PERPISAHAN YANG TAK KU
INGINKAN
Pagi
yang indah dengan dihiasi kicauan burung-burung, dan sepertinyanya mereka
mengerti dengan apa yang aku rasakan
saat ini, sedih, kesal, khawatir dan rasa takut terpisahkan dengan
teman-teman PPL dari salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Surabaya,
saat bel pulang berbunyi, aku nggak langsung memutuskan untuk pulang, aku
memutuskan untuk menyendiri disekolah dulu. Beberapa saat kemudian Pak Agus
salah satu guru PPL berjalan menuju ke arahku, aku semakin bingung, hatikupun
bertanya-tanya, ada apa ini? Tanyaku dalam hati, beberapa saat kemudian pak agus
sudah ada di depanku, dia terlihat begitu cemas, “maaf pak, ada apa ya?”, tanyaku
pada pak agus, “nggak ada apa-apa, saya Cuma mau tanya, apakah kamu pegang kunci
UKS?”, tanya pak agus, “iya pak, kunci UKS ada di saya, ada yang sakit ta pak?”,
tanyaku, “iya, pak rio sakit, sekarang aku minta tolong sama kamu, tolong kamu
buka UKSnya, saya mau bawa Rio ke UKS”, jelas pak agus. Pak agus pun pergi
meninggalkanku dan aku pun segera membuka UKS.
Beberapa
saat kemudian aku melihat pak agus yang sedang membopong pak rio ke UKS,
setelah membantu pak rio istirahat, pak agus memintaku untuk menemaninya dan
merawat pak rio “Vir, bisa temani saya jaga rio disini?”, tanya pak agus, “iya
pak, memangnya pak rio sakit apa pak?”, tanyaku pada pak agus, “aku sendiri
kurang tau vir”, jawab pak agus. Suasana menjadi hening seketika, nggak ada
yang mau bicara antara aku dan pak agus, beberapa saat kemudian pak rio sadar
dan meminta minum, akupun segera keluar untuk mencari minum, tapi kantin
sekolah sudah tutup, akupun balik ke UKS, “pak, kantinnya sudah tutup,gimana
pak?”, tanyaku pada pak agus, “waduh..gimana ya? Kamu nggak punya minum ta
vir?”, tanya pak agus, “oiya...saya lupa, saya ada minum pak, sebentar ya, tak
ambilkan dulu”, kataku sambil mengambil air minumku yang kuletakkan di tas dan
segera memberikannya kepada pak agus, “ini pak airnya”, setelah minum air putih
walaupun sedikit, kondisi pak rio mulai membaik. “gimana pak? Udah agak baikan?”
tanyaku pada pak rio, sementara itu aku juga menjadi salah tingkah karena dari
tadi pak agus terus memandangku. “udah, makasih ya Vir”, ucap pak rio, “iya pak
sama-sama” balasku sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudian hanif memanggilku,
akupun segera menemuinya “sebentar ya pak, saya di panggil hanif”, pamitku pada
pak agus dan pak rio, dan akupun segera menemui hanif, saat aku menemui hanif,
ternyata pak rio membicarakanku dengan pak agus, “gus, kamu suka ya sama virda?
Dari tadi kok mandangin dia terus”, tanya pak rio kepada pak agus, “nggak tau,
tapi aku senang melihat virda, dia itu baik banget, apa aku mencintai virda?”
tanya pak agus ke pak rio, “kalau menurutku sih kamu memang mencintai dia,
kalau di pikir lucu juga sih ada guru yang suka sama muridnya” jawab pak rio.
Setelah
berbicara lama dengan hanif, aku langsung ke UKS dan ternyata di UKS ada bu
aini, dia juga guru PPL, “pak rio gimana keadaannya?uda baikan ta?” tanyaku,
“iya, aku udah baikan kok”, jawab pak rio, “kalau gitu aku pamit pulang dulu ya
pak, bu..” pamitku, “sebentar vir, kamu mau pulang sama siapa? Semua teman kamu
sudah pulang semua?” tanya pak agus, “iya sih, tapi nggak papa, nanti aku bisa
nebeng orang ”, jawabku, “kalau gitu kamu saya antar saja ya..soalnya ini udah
sore, nggak baik buat anak sekolah pulang sore-sore, rio, kamu disini dulu sama
aini, aku nganterin virda pulang dulu”. Kemudian pak agus segera mengambil
motornya dan mengantarku pulang.
Sesampainya
dirumah aku mengucapkan terima kasih kepada pak agus karena sudah mengantarku
pulang “makasih ya pak?, nggak mampir dulu?”, tanyaku, “iya terima kasih, tapi
aku nggak bisa lama-lama, soalnya ini udah sore, kalau gitu aku pamit dulu,
sampai ketemu besok di sekolahan”. Pak aguspun segera pergi dan perlahan
menghilang dari pandanganku.Setelah kepulangan pak agus, aku segera menuju ke
kamar, kulihat ada pesan masuk dari nomor baru, dan pesan itu isinya
“ciyeee...ada yang lagi kasmaran ni....vir ini aku pak rio, aku Cuma mau bilang
kalau pak agus itu sebenarnya suka sama kamu, tapi dia malu sama kamu”. Aku
nggak menanggapi pesan pak rio, beberapa saat kemudian ada pesan dari bu aini
“vir, besok tanggal 13 hari jumat setelah sholat jumat olahraga renang ke
patian”, aku segera membalas pesan dari bu aini “iya bu...”.
Keesokan harinya saat jam pelajaran biologi
berlangsung, pak rio dan pak agus datang ke kelas dan memanggilku, saat itu bu
trinaryah sedang menjelaskan materi, kemudian pak rio minta izin ke bu
trinaryah agar memperbolehkan aku untuk tidak mengikuti pelajaran sebentar saja
“maaf bu mengganggu, kami mau memanggil virda, ada hal penting yang harus kami
bicarakan”, ucap pak rio ke bu trinaryah, “baiklah”, jawab bu trinaryah,
kemudian aku pamit keluar dengn pak rio dan pak agus, kami bertiga berjalan
menuju taman sekolah, Sesampainya di taman aku segera bertanya pada pak rio
“pak ada apa ya?kok manggil saya?”, tanyaku, “saya Cuma mau mengembalikan kunci
UKS ini, terima kasih ya!”, ucap pak rio, “owh, kirain ada apa-apa, iya
sama-sama pak”, jawabku, kemudian pak rio memberi kode pada pak agus, aku nggak
tau itu kode apa, tapi setelah pak rio memberi kode itu, pak agus langsung
duduk disebelahku, aku pun menjadi bingung “ada apa ini?”tanyaku pada pak rio
dan pak agus, “vir, aku mau tanya sama kamu”, ucap pak agus, “tanya apa pak?kok
kelihatannya serius banget?”, ucapku heran ”aku Cuma mau tanya apa kamu sudah
punya pacar?” tanya pak agus, “tanyanya kok gitu sih pak?saya belum punya
pacar, memangnya kenapa pak?”, tanyaku
“aku Cuma mau bilang kalau sebenarnya aku sayang dan cinta sama kamu,
apa kamu mau nerima aku jadi pacar kamu? Aku serius vir”, tanya pak agus,
“emm......gimana ya pak...kita nggak mungkin bisa pacaran pak, status kita
beda, pak agus disini adalah seorang guru dan saya adalah seorang murid, lagi
pula kalau nanti pak agus sudah kembali ke madura, jarak kita akan semakin jauh
dan perlu pak agus tau kalau saya ini sakit!, apa pak agus mau pacaran sama
orang yang sakit-sakitan seperti saya?”, jelasku, “aku mencintai kamu apa
adanya vir, aku nggak peduli jarak antara kita, karena aku akan selalu berada
di samping kamu disaat kamu membutuhkanku, aku juga nggak peduli kalau kamu
sakit-sakitan, bagiku kamu sama seperti aku dan yang lainnya, gimana vir?”,
jelas pak agus, “gimana ya....aku masih bingung pak”, jawabku “kalau aku boleh
ngasih saran sebaiknya kamu jalani saja vir, agus pasti akan membantumu”, ucap
pak rio “baiklah kalau gitu, aku mau jadi pacarnya pak agus, karena aku juga
sayang dan cinta sama pak agus sejak pertama kali pak agus masuk ke kelasku”
jawaku, “beneran vir? Alhamdulillah, makasih ya”, ucap pak agus “iya pak,
sama-sama”. Saat itu pak rio menjadi saksi atas cintaku dengan pak agus. Dan sejak
saat itu aku menjalin hubungan dengan pak agus, guru PPL dari UNESA yang lahir
di madura. Akupun segera kembali ke kelas dengan hati yang sangat senang,
begitu pula dengan pak agus, dia sangat senang saking senangnya sampai lupa
kalau dia harus mengajar.
Bel
istirahatpun berbunyi, pak agus dan pak rio berjalan lewat depan kelasku dan
mengajakku ke kantin untuk makan siang, “vir, ayo makan siang dulu, biar nggak
sakit”, ucap pak agus, mendengar ucapannya pak agus, semua teman-temanku heran,
karena nggak biasanya pak agus berani menyapa seorang cewek, akupun segera
mengikuti pak agus dan pak rio ke kantin. Setelah memesan makanan, tiba-tiba
pak kholid datang dan gabung sama aku, pak agus dan pak rio. Sebenarnya aku
nggak enak sama teman-teman, tapi aku mencoba bersikap biasa saja seolah-olah
nggak ada apa-apa, dan beberapa saat kemudian bu aini dan pak bima menyusul
untuk gabung, setelah makan bareng pak agus mengajak untuk kembali ke kelas,
karena pak agus harus ngajar di kelasku, tapi ada yang aneh dalam kakiku, saat pak
rio dan teman-temanya ke kasir untuk membayar makanan, saat itu juga pak agus masih ada disampingku sambil
melihatku, “kamu kenapa?”, tanya pak agus, “nggak papa pak, pak aku minta
tolong bantu aku buat berdiri ya!”, pintaku, dengan senang hati pak agus
membantuku berdiri, tapi ternyata tuhan berkehendak lain, setelah aku berdiri,
aku kembali terjatuh, secara spontan semua teman-teman melihat ke arahku,
termasuk pak agus, pak rio, pak bima dan bu aini, saat itu aku tergeletak jatuh
tak berdaya, pak agus yang melihatku jatuh pingsan langsung membawaku ke UKS,
sementara itu pak rio meminta izin ke pak bima atas nama pak agus untuk tidak
mengajar dulu “bim, biarkan aku yang menggantikan agus mengajar di XII_IA2”,
pinta pak rio, “baiklah kalau begitu, rio kamu ikut aku ke kelas XII-IA2 buat
nggantiin agus”, pinta pak bima pada pak rio, sementara itu pak agus dan bu
aini masih setia menemaniku dan menungguku sampai aku sadar di UKS, beberapa
saat kemudian aku kembali sadar, tapi saat itu juga kakiku masih belum bisa
digerakin, “virda, kamu nggak papakan?”, tanya pak agus khawatir, aku hanya
tersenyum tipis, karena saat itu aku juga belum sepenuhnya bisa bicara, “kalau
gitu sekarang aku tinggal ngajar dulu ya gus!, kamu tungguin virda sampai dia
benar-benar bisa jalan”, ucap bu aini sambil melangkah keluar UKS.
Sudah
satu jam lebih kakiku belum bisa digerakin, pak agus mencoba menekan titik
saraf di kakiku, dan alhamdulillah kakiku kembali bisa digerakin lagi, “gimana
kakinya? Udah bisa digerakinkan?”, tanya pak agus, “iya pak, kakiku udah
enakan, makasih ya pak”, ucapku, “iya, sama-sama, oiya vir, tanggal 8 besok aku
mau pulang ke madura, kamu ikut ta?”, tanya pak agus, “pulang ke madura? Teruz
balik kapan?”, tanyaku balik, “aku mungkin balik kesini besok pagi, kamu nggak
usah khawatir gitu, aku pasti kembali kok!”, jawab pak agus, “bukannya begitu,
lagian ngapain sih pakek pulang kampung segala?”, tanyaku, “aku mau ngambil
baju renangku sayang.....kan tanggal 13 kita ada acara renang”, jawab pak agus
sambil menghiburku, “ya udah kalau gitu, hati-hati kalau pulang”, ucapku, pak
agus hanya membalasnya dengan merusak jilbabku sambil tersenyum.
Keesokan
harinya saat kulihat hp-ku, terdapat banyak panggilan dan pesan dari pak agus,
pesan itu berisi kalau dia pamit pulang dan minta doa supaya selamat baik pergi
maupun pulangnya, aku hanya meng-amininya dalam hati, ketika aku sendiri karena
di tinggal kekasihku pulang kampung, aku mendapat pesan dari anggi ketua osis,
dia menyuruhku untuk ke sekolahan karena ada meeting. Sesampainya disekolah
anggi langsung membahas agenda osis yang akan datang salah satunya adalah
perpisahan untuk anak-anak PPL yang insyaAllah akan dilaksanakan pada tanggal
14 September 2013 yang bertepatan hari sabtu besok. Mendengar ucapan anggi, aku
sangat terkejut, ya Allah apakah harus secepat ini kau pisahkan antara aku dan
kekasihku? Hatikupun menangis mendengar pernyataan anggi, jujur aku belum siap
untuk keilangan kekasih dan juga teman-temanku yang lain. Setelah rapat
selesai, aku mencoba untuk menghubungi pak agus, tapi nggak ada jawaban sama
sekali, aku juga mencoba menghubungi semua teman-teman PPL, tapi itu semua
nggak ada hasinya.
Keesokan
harnya saat bel istirahat, aku bertekad ke ruang PPL untuk mencari pak agus,
tapi saat itu pak agus belum datang, aku hanya bertemu dengan pak rio, saat itu
juga aku mengajak pak rio ke taman “pak, maaf saya mau tanya tentang suatu hal
sama pak rio”, ucapku mengawali pembicaraan, “tanya apa vir? Kamu mau tanya
tentang agus ya? Agus lagi di perjalanan kesini, kamu tenang saja,ok”, jelas
pak rio, “bukan itu yang mau saya tanyakan pak!”, ucap virda, “lalu kamu mau
tanya apa?”, tanya pak rio, “ apa benar kalian semua akan meninggalkan sekolah
ini pada tanggal 14 besok?”, tanyaku, “kamu ini ada-ada saja, ya nggaklah
vir!”, ucap pak rio yang berusaha untuk mengelak, “udahlah pak, ngapain sih
pakek nggak ngaku segala? Aku sudah tau semuanya, sekarang tolong jawab dengan
jujur, apakah itu semua benar?”, tanyaku, “hemm.....iya vir, kontrak kita di
sini sudah habis, dan pada tanggal itu juga kita semua harus ninggalin sekolah
ini dan kembali ke kampus”, jelas pak rio, “ya Allah...jadi itu semua benar,
kenapa harus secepat ini? Kenapa pak agus nggak bilang sama aku?”, ucapku
sambil menahan tangis, “mungkin agus nggak mau buat kamu sedih”, jelas pak rio.
Beberapa saat kemudian pak agus datang dan menyusul aku dan pak rio ke taman. “
ada apa ini? Virda kamu kenapa?”, tanya pak agus, “kenapa kalian tega
menyembunyikan perpisahan kalian dariku?”, tanyaku, “maafin aku vir, sebenarnya
aku nggak ada niat untuk menyembunyikannya dari kamu, aku Cuma nggak mau buat
kamu sedih”, jelas pak agus, “apa yang dikatakan agus itu benar vir, kami Cuma
nggak mau buat kamu sedih”, tambah pak rio, “lagi pula kita kan masih ada waktu
4 hari untuk bersama”, jelas pak agus, “4 hari bukanlah waktu yang lama pak, 4
hari adalah waktu yang sangat singkat, baru 1 minggu kita bersama, dan sebentar
lagi kita akan berpisah, aku tau di setiap kali ada pertemuan pasti ada
perpisahan, tapi kenapa harus secepat ini?”, ucapku sambil terus menunduk,
“sudahlah vir, jangan buat kami merasa tertekan dengan perpisahan ini, kalau
kamu berat melepaskan kami, kami semua nggak akan tenang dalam menuntut ilmu
kami, apa kamu mau kami tidak lulus hanya karena perpisahan ini?”, tanya pak
rio, aku hanya menggelengkan kepala, rasanya aku sudah nggak mampu lagi untuk
bicara dan saat itu juga aku sadar kalau aku telah mementingkan diriku sendiri.
Saat
bel pulang pak agus menungguku di depan kelas, mungkin semua teman-temanku
mengira kalau aku mau sharing sama pak agus, tapi itu salah, aku sama sekali
nggak ada janji dengan pak agus, saat ku temui pak agus,
ternyata pak agus mau mengajakku keluar, “vir, kita keluar yuk!”, ajak pak
agus, “keluar kemana? Memangnya pak agus nggak ada acara buat bimbing anak-anak
renang ta?”, tanyaku, “sebenarnya sih ada tapi aku nggak bisa ikut soalnya
kakiku sakit”, ucap pak agus, “sakit??? mana yang sakit?, kok bisa seperti ini
sih?”, tanyaku khawatir, “iya, kakiku terkilir saat aku main sepak bola sama
teman-teman saat aku pulang kampung”, jelas pak agus, “sekarang kakinya kan
masih sakit, kok mau keluar sih?”, tanyaku heran, “iya sih, tapi aku mau
menghabiskan waktu ini sama kamu”, ucap pak agus, “yaudah kalau gitu”, jawabku
Dalam
perjalanan, aku hanya terdiam, dalam hati aku menangis “Kini, hatiku
tergores kesedihan ketika terucap salam perpisahan, walau air mataku tak
berlinang, bukan berarti suatu kerelaan, saat-saat langkah terayun, jarak
kita-pun semakin membentang, akankah semuanya jadi terkenang, atau hanyut
terbawa gelombang, bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan”, sebuah suara
membuyarkan lamunanku, “hey, kok diam sih?”, tanya pak agus, “aku beum siap untuk
kehilanganmu pak”, jawabku sambil terus menunduk, “virda, lihat aku, aku
mohon!”, pinta pak agus, akupun segera menghapus air mataku dan menatap pak
agus, pak agus yang nggak bisa melihatku menangis langsung memelukku, saat itu
aku menangis dan hal itu membuat pak agus meneeskan air mata yang selama ini ia
simpan, akupun menghapus air mata pak agus, setelah kami membeli makanan, kami
memutuskan untuk pulang.
Sesampainya
di rumah aku hanya diam, “vir jangan lupa besok bawa baju ganti buat renang”,
ucap pak agus mengingatkanku, aku tak menjawab dengan kata-kata, aku hanya bisa
tersenyum tipis, “ya sudah kalau gitu aku pulang dulu”, pamit pak agus, aku
hanya menatapnya. Di dalam kamar, aku hanya bisa menangis, “ya Allah....kenapa
harus secepat ini?”, batinku. Hari ini adalah hari kamis malam, dan besok
adalah hari jumat. Kini semua hanya tinggal menghitung hari. Setelah menyiapkan
tugas dan peralatan untuk besok, akupun bergegas untuk tidur, meskipun mataku
nggak bisa tidur dan hatiku semakin kacau, aku memutuskan untuk mengambil air
wudhu dan sholat, barulah fikiranku bisa tenang.
Hari ini
adalah hari jumat, dimana pada hari ini aku ada jam olahraga bersama pak agus,
pak rio, pak bima dan bu aini. Sebenarnya hari ini adalah agenda buat raktikum
TKJI, tapi aku tidak bisa melakukannya, akupun meminta izin pada pak agus “pak,
sebelumnya saya minta maaf karena saya tdak bisa mengikuti praktek TKJI”,
ucapku pada pak agus, “kenapa?”, sahut pak bima yang berada disamping pak agus,
“saya sakit pak”, jawabku, “memangnya kamu sakit apa kok sampai nggak bisa ikut
praktek TKJI?”, tanya pak bima, “saya sakit jantung lemah pak”, jawabku, saat
itu pak bima nggak percaya, dia menyuruhku untuk merentangkan tanganku kedepan,
dan setelah melihat reaksi dari tanganku, saat itu juga pak bima bisa percaya,
pak agus yang sebenarnya tahu tentang penyakitku, dia hanya diam, karena dia
takut kalau ada yang mengira kalau pak agus membelaku dan mengasihaniku,
“baiklah kalau begitu, kamu boleh tidak mengikuti tes TKJI, sekarang kamu minta
tugas ke pak agus supaya nilai kamu nggak kosong”, jelas pak bima. Saat itu juga
pak agus mengajakku untuk duduk didepan kelasku dan memintamaaf karena nggak
bisa membelaku di depan pak bima tadi, “maafin aku ya kalau tadi aku hanya diam
saja!”, ucap pak agus, “iya, nggak papa, aku ngerti kok, sekarang aku mauminta
tugas supaya nilaiku nggak kosong”, pintaku pada pak agus, saat itu juga pak
agus menyuruhku untuk mencari info tentang TKJI dan harus dikumpulkan besok.
Usai
olahraga, semua teman-temanku menuju ke kantin untuk beli makanan, tapi lain
denganku, aku dan pak agus masih duduk di depan kelas, saat itu aku merasa
kalau senyuman yang biasanya menghiasi wajah manis pak agus hilang, aku tau
kalau pak agus sedih, karena aku bisa merasakannya, saat aku dan pak agus
membicarakan tentang susunan acara perpisahan besok, tiba-tiba pak kholid
datang, dia langsung duduk disampingku dan membuat pak agus sedikit cemburu,
nggak biasanya pak kholid datang menemuiku, “vir, dengar-dengar kamu bisa
nyanyi ya?”, tanya pak kholid mengawali pembicaraan, “tau darimana kalau aku
bisa nyanyi pak?”, tanyaku heran, “sebenarnya aku udah tau dari dulu kalau kamu
bisa nyanyi, soalnya aku sering dengar kamu nyanyi saat aku ke kantin sama
teman-teman waktu istirahat”, jelas pak kholid, “owh...terus kenapa pak?”,
tanyaku, “kamu mau nggak duet sama aku buat acara perpisahan PPL besok?”, tanya
pak kholid, “duet..??”, tanyaku makin bingung, saat itu aku langsung memandang
pak agus seolah-olah aku meminta persetujuan dari pak agus, saat itu pak agus
hanya menganggukkan kepala sambil sedikit tersenyum manis, dan it adalah sebuah
pertanda kalau pak agus menyetujuinya, “gimana Vir?”, tanya pak kholid,
“baiklah, memangnya mau nyanyi lagu apa sih?”, tanyaku, “kamu bisa nggak
lagunya Geisha yang judulnya lupakan ingatanku?”, tanya pak kholid, “iya, aku
tau”, jawabku, “besok kita akan menyanyikan laguitu”, jelas pak kholid,
“baiklah kalau begitu”, jawabku. Saat itu bel masuk telah berbunyi sehingga aku
harus masuk kelas meninggalkan pak agus dan pak kholid, sebelum aku masuk kelas
pak agus sempat mengingatkan aku untuk acara renang nanti siang, dan akupun
menjawabnya dengan anggukan kepala.
Karena hari
ini adalah hari jumat, maka semua siswi dipulangkan terlebih dahulu dan untuk
para siswa diwajibkan untuk mengikuti sholat jumat disekolah. Usai melakukan
sholat jumat semua siswa-siswi kelas XII-IA2 dan XII-IS1 dan 2 bersiap-siap
untuk acara renang ke patian, saat berangkat menuju patian aku pisah dengan pak
agus, saat itu pak agus belum bisa mengendarai motor karena kakinya yang masih
sakit sehingga pak agus harus di bonceng bu aini, sementara itu aku naik mobil
bersama teman-teman yang lainnya. Sesampainya di patihan, pak rio segera
memberi kode kepada semuanya untuk segera masuk ke dalam kolam, sebenarnya aku
nggak bisa berenang, tapi pak agus dan teman-temannya meyakikan aku kalau aku
bisa berenang, belum sampai setengah jam di kolam renang, badanku telah
menggigil, pak agus yang berbeda kolam dengan ku hanya bisa melihatku dari
kejauhan, pada saat praktek, tiba-tiba saja kakiku nggak bisa digerakin dan
akhirnya aku tenggelam, pak rio yang jaraknya agak jauh denganku nggak tau
kalau aku tenggelam sementara itu pak agus yang dari tadi mengawasiku
mengetahui kalu aku tenggelam, tanpa menghiraukan rasa sakit yang ada di
kakinya, pak agus langsung melompat kedalam kolam, sementara itu pak rio
bingung kenapa pak agus melompat kedalam kolam, padahal kakinya masih sakit,
saat itu pak rio tanya kepada temanku yang bernama rika, “rik, ada apa? Kenapa
pak agus kok tiba-tiba melompat kedalam kolam?”, tanya pak rio, “ya Allah pak,
virda tenggelam pak, masak pak rio nggak tau sih?”, tanya rika, mendengar
penjelasan dari rika, pak rio segera menolong ku dan membantu pak agus
membawaku ke atas.
Saat aku
sudah sadar, aku sudah berada di atas kolam, aku melihat kecemasan di wajah pak
agus, pak rio, pak bima dan bu aini. Saat itu aku masih lemas, bangunpun aku
belum bisa, kemudian pak rio melanjutkan prakteknya begitu juga dengan pak bima
dan pak agus, dengan berat hati pak agus meninggalkanku, aku hanya ditemani
oleh bu aini, “vir, kamu gak papa?”, tanya bu aini, “nggak papa bu!”, jawabku
lemas, “tadi itu gimana sih? Kamu kok bisa tenggelam gitu? Padahal kolamnya kan
nggak dalam?”, tanya bu aini, “aku sendiri nggak tau bu, tadi itu tiba-tiba
saja kedua kakiku nggak bisa di gerakin”, jawabku, “tadi kamu kram ta?”, tanya
bu aini, “nggak bu, tadi itu kakiku langsung lumpuh”, jawabku, “tunggu deh,
sepertinya aku pernah melihat kejadian seperti ini di tv, tapi acara apa ya?
Kalau nggak salah sih di film buku harian nayla”, jelas bu aini, saat itu aku nggak
tau kalau pak agus mendengarkan pembicaraanku dengan bu aini, “yaudah, sekarang
kamu istirahat saja dulu, aku mau ngelatih teman-temanmu”, ucap bu aini. Saat
itu juga aku istirahat sambil memikirkan omongan bu aini tadi.
Setelah
acara renang selesai, bua aini melarangku naik mobil, “Vir, kamu nggak usah
naik mobil, kamu sama pak agus saja”, ucap bu aini, “tapi kakinya pak aguskan
masih sakit bu!”, jelasku, tiba-tiba saja pak agus muncul dan menyuruhku untuk
tidak naik mobil, “kamu jangan naik mobil vir, kamu sama aku saja, kakiku udah
mendingan kok!”, ucap pak agus, kali ini aku sudah nggak bisa lagi menolak,
karena memang saat ini kondisiku benar-benar nggak vit, “yaudah, kalau gitu aku
pulang sama pak agus saja”, ucapku, saat itu aku menunggu teman-temanku
berangkat duluan, aku mencoba menutupi rasa sakitku dari pak agus, tapi entah
kenapa pak agus selalu mengerti tentang apa yang aku rasakan, “kamu kedinginan
ya? Sebaiknya kamu pakai jaketku”, ucap pak agus sambil memberikan jaketnya
kepadaku, akupun langsung memakainya, di tengah perjalanan tiba-tiba pak agus
menghentikan motornya, “waktu kita Cuma tinggal hari ini vir, besok aku sudah
harus kembali ke kampus, aku ingin agar kamu tetap setia sama aku walaupun
nantinya kita bakal LDR-an, aku mencintaimu sayang”, ucap pak agus, tiba-tiba
saja air mataku jatuh menganak sungai dan pak agus segera menyekanya, “jangan
menangis, aku tidak bisa melihatmu menangis”, ucap pak agus. Setelah aku
mencoba tabah dan sabar, aku dan pak agus melanjutkan perjalanan untuk pulang
ke sekolah.
Sesampainya
di sekolah, pak agus menunggu jemputanku, “pak agus nggak pulang?”, tanyaku,
“aku akan pulang kalau kamu sudah pulang, kalau sekarang aku pulang, hatiku
nggak bakal tenang”, ucap pak agus. Beberapa saat kemudian jemputanku datang,
akupun pamit pada pak agus, “aku pulang dulu, sampai ketemu besok!”, ucapku
sambil menahan air mataku, saat itu pak agus hanya membalasnya dengan senyum
manisnya. Sesampainya di rumah aku segera mandi dan istirahat, tapi saat itu
aku nggak bisa memejamkan mataku, aku nggak bisa membayangkan hidupku tanpa pak
agus, aku belum siap, pak agus adalah semangat hidupku, Malam
ini…aku akan berdoa agar esok kita bisa
bertemu lagi, satu kali saja, dan untuk yang terakhir kalinya, untuk mengatakan
sebuah kata yang sulit untuk ku katakan yaitu perpisahan, aku nggak akan terlelap
sekarang, karena aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu, dan akan ku sampaikan
esok hari. Dan akhirnya aku terlelap dalam tidurku.
Keesokan harinya adalah hari sabtu, hari ini adalah hari yang sangat
kubenci, bukan perpisahan yang aku inginkan melainkan sebuah kebahagiaan dan
kebersamaan yang abadi. Saat aku memberikan sebuah bunga mawar merah pada pak
agus, saat itu dia hanya diam dan nggak berani menatapku, saat itu juga aku
mengucapkan suatu pesan kepada pak agus, “pak maafin aku kalau selama ini aku
sudah merepotkan pak agus, aku juga mau bilang terima kasih sama pak agus
karena udah nolongin aku waktu aku tenggelam kemarin, pak meskipun jarak akan
memisahkan kita, yakinlah bahwa suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi,
tapi jika Allah nggak mengizinkan kita untuk bertemu, aku punya satu permintaan
sama pak agus, tolong jika aku nggak ada nanti, jangan pernah lupakan aku, aku
nggak ingin pak agus meneskan air mata, tapi aku hanya ingin pak agus tetap
mengingatku dan mendoakanku di setiap hembusan nafas pak agus, i love you”,
saat itu air mataku telah berjatuhan membasahi pipi, sementara itu pak agus
hanya tertunduk sambil menahan air matanya, perlahan pak agus mulai memandangku
dan memberiku pesan, “kamu jangan pernah bicara seperti itu, kamu harus yakin
kalau suatu saat nanti kita pasti akan bertemu, tapi bukan di pemakamanmu
sayang, aku........”, saat itu pak agus sudah tidak bisa lagi mengucapkan dan
melanjutkan pesannya untukku, aku nggak bisa melihat pak agus menangis, akupun
segera bersalaman dengan teman-teman PPL yang lain dan aku juga segera
merangkul bu aisyah.
Karena aku nggak bisa melihat pak agus dan juga yang lainnya menangis,
aku segera menuju ke lab IPA, dan ternyata di dalamnya ada bu aini, akupun
segera memeluknya, dalam pelukan bu aini, ku utarakan semua beban yang
menimpaku, “bu, maaf kalau aku nggak bisa berenang”, ucapku, “iya nggak papa,
lain waktu aku akan mengajarimu untuk berenang”, ucap bu aini, “itu nggak
mungkin bu, kakiku nggak bisa bertahan lama, aku takut kalau besok aku
lumpuh!”, ucapku sambil menangis, “kamu jangan bicara seperti itu, kamu pasti
sembuh”, ucap bu aini yang juga menangis dan berusaha menghiburku, “bagaimana
aku bisa yakin kalau aku akan sembuh bu, bicarapun sekarang aku susah, apalagi
menulis? 9 tahun aku minum obat, tapi sampai sekarang nggak ada perubahan”,
ucapku, saat itulah tangisan bu aini dan teman-teman mulai mengharu biru, “kamu
jangan bicara seperti itu, sekarang kita keluar yuk”, ucap bu aini yang
memelukku sambil mebawaku keluar, karena terlalu shok, kakikupun kembali nggak
bisa digerakkan dan akhirnya aku pingsan, bu aini dan pak agus segera membawaku
ke UKS, di dalam UKS, tangisan itu masih ada, malah semakin jadi, aku yang baru
sadar nggak bisa melihat bu aini dan pak agus menangis, pak agus yang paling
nggak bisa melihatku menangis langsung meninggalkanku, sementara itu aku di UKS
bersama bu aini dan teman-temanku.
Setelah kondisiku mulai membaik, kuputuskan untuk keluar UKS bersama bu
aini untuk menemui pak kholid, saat itu aku dan bu aini nggak bisa terpisahkan,
kami terus merangkul satu sama lain, di tempat pak kholid aku tidak melihat pak
agus, saat aku mulai menyanyi, akupun memanggil semua anak PPL untuk keluar dan
nyanyi bersama, “lagu ini buat kakak sekaligus teman-teman PPL dan spesial buat
pak agus”, ucapku, saat itu juga aku mulai menyanyikan lagunya geisha bersama
pak kholid dan saat itu juga aku melihat pak agus keluar dari lab IPA dan
segera duduk disampingku bersama teman-teman PPL yang lain. Aku tidak bisa
menyembunyikan tangisanku lagi, saat tiba di reff, aku kembali meneteskan air
mataku, dan tangispun mulai kembali terdengar, pak agus terlihat begitu sedih,
mata dan wajahnya terlihat begitu merah karena seringnya menangis, tapi suasana
kembali happy setelah aku dan pak kholid menyanyikan sebuah lagu dangdut.
Usai pentas seni bersama teman-teman PPL, aku dan teman-teman PPL
segera menuju ke kantin untuk makan, tapi saat itu aku lagi nggak mood buat
makan, karena semua orang sudah tau kalau aku dan pak agus pacaran, mereka
semua menyuruh pak agus untuk menyuapiku, dan ini adalah kejadian yang nggak
mungkin bisa di lupakan. Acara makan-makan sudah selesai, tapi aku masih enggan
untuk kembali ke kelas, ku habiskan waktu yang tersisa ini bersama teman-teman
PPL. Karena nggak ada pelajaran, rika dan nunuk menyusulku ke ruang lab IPA,
saat itu mereka menyanyikan sebuah lagu yang berjudul pemilik hatimu dari
armada, dan lagu itu spesial buat teman-teman PPL, saat itu aku berada
disamping nunuk, sementara itu rika ada di lantai sambil memainkan gitarnya,
dan pak agus ada di belakang rika, sedih rasanya melihat wajah pak agus yang
dari tadi terlihat murung, dimana senyum manis itu ya Allah? Sampai sekarang aku
masih mengingatnya, kau berusaha menyembunyikan kesedihanmu dariku, kau mencoba
tetap tegar di hadapanku padahal hatimu telah rapuh, setelah rika dan nunuk
kembali ke kelas, pak agus mencoba duduk disampingku, “vir, jaga hubungan kita
ya? Kalau kamu butuh apa-apa bilang sama aku, kalau kamu kangen sama aku,
bilang sama aku, aku pasti menemuimu”, ucap pak agus, belum sempat aku menjawab
tiba-tiba pak bima memberi pengumuman “untuk semua anggota PPL agar segera
mempersiapkan diri, karena sebentar lagi jemputan akan datang dan kita akan
kembali ke kampus”, ucap pak bima, sedih rasanya jika mendengarnya, tapi mau
gimana lagi?
Setelah
semuanya sudah siap, dan mobil jemputan sudah datang, pak agus memegang
tanganku erat-erat, seolah-olah takut kehilangan dan takut tidak bisa bertemu
lagi, saat itu pak agus membawaku ke dalam lab IPA dan memberi kenangan
terakhirnya untukku, saat itu tangisan mulai bergema kembali, satu per satu
teman-teman PPL pamit kepadaku dan kepada hanif, karena kebetulan saat itu
hanya ada aku dan hanif yang berada di lab IPA. Dan satu per satu dari mereka
mulai memasuki mobil, hanya anak olah raga yang masuk terakhir diantaranya
adalah pak bima, pak agus, pak rio dan bu aini. Aku memeluk bu aini dengan
erat, ku antarkan mereka sampai dipintu mobil, memang berat, tapi inilah
kehidupan, setiap kali ada pertemuan pasti ada perpisahan. Selamat tinggal
teman, semoga kita dapat bertemu lagi...dan aku akan tetap mencintaimu
sayang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar