Kamis, 29 Desember 2016

CINTA TAKKAN SALAH



CINTA TAKKAN SALAH
Kicauan burung-burung kecil itu mengusik ketenanganku dalam tidurku, segera kubuka selimutku dan berjalan ke jendela kamar kosku yang letaknya tidak jauh dari tempat tidurku.  Udara pagi yang begitu sejuk membuatku semakin tenang, pancaran sinar matahari yang masih hangat membuatku semakin kagum kepada penciptanya. Beberapa saat kemudian handphoneku berdering, ada pesan masuk, aku mengabaikannya dan tetap menatap indahnya mentari pagi.
Usai sarapan, aku segera berangkat ke kampus, aku lupa kalau hari ini perkuliahan dimulai dari jam 09.30 WIB, sementara itu waktu masih menunjukkan pukul 07.30 WIB, segera kuputuskan untuk pergi ke basecamp Pecinta Alam yang letaknya cukup jauh dari kos, tapi itu tak mengapa buatku, asal aku bisa kumpul dan bercanda bareng dengan sahabat-sahabatku, bahkan mereka semua sudah seperti saudara sendiri. Karena merekalah yang selalu mensuportku saat aku terjatuh, dan disini aku belajar untuk saling terbuka satu sama lain, banyak sekali pelajaran yang dapat ku ambil dari organisasi eksternal ini.
Sesampainya di basecamp, aku melihat banyak kenangan yang terlukis didalamnya, kenagan tentang sebuah harapan, cinta, persahabatan dan juga persaudaraan yang erat yang tak akan pernah bisa dipisahkan. Pernah aku menaruh sebuah harapan pada seseorang, dimana orang itu adalah teman satu organisasiku di komunitas pecinta alam, akupun perlahan mencari informasi tentangnya lewat sahabatnya secara diam-diam, dan lambat laun aku menerima sebuah kenyataan bahwa selama ini aku berharap pada seseorang yang sudah jelas telah mempunyai bintang hatinya, jadi selama ini harapanku sia-sia, akupun segera mencoba menghapus rasa itu dan menggantikannya sebagai rasa persaudaraan yang akan aku bawa sampai aku tertimbun tanah nanti.
Disini aku melihat sahabat-sahabatku yang masih terjaga dalam tidurnya, dan sekilas aku melihat wajah seseorang yang sudah tidak asing lagi bagiku, yah, dia adalah Eka, kakak sepupuku. Aku melihat sebuah kesedihan diwajahnya, aku melihat sebuah kekhawatiran yang mendalam, dan aku juga melihat rasa lelah yang luar biasa diwajahnya yang sedikit pucat, mungkin dia sedang capek karena pekerjaannya yang tidak bisa ditinggal atau mungkin dia lelah memendam sebuah permasalahan yang sampai saat ini masih ia pendam sendiri. Aku hanya bisa menghela nafas pelan, segera kubereskan meja dan kursi yang berantakan. Saat itu juga, secara tidak sengaja aku melihat sebuah foto orang yang sempat singgah dalam hatiku bersama seorang cewek yang pernah ku kenal, yah, cewek yang bersama Leo adalah kekasih kak Eka, seorang cewek yang pernah dibawa kak Eka pulang untuk dikenalkan dengan ayah dan nenek,  hanya saja aku lupa dengan namanya. Ingin rasanya aku menangis, tapi tidak, untuk apa aku menangis? Untuk siapa aku menangis? Bukankah Leo sudah menemukan bintang hatinya? Meski aku tau dia adalah kekasih kak Eka. Lalu bagaimana dengan perasaan kak Eka?
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara deru motor, dan itu adalah motor kak Anji, dia juga termasuk salah satu anggota di komunitas Pecinta Alam disini, dia sangat kritis dalam menaggapi sebuah permasalahan yang berbau alam, dia juga termasuk anggota yang aktif dan mudah mencerna materi tentang alam dengan baik, wajahnya yang imut dan lucu membuatku ingin tertawa.
“ hai Di, udah lama ya disini?”, tanyanya padaku,
“ emm…lumayanlah, kakak sendiri darimana? Kok tumben banget jam segini sudah bangun? Biasanya kalian semuakan tukang tidur?”, tanyaku dengan nada sedikit menyindir.
“ iya sebenarnya aku masih ngantuk, tapi aku tadi harus nganterin Devan ke Surabaya, jadi subuh tadi aku sudah bangun, semalem aku cuma tidur 2 jam, rasanya capek banget nih badan, oiya kenapa nggak dibangunin nih anak-anak?”, tanyanya,
“ tadinya sih mau bangunin, tapi aku takut mengganggu mereka, jadi kubiarkan saja mereka tidur, nanti juga bangun-bangun sendiri”, jelasku,
“ kalau nggak dibangunin, mereka nggak akan bangun Di, kamu tau sendirkan gimana mereka? Sebentar ya, aku bangunin mereka dulu”, ucap kak Anji sambil membangunkan teman-teman yang masih terlelap dalam tidurnya.
Sementara itu aku meneeruskan pekerjaanku untuk membereskan basecamp Pecinta Alam yang masih berantakan, basecamp ini sangat sederhana, dan letaknyapun sangat geografis.
“ woy bangun woy, uda siang nih, ayo sarapan….!”, ucap kak Anji sambil menggoyak-goyakkan tubuh semua teman-temannya
Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah kak Anji yang sangat lucu. Saat semuanya sudah bangun dan cuci muka, kak Fiyan menanyakan nasi yang ditawarkan oleh kak Anji tadi,
“ mana nasinya? Katanya mau sarapan? Kok nggak ada apa-apa disini.?”, Tanya kak Fiyan,
“ siapa juga yang bawa nasi buat kalian, males banget, kalau lapar, buat aja sendiri”, jawab kak Anji dengan senyumnya yang khas.
“ Diandra? Sejak kapan kamu disini?”, Tanya kak Eka,
“ lumayan lamalah kak”, jawabku,
“ kok nggak bangunin kakak sih?”, Tanya kak Eka
“ ya…aku takut kakak marah, makanya aku ngebiarin kakak tidur, maaf deh kalo gitu!”, jawabku sambil cengengesan.
Beberapa saat kemudian, kak Anang datang membawa makanan, sambil menunggu semuanya kumpul, tiba-tiba kak Anang angkat bicara,
“ kita semua dapat undangan di acara pertunangan Leo”, ucap kak Anang
“ lo, memangnya Leo mau tunangan sama siapa?”, Tanya kak Hans sambil melahap makanan yang ada didepannya,
sementara itu aku masih tertegun mendengar berita itu, rasanya sulit sekali untuk dipercaya, orang yang selama ini aku sayang akan tunangan, bersama kekasih sahabatnya sendiri?
“ Leo akan tunangan dengan Virda, sebenarnya aku sudah tau semuanya, tapi aku sengaja tidak memberitahu kalian semua, biar jadi kejutan buat kalian”, pernyataan kak Eka membuyarkan lamunanku.
Apa jadinya ketika kita mendengar kabar, bahwa orang yang kita sayang pergi meninggalkan kita bersama orang lain? Ingin rasanya aku lari dari semua ini, tapi aku sadar kalau semua ini harus ku hadapi bukan untuk dihindari, dan yang menjadi beban pikiranku saat ini adalah kondisi kak Eka, aku tau dia sangat terguncang dengan berita ini, dan dia mencoba untuk tetap tegar dan kuat dihadapan sahabat-sahabatnya. Air mataku jatuh tanpa kusadari, hati ini sudah tidak bisa lagi menahan beban ini, akupun segera pergi dari tempat makan,
“ permisi, aku mau kebelakang dulu”, ucapku,
akupun berlari kebelakang basecamp dan mencoba menenangkan diriku sendiri, beberapa saat kemudian kak Eka menyusulku,
“ kamu kenapa? Apakah kamu punya masalah? Cerita aja ke kakak”, ujar kak Eka,
“ kenapa kakak bohong?”, tanyaku,
“ bohong? Emangnya kakak bohong apa sama kamu?”, Tanya kak Eka,
“ aku sudah tau semuanya, besok Leo akan tunangan dengan orang yang kakak cinta, dan kakak cuma diam seperti ini? Mana kak Eka yang Diandra kenal dulu?”, tanyaku,
“ darimana kamu tau semua ini?”, Tanya kak Eka,
“ tadi pagi aku nemuin foto ini dimeja, dan aku tau, cewek ini adalah kak Virda, pacar kakak yang pernah kakak kenalkan kepada ayah dan nenek, iyakan?”, ucapku sambil menyodorkan foto itu ke kak Eka.
Suasana menjadi hening seketika,
“ kakak nggak papa, kakak ikhlas!”, ucap kak Eka dengan nada yang parau.
Akupun mencoba menenangkannya,
“ hati kakak terluka, sama seperti hati Diandra saat ini”, ucapku
“ maksud kamu?”, Tanya kak Eka heran
“ orang yang akan bertunangan dengan pacar kakak adalah orang yang pernah ada dalam hati Diandra”, jelasku
“ apa? Jadi selama ini kamu mencintai Leo? Dan kamu memendamnya sendiri? Ya ampun, kakak tidak pernah menyangka kalau hal seperti ini akan terjadi pada kita”, ucap kak Eka sambil merangkulku.
            Saat hari pertunangan tiba, aku memutuskan untuk datang bersama teman-teman Pecinta Alam. Berat banget rasanya ketika aku melihat Leo dan kak Virda yang tengah bahagia, lantas apa yang harus aku lakukan? Bukankah melihatnya bahagia adalah tujuan utamaku? Akupun segera menyeka air mata yang sedari tadi tengah menggenang dipelupuk mataku. Aku segera melangkahkan kakiku kearah Leo dan kak Virda untuk mengucapkan selamat kepada mereka, sementara itu kak Eka dan yang lainnya menyusul dibelakangku
“ selamat yah, semoga hubungan kalian langgeng sampai di pelaminan nanti”, ucapku seraya menjabat tangan Leo dan kak Virda kemudian melangkah pergi.
“ selamat yah, Leo tolong jaga Virda”, pesan kak Eka
Kemudian yang lainnya pun mengikuti dan melangkah pergi
            Keesokan harinya saat aku dan kak Eka membicarakan tentang Leo dan kak Virda, secara tidak sengaja kak Toni mendengar percakapanku dengan kak Eka, dan lambat laun seluruh anggota Pecinta Alam mengetahui yang sebenarnya.
“ jadi Virda adalah pacar Eka, lalu kenapa dia tunangannya dengan Leo? Kenapa bukan dengan Eka?”, Tanya kak Fiyan bingung
“ jaman sekarang cinta bukan lagi hal utama, melainkan harta, mana mau Virda tunangan denganku yang masih bergantung pada orang tua? Beda dengan Leo yang sudah punya usaha sendiri”, jelas kak Eka
“ emang ya! Cewek sekarang pada mata duitan semua, pada matre semua”, celetuk kak Anji
“ sudah sudah, nggak baik membicarakan orang dari belakang”, ucapku berusaha menghentikan pembicaraan mereka.
Mungkin cintaku dan cinta kak Eka harus berakhir seperti ini, dan kami Ikhlas.
            Beberapa saat kemudian Leo datang bersama Virda, nampaknya mereka sangat bahagia, tapi sebelum Leo angkat bicara, tiba-tiba kak Eka pamit untuk pergi
“ aku balik dulu ya, ada urusan dirumah”, ucap kak Eka
“ loh, kok cepet? Kitakan baru sampai!”, Tanya Leo
“ kan masih ada yang lainnya! Yaudah, aku pamit”, ucap kak Eka
Beberapa saat kemudian kak Virda keluar untuk menyusul kak Eka
“ Eka, tunggu, aku mau bicara sama kamu!”, ucap kak Virda
“ kamu mau bicara apa lagi? Bukankah semuanya sudah jelas?”, ucap kak Eka dengan nada kesalnya
“ maafin aku, aku hanya menuruti keinginan kedua orangtuaku, mereka menjodohkanku dengan Leo”, jelas kak Virda
“ kamu sadar nggak sih, sudah berapa hati yang kamu sakiti karena ulahmu ini? Banyak Vir, terutama aku”, ucap kak Eka
“ kau bilang bahwa kamu akan setia menungguku, tapi nyatanya kau malah bertunangan dengan sahabatku sendiri! Dan kamu nggak mikir bagaimana perasaanku saat itu!”, terang kak Eka
“ aku kan sudah minta maaf, apa permintaan maafku belum cukup untuk menghapus luka hatimu?”, Tanya kak Virda
“ kamu tau siapa yang paling sakit atas pertunangan kamu? Diandra, dia lebih sakit dibanding aku, dia yang rela melepaskan kebahagiaannya hanya untuk melihat orang yang dia sayang bahagia, dia adalah Leo, selama ini dia memendam perasaannya sendiri”, jelas kak Eka
“ jadi, selama ini Diandra mencintai Leo? Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Aku telah menyakiti hati banyak orang!”, ucap kak Virda menyesal
Sementara itu, diruang pertemuan, kak Anji menceritakan semuanya, bahwa orang yang bertunangan dengan Leo adalah kekasih dari sahabatnya sendiri yaitu Eka. Betapa terpukulnya Leo mendengar pernyataan itu, ia pun segera meminta izin untuk pulang untuk menemui kedua orangtuanya dan juga orangtua Virda untuk membatalkan pernikahannya dengan Virda.
“ pa, ma, om juga tante sebelumnya saya minta maaf karena saya tidak bisa melanjutkan pertunangan ini sampai ke pernikahan, karena saya dan juga Virda tidak mempunyai perasaan sayang sama sekali, sekali lagi saya minta maaf!”, jelas Leo
“ kamu kenapa? Apa ada yang mempengaruhi kamu sehingga kamu membatalkan prtunangan dan juga pernikahan kamu dengan Virda?”, Tanya om Rio, papa Virda
Virdapun angkat bicara
“ maaf ma, pa, om dan tante, sebenarnya tidak ada yang mempengaruhi keputusan kami, kami memang tidak mempunyai rasa sayang satu sama lain, kami sudah mempunyai pilihan kami sendiri. Aku dan Leo nggak mau mengambil keputusan yang nantinya akan membuat kami sengsara atau tersakiti satu sama lain dan ini murni keinginan Virda dan juga Leo, Virda harap semuanya bisa mengerti dengan posisi Virda dan Leo saat ini!”, tambah Virda
Awalnya kedua pihak keluarga memang sangat kecewa mendengar pernyataan Leo dan juga Virda, tapi mereka bangga karena Leo dan Virda mampu untuk bebicara terus terang tentang perasaaan mereka, kedua keluarga juga bangga karena anak-anaknya memiliki alasan yang logis untuk menolak perjodohan mereka. Mereka bangga pada anak-anaknya yang rela menanggung malu karena pertunangan yang baru saja dilaksanakan harus berakhir dengan tujuan yang sangat mulia yaitu supaya tak banyak hati yang akan tersakiti nantinya karena pertunangan itu.
“ kami dari pihak orang tua bangga pada kalian yang mampu untuk jujur pada diri kalian sendiri, kami bangga karena cara berfikir kalian yang tak mau ada banyak orang yang akan tersakiti hatinya karena keputusan yang kalian ambil, dan kami mengerti dengan posisi kalian, sekarang terserah kalian, jika kalian ingin mengakhiri hubungan pertunangan ini, kami tak masalah asal itu semua bisa membuat hidup kalian lebih berwarna lagi”, ucap om Toni, ayah Leo.
“ meskipun kalian sudah tidak ada hubungan lagi, tapi kami ingin kalian tetap bersahabat dan menjaga persahabatan kalian seperti orangtua kalian yang masih menjaga persahabatannya sampai saat ini!”, tambah tante Nina, ibu Leo
“ iya ma, pa, kami akan tetap bersahabat seperti yang kalian inginkan, karena sebelum pertunangan itu, kami sudah saling kenal dan juga sudah menjalin sebuah persahabatan, semoga kami bisa menjaga persahabatan ini sampai kami tua nanti”, ucap Leo
“ kamu memang anak yang baik nak Leo, beruntunglah orang yang bisa mendapatkan hatimu!”, ucap ayah Virda. Saat itu juga Virda dan Leo memutuskan untuk mengakhiri pertunangan yang baru saja dilangsungkan dan mengubahnya dengan persahabatan. Karena mereka tahu, bahwa cinta tak bisa dipaksakan. Virda pun kembali bersama dengan kak Eka, sementara itu aku dan Leo tetap menjadi saudara, bagiku ini sudah lebih dari cukup.
Bahagia itu tidak harus dengan barang yang mewah, tapi bahagia yang sejati adalah ketika kita bisa bersama orang-orang yang kita sayang, entah itu keluarga, sahabat, teman atau pacar. Karena bahagia itu kita yang ciptain, bukan mereka. Bahagia itu adalah sebuah pilihan, tinggal kita mau memilih untuk bahagia atau sedih. Bahagia adalah ketika kita lebih sering bersama menghabiskan waktu dengan sahabat tanpa berfikir untuk mengakhirinya.
Jalan hidup yang kulalui penuh dengan jurang-jurang yang terjal, dan siapapun juga bisa terjatuh dan terperangkap didalamnya, termasuk diriku sendiri. Aku terperangkap oleh waktu, dimana waktu telah mempermainkan cintaku. Cinta yang seharusnya terbalas dengan cinta yang tulus, bukan bertepuk sebelah tangan begini. Mencintai seseorang yang sudah jelas tak mencintai kita, mungkin aku yang terlalu tolol karena berharap pada orang yang seharusnya menjadi saudara dan juga sahabat, karena aku tau, di dalam organisasi yang aku ikuti saat ini, terasa sangat aneh jika ada salah satu anggota yang juga mencintai anggota yang lain.. Terasa sakit jika kita membayangkannya, apalagi merasakannya. Cinta ini jelas salah, aku salah telah mencintainya. Dan dari kisah cinta yang salah ini banyak pelajaran yang dapat aku ambil.
Sahabat adalah mereka yang mampu mengerti tentang kondis kitaa, jika sahabat bisa menjadi pacar? Kenapa sahabat tidak bisa menjadi saudara? Aku lebih memilih jika kisahku ini hanyalah kisah yang salah, kisah ini hanya kisah antara rasa sayang antar sesama saudara dan tidak lebih. Percayalah bahwa akan datang waktu dimana kita bisa benar-benar merasa nyaman bersama seseorang. Dan mungkin itu adalah cinta yang sesungguhnya. Dan cinta takkan pernah salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar