CINTA TAKKAN SALAH
Kicauan burung-burung kecil itu mengusik
ketenanganku dalam tidurku, segera kubuka selimutku dan berjalan ke jendela
kamar kosku yang letaknya tidak jauh dari tempat tidurku. Udara pagi yang begitu sejuk membuatku
semakin tenang, pancaran sinar matahari yang masih hangat membuatku semakin
kagum kepada penciptanya. Beberapa saat kemudian handphoneku berdering, ada
pesan masuk, aku mengabaikannya dan tetap menatap indahnya mentari pagi.
Usai sarapan, aku segera berangkat ke kampus, aku
lupa kalau hari ini perkuliahan dimulai dari jam 09.30 WIB, sementara itu waktu
masih menunjukkan pukul 07.30 WIB, segera kuputuskan untuk pergi ke basecamp
Pecinta Alam yang letaknya cukup jauh dari kos, tapi itu tak mengapa buatku,
asal aku bisa kumpul dan bercanda bareng dengan sahabat-sahabatku, bahkan
mereka semua sudah seperti saudara sendiri. Karena merekalah yang selalu
mensuportku saat aku terjatuh, dan disini aku belajar untuk saling terbuka satu
sama lain, banyak sekali pelajaran yang dapat ku ambil dari organisasi
eksternal ini.
Sesampainya di basecamp, aku melihat banyak kenangan
yang terlukis didalamnya, kenagan tentang sebuah harapan, cinta, persahabatan
dan juga persaudaraan yang erat yang tak akan pernah bisa dipisahkan. Pernah
aku menaruh sebuah harapan pada seseorang, dimana orang itu adalah teman satu
organisasiku di komunitas pecinta alam, akupun perlahan mencari informasi
tentangnya lewat sahabatnya secara diam-diam, dan lambat laun aku menerima
sebuah kenyataan bahwa selama ini aku berharap pada seseorang yang sudah jelas
telah mempunyai bintang hatinya, jadi selama ini harapanku sia-sia, akupun
segera mencoba menghapus rasa itu dan menggantikannya sebagai rasa persaudaraan
yang akan aku bawa sampai aku tertimbun tanah nanti.
Disini aku melihat sahabat-sahabatku yang masih
terjaga dalam tidurnya, dan sekilas aku melihat wajah seseorang yang sudah
tidak asing lagi bagiku, yah, dia adalah Eka, kakak sepupuku. Aku melihat
sebuah kesedihan diwajahnya, aku melihat sebuah kekhawatiran yang mendalam, dan
aku juga melihat rasa lelah yang luar biasa diwajahnya yang sedikit pucat,
mungkin dia sedang capek karena pekerjaannya yang tidak bisa ditinggal atau
mungkin dia lelah memendam sebuah permasalahan yang sampai saat ini masih ia pendam
sendiri. Aku hanya bisa menghela nafas pelan, segera kubereskan meja dan kursi
yang berantakan. Saat itu juga, secara tidak sengaja aku melihat sebuah foto orang
yang sempat singgah dalam hatiku bersama seorang cewek yang pernah ku kenal, yah,
cewek yang bersama Leo adalah kekasih kak Eka, seorang cewek yang pernah dibawa
kak Eka pulang untuk dikenalkan dengan ayah dan nenek, hanya saja aku lupa dengan namanya. Ingin
rasanya aku menangis, tapi tidak, untuk apa aku menangis? Untuk siapa aku
menangis? Bukankah Leo sudah menemukan bintang hatinya? Meski aku tau dia
adalah kekasih kak Eka. Lalu bagaimana dengan perasaan kak Eka?
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara deru
motor, dan itu adalah motor kak Anji, dia juga termasuk salah satu anggota di
komunitas Pecinta Alam disini, dia sangat kritis dalam menaggapi sebuah permasalahan
yang berbau alam, dia juga termasuk anggota yang aktif dan mudah mencerna materi
tentang alam dengan baik, wajahnya yang imut dan lucu membuatku ingin tertawa.
“ hai Di, udah lama ya disini?”, tanyanya padaku,
“ emm…lumayanlah, kakak sendiri darimana? Kok tumben
banget jam segini sudah bangun? Biasanya kalian semuakan tukang tidur?”, tanyaku
dengan nada sedikit menyindir.
“ iya sebenarnya aku masih ngantuk, tapi aku tadi
harus nganterin Devan ke Surabaya, jadi subuh tadi aku sudah bangun, semalem
aku cuma tidur 2 jam, rasanya capek banget nih badan, oiya kenapa nggak
dibangunin nih anak-anak?”, tanyanya,
“ tadinya sih mau bangunin, tapi aku takut
mengganggu mereka, jadi kubiarkan saja mereka tidur, nanti juga bangun-bangun
sendiri”, jelasku,
“ kalau nggak dibangunin, mereka nggak akan bangun
Di, kamu tau sendirkan gimana mereka? Sebentar ya, aku bangunin mereka dulu”,
ucap kak Anji sambil membangunkan teman-teman yang masih terlelap dalam
tidurnya.
Sementara itu aku meneeruskan pekerjaanku untuk
membereskan basecamp Pecinta Alam yang masih berantakan, basecamp ini sangat
sederhana, dan letaknyapun sangat geografis.
“ woy bangun woy, uda siang nih, ayo sarapan….!”,
ucap kak Anji sambil menggoyak-goyakkan tubuh semua teman-temannya
Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah kak Anji
yang sangat lucu. Saat semuanya sudah bangun dan cuci muka, kak Fiyan
menanyakan nasi yang ditawarkan oleh kak Anji tadi,
“ mana nasinya? Katanya mau sarapan? Kok nggak ada
apa-apa disini.?”, Tanya kak Fiyan,
“ siapa juga yang bawa nasi buat kalian, males
banget, kalau lapar, buat aja sendiri”, jawab kak Anji dengan senyumnya yang
khas.
“ Diandra? Sejak kapan kamu disini?”, Tanya kak Eka,
“ lumayan lamalah kak”, jawabku,
“ kok nggak bangunin kakak sih?”, Tanya kak Eka
“ ya…aku takut kakak marah, makanya aku ngebiarin
kakak tidur, maaf deh kalo gitu!”, jawabku sambil cengengesan.
Beberapa saat kemudian, kak Anang datang membawa
makanan, sambil menunggu semuanya kumpul, tiba-tiba kak Anang angkat bicara,
“ kita semua dapat undangan di acara pertunangan
Leo”, ucap kak Anang
“ lo, memangnya Leo mau tunangan sama siapa?”, Tanya
kak Hans sambil melahap makanan yang ada didepannya,
sementara itu aku masih tertegun mendengar berita
itu, rasanya sulit sekali untuk dipercaya, orang yang selama ini aku sayang
akan tunangan, bersama kekasih sahabatnya sendiri?
“ Leo akan tunangan dengan Virda, sebenarnya aku
sudah tau semuanya, tapi aku sengaja tidak memberitahu kalian semua, biar jadi
kejutan buat kalian”, pernyataan kak Eka membuyarkan lamunanku.
Apa jadinya ketika kita mendengar kabar, bahwa orang
yang kita sayang pergi meninggalkan kita bersama orang lain? Ingin rasanya aku
lari dari semua ini, tapi aku sadar kalau semua ini harus ku hadapi bukan untuk
dihindari, dan yang menjadi beban pikiranku saat ini adalah kondisi kak Eka,
aku tau dia sangat terguncang dengan berita ini, dan dia mencoba untuk tetap
tegar dan kuat dihadapan sahabat-sahabatnya. Air mataku jatuh tanpa kusadari,
hati ini sudah tidak bisa lagi menahan beban ini, akupun segera pergi dari
tempat makan,
“ permisi, aku mau kebelakang dulu”, ucapku,
akupun berlari kebelakang basecamp dan mencoba
menenangkan diriku sendiri, beberapa saat kemudian kak Eka menyusulku,
“ kamu kenapa? Apakah kamu punya masalah? Cerita aja
ke kakak”, ujar kak Eka,
“ kenapa kakak bohong?”, tanyaku,
“ bohong? Emangnya kakak bohong apa sama kamu?”,
Tanya kak Eka,
“ aku sudah tau semuanya, besok Leo akan tunangan
dengan orang yang kakak cinta, dan kakak cuma diam seperti ini? Mana kak Eka
yang Diandra kenal dulu?”, tanyaku,
“ darimana kamu tau semua ini?”, Tanya kak Eka,
“ tadi pagi aku nemuin foto ini dimeja, dan aku tau,
cewek ini adalah kak Virda, pacar kakak yang pernah kakak kenalkan kepada ayah
dan nenek, iyakan?”, ucapku sambil menyodorkan foto itu ke kak Eka.
Suasana menjadi hening seketika,
“ kakak nggak papa, kakak ikhlas!”, ucap kak Eka
dengan nada yang parau.
Akupun mencoba menenangkannya,
“ hati kakak terluka, sama seperti hati Diandra saat
ini”, ucapku
“ maksud kamu?”, Tanya kak Eka heran
“ orang yang akan bertunangan dengan pacar kakak
adalah orang yang pernah ada dalam hati Diandra”, jelasku
“ apa? Jadi selama ini kamu mencintai Leo? Dan kamu
memendamnya sendiri? Ya ampun, kakak tidak pernah menyangka kalau hal seperti
ini akan terjadi pada kita”, ucap kak Eka sambil merangkulku.
Saat
hari pertunangan tiba, aku memutuskan untuk datang bersama teman-teman Pecinta
Alam. Berat banget rasanya ketika aku melihat Leo dan kak Virda yang tengah
bahagia, lantas apa yang harus aku lakukan? Bukankah melihatnya bahagia adalah
tujuan utamaku? Akupun segera menyeka air mata yang sedari tadi tengah
menggenang dipelupuk mataku. Aku segera melangkahkan kakiku kearah Leo dan kak
Virda untuk mengucapkan selamat kepada mereka, sementara itu kak Eka dan yang
lainnya menyusul dibelakangku
“ selamat yah, semoga hubungan kalian langgeng
sampai di pelaminan nanti”, ucapku seraya menjabat tangan Leo dan kak Virda
kemudian melangkah pergi.
“ selamat yah, Leo tolong jaga Virda”, pesan kak Eka
Kemudian yang lainnya pun mengikuti dan melangkah
pergi
Keesokan
harinya saat aku dan kak Eka membicarakan tentang Leo dan kak Virda, secara
tidak sengaja kak Toni mendengar percakapanku dengan kak Eka, dan lambat laun
seluruh anggota Pecinta Alam mengetahui yang sebenarnya.
“ jadi Virda adalah pacar Eka, lalu kenapa dia
tunangannya dengan Leo? Kenapa bukan dengan Eka?”, Tanya kak Fiyan bingung
“ jaman sekarang cinta bukan lagi hal utama,
melainkan harta, mana mau Virda tunangan denganku yang masih bergantung pada
orang tua? Beda dengan Leo yang sudah punya usaha sendiri”, jelas kak Eka
“ emang ya! Cewek sekarang pada mata duitan semua,
pada matre semua”, celetuk kak Anji
“ sudah sudah, nggak baik membicarakan orang dari
belakang”, ucapku berusaha menghentikan pembicaraan mereka.
Mungkin cintaku dan cinta kak Eka harus berakhir
seperti ini, dan kami Ikhlas.
Beberapa
saat kemudian Leo datang bersama Virda, nampaknya mereka sangat bahagia, tapi
sebelum Leo angkat bicara, tiba-tiba kak Eka pamit untuk pergi
“ aku balik dulu ya, ada urusan dirumah”, ucap kak
Eka
“ loh, kok cepet? Kitakan baru sampai!”, Tanya Leo
“ kan masih ada yang lainnya! Yaudah, aku pamit”,
ucap kak Eka
Beberapa saat kemudian kak Virda keluar untuk
menyusul kak Eka
“ Eka, tunggu, aku mau bicara sama kamu!”, ucap kak
Virda
“ kamu mau bicara apa lagi? Bukankah semuanya sudah
jelas?”, ucap kak Eka dengan nada kesalnya
“ maafin aku, aku hanya menuruti keinginan kedua
orangtuaku, mereka menjodohkanku dengan Leo”, jelas kak Virda
“ kamu sadar nggak sih, sudah berapa hati yang kamu
sakiti karena ulahmu ini? Banyak Vir, terutama aku”, ucap kak Eka
“ kau bilang bahwa kamu akan setia menungguku, tapi
nyatanya kau malah bertunangan dengan sahabatku sendiri! Dan kamu nggak mikir
bagaimana perasaanku saat itu!”, terang kak Eka
“ aku kan sudah minta maaf, apa permintaan maafku
belum cukup untuk menghapus luka hatimu?”, Tanya kak Virda
“ kamu tau siapa yang paling sakit atas pertunangan
kamu? Diandra, dia lebih sakit dibanding aku, dia yang rela melepaskan
kebahagiaannya hanya untuk melihat orang yang dia sayang bahagia, dia adalah
Leo, selama ini dia memendam perasaannya sendiri”, jelas kak Eka
“ jadi, selama ini Diandra mencintai Leo? Tuhan, apa
yang telah aku lakukan? Aku telah menyakiti hati banyak orang!”, ucap kak Virda
menyesal
Sementara itu, diruang pertemuan, kak Anji
menceritakan semuanya, bahwa orang yang bertunangan dengan Leo adalah kekasih
dari sahabatnya sendiri yaitu Eka. Betapa terpukulnya Leo mendengar pernyataan
itu, ia pun segera meminta izin untuk pulang untuk menemui kedua orangtuanya
dan juga orangtua Virda untuk membatalkan pernikahannya dengan Virda.
“ pa, ma, om juga tante sebelumnya saya minta maaf
karena saya tidak bisa melanjutkan pertunangan ini sampai ke pernikahan, karena
saya dan juga Virda tidak mempunyai perasaan sayang sama sekali, sekali lagi
saya minta maaf!”, jelas Leo
“ kamu kenapa? Apa ada yang mempengaruhi kamu
sehingga kamu membatalkan prtunangan dan juga pernikahan kamu dengan Virda?”,
Tanya om Rio, papa Virda
Virdapun angkat bicara
“ maaf ma, pa, om dan tante, sebenarnya tidak ada
yang mempengaruhi keputusan kami, kami memang tidak mempunyai rasa sayang satu
sama lain, kami sudah mempunyai pilihan kami sendiri. Aku dan Leo nggak mau
mengambil keputusan yang nantinya akan membuat kami sengsara atau tersakiti
satu sama lain dan ini murni keinginan Virda dan juga Leo, Virda harap semuanya
bisa mengerti dengan posisi Virda dan Leo saat ini!”, tambah Virda
Awalnya kedua pihak keluarga memang sangat kecewa
mendengar pernyataan Leo dan juga Virda, tapi mereka bangga karena Leo dan
Virda mampu untuk bebicara terus terang tentang perasaaan mereka, kedua
keluarga juga bangga karena anak-anaknya memiliki alasan yang logis untuk
menolak perjodohan mereka. Mereka bangga pada anak-anaknya yang rela menanggung
malu karena pertunangan yang baru saja dilaksanakan harus berakhir dengan
tujuan yang sangat mulia yaitu supaya tak banyak hati yang akan tersakiti
nantinya karena pertunangan itu.
“ kami dari pihak orang tua bangga pada kalian yang
mampu untuk jujur pada diri kalian sendiri, kami bangga karena cara berfikir
kalian yang tak mau ada banyak orang yang akan tersakiti hatinya karena
keputusan yang kalian ambil, dan kami mengerti dengan posisi kalian, sekarang
terserah kalian, jika kalian ingin mengakhiri hubungan pertunangan ini, kami
tak masalah asal itu semua bisa membuat hidup kalian lebih berwarna lagi”, ucap
om Toni, ayah Leo.
“ meskipun kalian sudah tidak ada hubungan lagi,
tapi kami ingin kalian tetap bersahabat dan menjaga persahabatan kalian seperti
orangtua kalian yang masih menjaga persahabatannya sampai saat ini!”, tambah
tante Nina, ibu Leo
“ iya ma, pa, kami akan tetap bersahabat seperti
yang kalian inginkan, karena sebelum pertunangan itu, kami sudah saling kenal
dan juga sudah menjalin sebuah persahabatan, semoga kami bisa menjaga
persahabatan ini sampai kami tua nanti”, ucap Leo
“ kamu memang anak yang baik nak Leo, beruntunglah
orang yang bisa mendapatkan hatimu!”, ucap ayah Virda. Saat itu juga Virda dan
Leo memutuskan untuk mengakhiri pertunangan yang baru saja dilangsungkan dan
mengubahnya dengan persahabatan. Karena mereka tahu, bahwa cinta tak bisa
dipaksakan. Virda pun kembali bersama dengan kak Eka, sementara itu aku dan Leo
tetap menjadi saudara, bagiku ini sudah lebih dari cukup.
Bahagia itu tidak harus dengan barang yang mewah,
tapi bahagia yang sejati adalah ketika kita bisa bersama orang-orang yang kita
sayang, entah itu keluarga, sahabat, teman atau pacar. Karena bahagia itu kita
yang ciptain, bukan mereka. Bahagia itu adalah sebuah pilihan, tinggal kita mau
memilih untuk bahagia atau sedih. Bahagia adalah ketika kita lebih sering
bersama menghabiskan waktu dengan sahabat tanpa berfikir untuk mengakhirinya.
Jalan hidup yang kulalui penuh dengan jurang-jurang yang terjal,
dan siapapun juga bisa terjatuh dan terperangkap didalamnya, termasuk diriku
sendiri. Aku terperangkap oleh waktu, dimana waktu telah mempermainkan cintaku.
Cinta yang seharusnya terbalas dengan cinta yang tulus, bukan bertepuk sebelah
tangan begini. Mencintai seseorang yang sudah jelas tak mencintai kita, mungkin
aku yang terlalu tolol karena berharap pada orang yang seharusnya menjadi
saudara dan juga sahabat, karena aku tau, di dalam organisasi yang aku ikuti
saat ini, terasa sangat aneh jika ada salah satu anggota yang juga mencintai
anggota yang lain.. Terasa sakit jika kita membayangkannya, apalagi
merasakannya. Cinta ini jelas salah, aku salah telah mencintainya. Dan dari
kisah cinta yang salah ini banyak pelajaran yang dapat aku ambil.
Sahabat adalah mereka yang mampu mengerti
tentang kondis kitaa, jika sahabat bisa menjadi pacar? Kenapa sahabat tidak
bisa menjadi saudara? Aku lebih memilih jika kisahku ini hanyalah kisah yang
salah, kisah ini hanya kisah antara rasa sayang antar sesama saudara dan tidak
lebih. Percayalah bahwa akan datang waktu dimana kita bisa benar-benar merasa
nyaman bersama seseorang. Dan mungkin itu adalah cinta yang sesungguhnya. Dan
cinta takkan pernah salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar