mengenalmu”, ucap Nella dengan mata yang berbinar
Matahari sudah diatas kepala, aku dan Nella memutuskan untuk balik
“ kami pamit dulu ya!”, ucap Nella dengan nada yang girang
“ iya hati-hati”, jawab Haris
“ Fir, salam ya buat kak Deni”, ucap Haris
“ siap!”, jawabku sambil beranjak pergi dari Haris dan Adit
             Setelah sampai dirumah, Nella langsung menggeretku ke kamar, padahal semua keluargaku sedang kumpul di ruang tamu
“ permisi om, tante, kak Deni, Nella pinjem Firda dulu ya!”, ucap Nella
Papa dan mama hanya tersenyum melihat tingkah Nella, sementara kak Deni, dia harus mengintrogasiku dulu
“ tunggu, kalian darimana?”, Tanya kak Deni
“ nganterin Nella ketemuan kak!”, ucapku keceplosan
“ ketemuan sama siapa?”, Tanya kak Deni kepo
“ kakak ini mau tau aja apa mau tau banget?”, Tanya Nella menggoda kak Deni
“ udah dulu ya kak, aku sama Nella masuk kamar dulu, ngerjain tugas”, ucapku bohong sambil beranjak meninggalkan kak Deni yang masih bengong.
Sesampainya di kamar, giliran Nella yang mengintrogasiku
“ kamu kenal  Haris darimana?”, Tanya Nella
“ tadi aku kan udah bilang kalau Haris itu temannya kak Deni, emang kenapa?”, tanyaku balik
“ emm… nggak papa, dia baik ya, ramah, ganteng, subhaanallah… dia perfect banget Fir!”, ucap Nella memuji Haris
“ kamu suka ya sama Haris?”, tanyaku menebak nebak
“ sepertinya begitu, ya Allah… aku jatuh cinta, ternyata begini rasanya jatuh cinta! Subhaanallah… indah banget”, ucap Nella sambil tersenyum sendiri
“ ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Jika aku dan sahabatku mencintai orang yang sama? Sementara aku tau hati Haris hanya untukku”, ucapku dalam hati
“ kalau kamu suka sama Haris, lalu Adit bagaimana? Bukankah dia juga mencintai kamu?”, tanyaku
Nellapun menjelaskan semuanya, bahwa dia sama sekali tidak mencintai Adit, dan dia hanya mencintai Haris, hanya Haris yang ada di hati Nella saat ini.
            Beberapa minggu kemudian, aku nyaris menghilang dari Nella, Haris dan juga Adit. Aku memutuskan untuk tinggal di rumah nenek untuk beberapa hari ini. Saat aku dan nenek pergi ke pusat perbelanjaan, aku bertemu dengan Haris
“ Firda, kamu kemana saja? Aku mencari kamu kemana-mana!”, ucap Haris dengan nada khawatirnya
“ aku di rumah nenek Ris, sulit bagiku jika aku harus berbagi cinta dengan sahabatku sendiri!”, jelasku
“ tapi aku sama sekali tidak ada perasaan sama Nella Fir!”, jelas Haris
“ sebentar Ris, aku nganter nenek ke mobil dulu, nanti kita lanjutin ngobrolnya”, ucapku memotong pembicaraanku dengan Haris
Sementara itu aku segera mengantar nenek ke parkiran dan membiarkan Haris menungguku
“ nenek pulang duluan saja, Firda masih ada keperluan dengan teman Firda”, ucapku
“ baiklah, tapi kalau pulang jangan malam-malam, soalnya hari ini mama papamu ke rumah buat jemput kamu”, ucap nenek
“ iya nek!”, jawabku
Setelah mengantar nenek, aku segera kembali menemui Haris, dan kulihat dari kejauhan, aku melihat Nella yang sedang bercengkrama dengan Haris
“ Nella, sejak kapan kamu disini?”, tanyaku basa basi
“ dari tadi, yang jelas sebelum kamu datang”, jawab Nella berbohong
Karena sudah jelas aku yang duluan datang bersama Haris dibanding dia, tapi aku tak mempermasalahkannya.
“ duduk Fir!”, ucap Haris mempersilahkanku duduk
Sementara itu aku melihat genangan air mata di pelupuk mata Nella
“ Nella, kamu kenapa?”, tanyaku
Saat itu juga Nella menceritakan semuanya bahwa ia sakit dan dokter menvonisnya sudah tinggal menghitung hari. Saat itu aku mencoba menenangkan Nella dan memeluknya. Ya Allah, cobaan apa lagi ini? Kenapa harus sahabatku? Setelah melihat surat dokter, aku sedikit nggak percaya, karena selama ini Nella terlihat baik-baik saja. Keesokan harinya, aku dan Haris memutuskan untuk menemui dokter Indra, dia adalah dokter yang menangani penyakit Nella. Dan saat itu juga dokter menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi obat yang mampu membuat Nella sembuh.
“ maaf sebelumnya, anda kan seorang dokter, bagaimana mungkin anda tidak mempunyai obat untuk kesembuhan pasien anda?”, tanyaku dengan nada agak tinggi
“ Firda, sabar! Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa akan ada obat dibalik semua penyakit”, ucap Haris berusaha menenangkanku.
Aku dan Haris memutuskan untuk keluar dari ruangan Dokter Indra. Saat kami berjalan menuju parkiran, tiba-tiba aku melihat om Tio dan tante Reni di depan ruang ICU, mereka adalah orang tua Nella. Aku dan Haris segera menghampiri om Tio dan tante Reni, tanpa bertanya apa yang telah terjadi, tanpa ku sadari air mataku jatuh menganak sungai melihat sahabatku terbaring koma di ruang ICU. Segera kupeluk tante Reni
“ Nella Fir… dia koma!”, ucap tante Reni yang menangis sesenggukan
Aku hanya bisa menangis melihat kondisi Nella, “ya Allah, jika aku harus mengorbankan cintaku untuk sahabatku, aku ikhlas ya Allah, asal jangan ambil dia!”ucapku dalam hati
“ tante dan om yang sabar yah, pasti ada hikmah dibalik semua ini”, ucap Haris yang berusaha menenangkan om dan tante Reni.
Aku segera menghubungi keluargaku dan menceritakan semuanya, dan saat itu juga semua keluargaku datang ke Rumah Sakit untuk memberi kekuatan dan motivasi pada kedua orangtua Nella agar bisa lebih sabar menghadapi semua ini.
“Jika dengan melepasmu bisa membuat keadaan membaik, maka akan aku lakukan meski berat. Aku tak mungkin memaksamu untuk tetap bersamaku saat sahabatku membutuhkanmu, aku tak seegois itu! Lupakan aku dan berikan cintamu pada Nella di sisa waktunya”, ucapku dengan nada yang berat
“ bagaimana mungkin kamu melepaskanku, sementara hatimu masih bersamaku? Aku tidak bisa melakukannya Fir!”, jawab Haris
“ demi aku Ris, juga demi persahabatanku! Jangan khawatir, ini bukan jalan cinta untuk pergi, kamu hanya perlu menyisihkan waktumu untuk dia tanpa harus meninggalkanku, lakukan Ris, aku mohon! Bisakah kau buat dia tersenyum di saat-saat terakhirnya? Demi aku!”, pintaku memohon pada Haris
“ baiklah, akan ku lakukan seperti apa yang kamu mau, tapi satu hal yang perlu kamu ingat, aku tidak pernah mencintai orang lain selain kamu”, ucap Haris.
Meski hati dan perasaan ini sakit, tapi aku berusaha untuk tetap bahagia melihatmu bersama orang yang sangat berarti bagiku. Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang. Aku tersenyum, itu caraku menghiasi luka . Aku tertawa , itu caraku untuk sembunyi”.
            Tiga hari berlalu, kini kondisi Nella cukup membaik sehingga dipindahkan ke ruangan rawat inap. Pagi hari usai menyantap sahur dan sholat subuh, aku segera bersiap-siap untuk ke Rumah Sakit untuk membesuk Nella. Beberapa saat kemudian, kak Deni datang ke kamarku
“ kakak sudah tau semuanya!”, ucap kak Deni
“ maksud kakak apa? Aku tidak mengerti”, tanyaku
“ kenapa kamu tega mengorbankan perasaan kamu? Haris sudah menceritakan semuanya sama kakak”, jelas kak Deni
“ selain itu, apa lagi yang bisa Firda lakukan? Membiarkan sahabat Firda pergi begitu saja? Aku tak sejahat itu kak, setidaknya jika esok Nella harus pergi, dia sempat merasakan kebahagiaan bersama orang yang dia cinta”, jelasku
Tanpa sadar, aku telah mengobrol cukup panjang dengan kak Deni, sampai aku tak sadar bahwa sekarang jam sudah menunjukan pukul 07.00.
“ Firda pergi dulu kak”, ucapku berpamitan dengan kak Deni
Sedangkan kak Deni hanya membalasnya dengan senyum tipisnya
Sesampainya di Rumah Sakit, hati ini kembali terluka ketika melihat orang yang aku sayang sedang berdua bersama sahabatku. Tapi tidak, aku tidak boleh sakit hati, bukankah ini adalah keputusan yang telah aku buat sendiri? Akupun segera masuk ke kamar tempat Nella di rawat
“ pagi Nel? Gimana kondisi kamu hari ini?”, tanyaku sambil meletakkan buah-buahan untuk Nella
“ belum ada kemajuan Fir, masih sama”, jawab Nella dengan nada yang putus asa
“ kamu sudah sarapan? Sini aku suapin ya!”, tanyaku
“ nggak usah Fir, tadi aku sudah sarapan bareng Haris waktu sahur”, jelas Nella
Saat itu entah kenapa hati ini begitu sakit, tanpa aku sadari, air mataku mulai menggenang di pelupuk mataku, aku segera menghapusnya sebelum Nella dan Haris tau.
“ itu kan tadi pas sahur, sekarang waktunya makan lagi biar kamu cepat sembuh dan bisa merayakan hari raya bareng aku dan Haris juga keluarga!”, ucapku sambil membuka mangkok yang berisi bubur ayam kesukaan Nella
“ sini, biar aku yang suapin”, ucap Haris sambil mengambil mangkoknya dari tanganku
Melihat moment ini, hatiku semakin sakit, akupun memutuskan untuk keluar sebentar
“ aku tau hati kamu sakit melihat aku yang begitu perhatian dengan Nella, bukankah ini yang kamu inginkan? Sebenarnya aku nggak mau melakukannya, tapi kenapa kamu memaksaku?”, ucap Haris dalam hati
“ Haris, lusa aku operasi, tolong kamu datang ya! Jangan lupa ajak Firda”, ucap Nella
“ iya, aku dan Firda pasti datang, dan operasi kamu pasti akan berjalan dengan lancar, karena dibulan suci ini, semua orang berdoa yang terbaik untukmu, termasuk Firda, dia selalu berdoa untuk kesembuhanmu, juga untuk operasi kamu, kamu tenang saja!”, ucap Haris yang berusaha meyakinkan Nella
Sementara itu aku hanya bisa memandangnya dibalik jendela kamar Nella di rawat. Beberapa saat kemudian aku masuk kembali ke kamar Nella. Setelah berbincang cukup lama dengan Nella dan juga Haris, aku dan Haris memutuskan untuk pulang.
“ Nel, sebelumnya aku minta maaf, besok aku tidak bisa kesini, aku tidak bisa menemani kamu selama 4 hari ini, soalnya aku ada keperluan dengan keluargaku”, ucap Haris
“ bukankah tadi kamu bilang kalau kamu akan datangg? Tapi yasudah tidak papa kok Ris, kan masih ada Firda!”, jawab Nella
“ eh Nel, besok aku juga nggak bisa nemenin kamu soalnya harus nganterin kak Deni buat lomba, dan mungkin aku pulang lusa”, jelasku
“ kok gitu sih? Katanya mau nemenin aku operasi? Kenapa nggak ada yang bisa?   “, Tanya Nella dengan wajahnya yang ngambek
“ aku dan Haris memang nggak disini, tapi yakinlah, doa kami akan selalu bersamamu, bukankah masih ada orang tua kamu yang setia menemani kamu!”, ucapku
Aku dan Harispun pergi meninggalkan Nella, sementara itu saat diperjalanan menuju parkir, tak ada percakapan antara aku dan Haris. Kami sibuk memikirkan apa yang akan terjadi pada Nella selepas operasi nanti.
Saat diparkiran, aku melihat kak Deni menjemputku
“ Fir, ayo cepat, kita berangkat sekarang!”, teriak kak Deni dari jendela mobil
“ hai Den, aku dengar dari Firda, katanya kamu ada lomba yah?”, Tanya Haris pada kak Deni
“ iya, makanya Firda tidak bisa menemani Nella untuk operasi! Kamu bisa menggantikan Firda untuk menemani Nella kan?”, Tanya kak Deni balik
“ aku juga nggak bisa Den, soalnya aku ada keperluan keluarga”, jawab Haris
Saat itu Haris dan kak Deni melanjutkan perbincangan mereka di depan mobil, sementara itu karena lelah aku segera masuk ke dalam mobil untuk istirahat. Beberapa saat kemudian aku dan Haris berpisah.
            Aku terus berdoa untuk kak Deni dan juga Nella, aku berdoa semoga mereka berdua diberi kelancaran. Dan tak lupa doa untuk orang yang selalu ada dalam hatiku, Haris. Aku berdoa agar dimanapun Haris berada, dia selalu terjaga. Beberapa saat kemudian lomba kak Deni berjalan dengan lancar dan masuk ke semi final, sementara itu kabar baik menyelimuti Nella dan keluarga karena operasi Nella yang berjalan dengan lancar. Ternyata tuhan telah mengabulkan doaku. Selang beberapa jam, kak Deni mendapat berita bahwa Haris kecelakaan, dan dia meninggal saat itu juga. Betapa terkejutnya diri ini mendengar berita bahwa orang yang ku sayang kini telah tiada. Butiran air mata tak dapat lagi ku bending, rasa tak percaya akan hal ini masih aku rasakan saat itu tapi kak Deni meyakinkanku dengan membawaku ke pemakaman Haris.
            Aku menangis diatas gundukan tanah merah yang masih basah. Ku taburi tanah itu dengan bunga dan kusirami dengan air doa dan juga air mata. Rasa tak percaya membuatku semakin tak yakin bahwa ini adalah makam Haris, kekasihku, tapi nasi sudah menjadi bubur. Haris sudah pergi meninggalkanku, meninggalkan sejuta kenangan bersamanya. Aku masih mengingat saat terakhir kali ku bersama dengan Haris, saat itu dia tersenyum memanggilku yang masih sibuk mengurusi operasi Nella, “ segitu berartinya Nella buat kamu, sampai kamu ikhlas membagi cintamu untuk sahabatmu, aku bangga sama kamu!”, ucap Haris kala itu. Ungkapan yang begitu tulus. Sejenak ku termenung menatap pusara, mengenang kisah cintaku yang harus berakhir dengan kepedihan. Kini cintaku terkubur bersama jasadmu, tanah merah yang menjadi saksi bisu kisah ini. Rasa sesal dan rasa bersalah karena telah memaksanya berbagi kasih pun takkan pernah bisa membuatnya kembali. Hanya doa yang bisa kupanjatkan agar kau tenang disana. Walaupun kini dia telah tiada namun kenanganku dengannya akan tetap hidup.
Mungkin ini cara tuhan, agar kau tak tersiksa ketika kau harus memilih antara aku atau sahabatku. Bagiku kau masih bersamaku, kau masih hidup dalam memori dan juga hatiku. Inilah ramadhan yang menyedihkan bagiku, karena aku tidak bisa merayakan hari kemenangan bersama orang yang kucinta. Selamat jalan sayang, biarkan aku merajut rindu di malam takbiran ini bersama dinginnya angin malam dan jarak yang terlampau jauh. Semoga rindu ini sampai pada tempatmu berada sekarang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar