PELANGI SELEPAS BADAI
PK.PMII MATAHARI TERBIT |
Senja
di sore itu, menyisahkan sebuah sesal yang mendalam bagiku, senja yang biasanya
menjadi saksi bisu atas kebersamaan kita, kini berubah menjadi mendung yang
menjadi saksi pertengkaran kita. Seandainya waktu dapat ku putar kembali, aku
tak akan membiarkan pertengkaran ini terjadi. Persahabatan yang kita bangun
selama ini, kini telah hancur. Entah apa sebabnya, akupun tak tahu. Masih
terngiang dalam benakku tentang lika liku perjalanan persahabatan kita, tapi jalanan
yang kita arungi saat ini sangat terjal hingga membuatmu semakin jauh dariku.
Begitu juga dengan diriku yang tak mampu menggandeng tanganmu agar tetap
bersamaku. Semua hancur dalam satu waktu, kau pergi tanpa berpamitan denganku,
kau menjauhiku seolah-olah aku yang salah.
Masih
ingatkah kau dengan janjimu yang sempat kau ucapkan saat pertama kali kita
bertemu dan mengucapkan ikrar persahabatan? saat itu kau bilang bahwa “kita adalah sahabat selamanya, kita akan
saling memahami tanpa harus mengatakannya, kita akan bersama selamanya, tak
perduli seberapa hebatnya badai menghantam persahabatan kita, kita akan terus
bergandengan tangan. Sampai maut memisahkan kita!”. Aku masih mengingat
semuanya, semuanya masih tergambar jelas dalam mataku, tapi kebisuanmu
membuatku menjadi serba salah.
“
Andini, aku ingin bicara sama kamu!”, ucapku
“
maaf, aku nggak bisa, aku sibuk”, jawab Indah singkat sambil meninggalkanku
sendiri, sementara itu dia pergi bersama kedua sahabat barunya.
“
aku tak pernah melarangmu untuk bersahabat dengan siapa saja Din, asalkan kamu
tidak membuangku dan melupakan persahabatan kita!”, gumamku dalam hati.
Kini aku benar-benar merasa
kehilangan, sahabat yang benar-benar aku sayang kini menjelma menjadi sosok
asing dalam hidupku. Matanya menyimpan begitu banyak amarah. Berulang kali aku
meminta maaf darimu, tapi kau terus mengacuhkanku, bahkan aku seperti orang
gila yang berbicara sendiri, sedangkan kamu asyik memainkan gadgetmu sambil
sesekali berbicara dengan Syafa, sahabat barumu. Saat kampus mengadakan
seminar, aku mencoba mendekatimu dengan duduk disampingmu. Sesekali aku
memanggilmu, tapi kau malah mengabaikanku.
“Andini,
bisa kita bicara sebentar setelah seminar?”, tanyaku
“
mau bicara apa lagi? Nggak ada yang perlu dibicarakan”, jawab Andini ketus
tanpa melihat kearahku.
“
usai seminar, aku tunggu kamu di bawah”, ucapku. Akupun segera kembali focus ke
materi seminar tanpa menunggu jawaban dari Andini.
Pandanganku kembali tertuju pada
materi seminar yang ada di tanganku, sementara hati dan fikiranku melayang
entah kemana. Setelah seminar selesai, aku segera turun dan menunggu Andini.
Sudah hampir setengah jam aku menunggunya, tapi dia tak kunjung datang. Aku
masih sabar menunggu sampai kamu datang Din”, ucapku dalam hati. Beberapa saat
kemudian Dini datang bersama Syafa dan Fahri.
“
ada apa?”, Tanya Andini
“
kamu darimana? Sudah hampir setengah jam lebih aku menunggumu”, tanyaku
“
aku darimana itu nggak penting, yang jelas aku datang kan?”, jawab Dini dengan
nada tingginya
“
kamu kenapa berubah seperti ini?”, tanyaku
“
apa? Aku berubah? Yang berubah itu siapa? Aku atau kamu?”, Tanya Andini balik.
“
kalau memang aku yang berubah, aku minta maaf, tapi tolong, jelaskan dimana
letak kesalahanku, biar aku bisa memperbaikinya dan tidak mengulangi kesalahan
yang sama”, jelasku.
“
halah, udah deh, jangan terlalu banyak drama!”, ucap Andini sambil beranjak
pergi.
“
sebenarnya yang banyak drama disini itu siapa? Aku atau kamu? Din, maaf
sebelumnya aku harus bicara seperti ini, semenjak kamu menjadi ketua di UKM
Choir dan juga ketua di dalam kelas, kamu berubah, kamu menjadi sosok yang
angkuh, bahkan dalam berteman pun kamu pilih-pilih dan bukan hanya itu, kamu
juga tidak bisa menempatkan suatu permasalahan pada tempatnya”, jelasku dan
membuat andini berhenti melangkah.
“
apa? Tidak bisa menempatkan masalah pada tempatnya? Maksud kamu apa?”,
“
kamu membawa masalah kamu kedalam organisasi kamu, padahal karena organisasi
ini kamu bisa menjadi ketua di UKM Choir, semenjak kamu menjadi ketua di UKM
Choir, kamu jarang kumpul bareng anak-anak lainnya, bahkan bisa dibilang sudah
nggak pernah kumpul lagi. Aku tau semua masalah kamu Din, jika aku ungkap
semua, karir kamu akan hancur, dan aku tak sejahat itu”, jelasku
“
kamu bilang kamu tau semuanya? Lantas kenapa tidak kamu teruskan?”, tantang
Andini
“
baik, jika itu mau kamu, kamu menjauh dari organisasi karena kamu sakit hati
sama Nela dan Gilang yang sudah jadian kan? Kamu menuduh Nela telah menikung
cinta kamu pada Gilang, kamu mengira bahwa Gilang menyukaimu, dan disini kamu
salah besar, kamu salah paham, sebenarnya Gilang tak pernah mencintaimu, dia
hanya mencintai Nela, sikap Gilang yang kamu anggap hanya untuk kamu saja itu
juga salah, karena Gilang begitu pada semua orang, semenjak Nela jadian dengan
Gilang, kamu mulai membenci Nela, saat Nela meminta maaf akan hal itu, kamu
bilang kamu sudah memaafkannya, dan mengikhlaskannya, tapi nyatanya? Kamu
menggeret Nela kedalam UKM kamu dan kamu jadikan dia sebagai bahan permainanmu,
saat semua anggota dalam UKM kamu menerima baju untuk acara wisuda, hanya Nela
yang tidak kamu beri dan kamu beralasan bahwa bajunya habis dan kamu capek jika
harus bolak balik ke pusat perbelanjaan, selain itu saat memperingati hari
ulang tahun organisasi kita, kamu bilang waktunya terlalu malam dan kamu tidak
bisa hadir, jam 8 kamu bilang terlalu malam? Lantas bagaimana dengan ngopi
bareng gebetan kamu sampai jam 12 malam itu? Mana yang terlalu malam?”, jelasku
panjang lebar
“
iya itu memang terlalu malam, dan aku tidak dapat izin dari orang tuaku”, jawab
Andini”
“
oh, tidak dapat izin? Tapi kalau ngopi dapat izin yah? Lalu kenapa kamu bohong
sama Ipank?”, tanyaku balik
“
bohong apa? Aku tidak pernah bohong sama Ipank!”, jawab Andini
“
saat Ipank BBM kamu untuk mengikuti hari ulang tahun organisasi kita, kamu
bilang bahwa kamu ada LC, tapi saat Nela Tanya, kamu bilang kamu ada acara sama
Rere, saat Nela Tanya kamu dimana agar Nela bisa menjemput kamu, kamu bilang
tidak perlu soalnya kamu ada kepentingan , alasan apalagi yang akan kamu
jelaskan kepada anak-anak? Kalau memang kamu tidak mau ikut, yasudah tidak
apa-apa asal jangan terlalu banyak alasan, dan kamupun sama sekali tidak merasa
bersalah akan hal itu, bahkan kamu tidak meminta maaf kepada anak-anak karena tidak
bisa hadir! Seolah olah kamu tidak punya salah, berulang kali aku bilang sama
kamu, hilangin sifat burukmu itu, hilangin sifat sok pintar dan egois kamu,
hilangin sifat banggamu karena dicari banyak orang, mereka mencarimu karena ada
alasan tertentu, tapi kenapa kamu belum juga sadar?”, jelasku
“
sudah ngomongnya? Sudah capek? Kalau sudah, aku pergi dulu, banyak urusan yang
harus aku urus dibanding dengar kamu ngomel”, ucap Andini sambil pergi
meninggalkanku sendiri.
Aku
hanya bisa menghela nafas panjang, dadaku terasa sangat sesak saat aku
mengatakan semuanya, akupun segera memutuskan pergi ke kedai depan kampus dan
memesan secangkir kopi.
Kuputuskan untuk duduk disebelah jendela agar
aku bisa melihat orang-orang yang berlalu lalang entah kemana, segera kuseruput
kopi yang ada di depanku,
“
kamu memang pahit, tapi banyak orang yang mencarimu karena kepahitanmu membawa
ketenangan, andai persahabatanku sepertimu pasti takkan terjadi kesalahpahaman
seperti ini”, ucapku sambil memandang secangkir kopi yang ada didepanku.
Beberapa saat kemudian, Ipank datang bersama Kiki dan Adi. Saat itu mendung
hitam menyelimuti kota Gresik, dan air mata langitpun jatuh dengan derasnya.
“
lihatlah, meski air hujan jatuh berkali-kali, tapi dia tidak pernah protes
untuk apa dan kenapa dia harus jatuh, tapi manusia? Saat tuhan tengah
mengujinya, berjuta prasangka buruk kepadaNya, sering kita lakukan tanpa
berfikir dulu bahwa setiap ujian, pasti ada hikmah dibalik semuanya. Dan
mungkin itu cara tuhan untuk membuat hambanya semakin kuat karena rasa
sayangnya kepada hambanya”, ucapku pada Ipank, Kiki dan Adi
“
aku tau, dibalik semua kata-katamu tadi, masih ada yang kamu simpan, saat hujan
turun, hujan dalam hatimu juga turun, bahkan hujan dalam wajahmu juga ikut
turun, kenanganmu bersama Andini memang sangat banyak, hingga sulit bagimu
untuk menerima semua ini”, ucap Adi
“
kamu benar, terlalu banyak kenangan indah yang ku lalui bersama Andini,
terlebih saat hujan turun, biasanya aku dan Andini menari bahkan tertawa tidak
jelas dibawah rintikan air hujan, tapi kini…hujan itu menyisahkan kenangan yang
pahit bagiku, bahkan aku sempat berfikir bahwa hujanlah yang membawa
persahabatanku pergi”, ucapku dengan nada yang lirih saat mengenang kenangan
indah bersama Andini saat hujan
“
sudahlah, tak usah kau fikir dia yang tidak memikirkanmu, kamu masih punya
kita, kita juga sahabat kamu!”, ucap Ipank berusaha menghiburku
“
bukan itu yang sedang aku fikirkan Pank, telingaku terasa sangat panas
mendengar teman-teman sekelas yang membicarakan keburukan Andini”, ucapku
“
memangnya mereka bicara apa tentang Andini?”, Tanya Kiki
Akupun
menceritakan semuanya, tanpa sadar air mataku menganak sungai ketika aku
mengingat semua orang menjelek jelekan Andini dibelakang Andini, bahkan aku
masih ingat dengan ucapan Harsya dan Tia tentang Andini, mereka berdua
mengatakan hal yang sama,
“
kenapa kamu masih membela orang yang sudah jelas membuang kamu Fir? Sudah jelas
Dini hanya memanfaatkan kamu, tapi kenapa kamu masih membelanya? Saranku
sebaiknya kamu jauhin Dini, sebelum kamu menyesal”, ucap Tia saat itu. Dan
ucapan itulah yang membuatku sedikit menjadi beban untukku
Keesokan harinya, saat kelas sedang
kosong karena dosen tidak bisa hadir, saat itu Dini menghampiriku
“
Fir, aku mau ngomong sama kamu dan aku harap kamu masih mau mendengarkanku”,
ucap Dini
“
mau bicara apa Din? Aku masih setia untuk mendengarkan kamu bicara kok!”,
ucapku sambil tersenyum
“
maafin aku Fir, selama ini aku sudah membencimu, maaf karena selama ini aku
hanya menjadikanmu sebagai dompetku, maaf juga karena aku telah membuatmu kesal
karena sikapku yang kayak anak kecil, maafin keegoisanku Fir! Aku benar-benar
minta maaf sama kamu, ternyata selama ini aku salah paham sama kamu”, ucap Dini
“
sudahlah Din, aku sudah memaafkan kamu, lupakan semua yang telah terjadi, dan
kita buka lembaran baru untuk persahabatan kita”, jawabku berusaha menenangkan
Dini yang sangat menyesali perbuatannya.
“
kenapa kamu masih berbuat baik sama aku? Padahal aku sudah menyakiti hati
kamu”, Tanya Dini
“
aku begini karena aku sayang sama kamu, aku tidak mau melihat kamu terus larut
dalam kesedihan, kamu harus bangkit dan menjadi Andini yang ku kenal dulu,
Andini yang selalu semangat dan tidak angkuh karena jabatan, cobalah jadi orang
yang tulus, dan bisa menghargai orang lain”, ucapku sambil memeluk Andini yang
masih menangis.
Sejak saat itu aku merasa
kebahagiaanku telah kembali, sahabatku telah kembali menjadi sosok yang
bijaksana, tulus dan bisa menghargai orang lain. Kini Dini kembali aktif di
organisasi internal dan eksternal kampus. Bahkan dalam hal berteman, kini dia
sudah tidak membeda-bedakan lagi. Keyakinanku tentang adanya pelangi selepas
hujan menjadi semakin kuat, keyakinanku tentang cobaan yang tuhan berikan
takkan melebihi batas kemampuan hambanya pun semakin kuat.
Dan banyak hal
yang dapat aku ambil
dari semua kejadian ini, bahwa di dalam dunia ini kita tidak sendiri, kita tak
perlu takut kehilangan seseorang, kita tak perlu takut melepaskan atau hidup
tanpa kehadiran seseorang yang berarti dalam hidup kita, karena semua itu
hanyalah titipan dari tuhan yang maha kuasa, yang suatu saat pasti kita harus
melepaskannya. Dan satu hal, takutlah kehilangan seseorang yang
mencintaimu..Takutlah kehilangan seseorang yang mengasihimu. Karena
dia adalah orang yang selalu memperhatikanmu, orang yang
selalu mengkhawatirkanmu, orang yang selalu menyayangimu, orang yang
selalu mencintaimu, orang yang selalu ingin
membuatmu bahagia, takutlah kehilangannya. Berterima
kasihlah saat ini kepadanya, karena dia benar-benar orang
yang menyayangimu. Bersyukurlah pada Allah, karena
DIA telah memberimu seseorang yang menyayangimu. Jangan pernah membalas
kejelekan dengan kejelekan. Terkadang memafkan adalah balasan terbaik bagi
semua kesalahan karena sejatinya manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan
kekhilafan. kini senja telah hadir untuk mengembalikan kebahagiaanku bersama
sahabatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar