BANGUN DAN BANGKITLAH MAHASISWA GRESIK !!!
Mahasiswa! Tentu
nama tersebut sudah tidak asing lagi di telinga kita, tapi kebanyakan dari
mereka yang menyandang gelar Mahasiswa, tidak mengetahui arti dari nama
tersebut. Banyak kalangan masyarakat menyebut “Mahasiswa” sebagai orang yang
terpelajar, yang ilmunya sudah tinggi. Tapi sadarkah kita bahwa nama
“Mahasiswa” saat ini hanya digunakan dijadikan sebagai identitas saja?.
Mahasiswa
zaman sekarang terlalu harmonis hidupnya, mereka pergi ke kampus dengan
kendaraan dan pakaian mewahnya dan nongkrong di café. Ketika diajak berjuang
bersama rakyat, terlalu banyak alasan untuk menolak, tetapi ketika diajak untuk
nge fload (istilah lain dari nongkrong di café), mereka langsung tancap gas! Jika
nama mahasiswa hanya dijadikan sebagai profil atau identitas agar masyarakat
bisa memanggilnya “Anak Kuliahan” atau “Mahasiswa”, lantas apa bedanya dengan
mereka yang bukan mahasiswa? Dan ketika mahasiswa tersebut ditanyai arti dari
mahasiswa itu sendiri, mereka hanya diam seraya menjawab “mahasiswa itu mereka
yang kuliah di perguruan tinggi”, mungkin jawaban itu yang sering kita dengar
dan tanpa kita sadari bahwa anak SD pun bisa menjawabnya. Pengertian tersebut
tidak salah, tapi sadarkah kalian dengan mahasiswa sekarang?
Perubahan
terjadi dengan seiring berjalannya waktu, dimana kesadaran para mahasiswa yang secara
perlahan mulai memudar dan akhirnya menghilang, suara-suara
kritis mahasiswa kini sudah jarang terdengar, kini tak ada lagi mahasiswa yang
peduli dengan lingkungan sekitarnya yang sudah mulai hancur, bahkan bisa
dikatakan bahwa mahasiswa saat ini rasa kepekaannya sudah mulai menghilang.
Karena sejatinya, mereka yang pantas disebut sebagai mahasiswa adalah mereka
yang mampu memperjuangkan hak-hak rakyat kecil yang secara perlahan dirampas
oleh kaum munafik, mahasiswa yang sebenarnya adalah mahasiswa yang mampu
menjadi jembatan aspirasi rakyat, tapi kini jembatan itu mulai rapuh, tidak bekerja
sesuai fungsinya. Tugas mahasiswa saat ini adalah membangun kembali jembatan
agar berjalan sesuai dengan fungsinya.
Kalau
kita amati akhir-akhir ini suara kritis justru datang dari masyarakat biasa
atau para pemuda yang belum sempat mengenyam pendidikan di kampus. Mereka lebih
kritis dan peduli terhadap lingkungan sekitar dibandingkan dengan mahasiswa
yang belajar di kampus elit bahkan tindakan mereka lebih nyata karena mereka
terjun langsung ke masyarakat bawah. Berbeda dengan mahasiswa zaman sekarang
yang yang menjadikan pusat perbelanjaan dan hiburan sebagai rumah kedua.
Sementara “berkunjung” ke desa-desa, pemukiman kumuh, daerah bencana alam, dan
tempat-tempat orang miskin, adalah hal yang sudah jarang dilakukan mahasiswa.
Sadarkah
kalian, bahwa menjadi mahasiswa itu hanya sebentar, tapi dengan waktu yang
cukup singkat ini kita harus memperoleh pengalaman yang bernilai positif bagi
kehidupan kita. Hai Mahasiswa, bangunlah dari tidur panjangmu, secara tidak
sadar kalian telah berjanji pada negeri ini melalui lagu “Padamu Negeri”, mulai
detik ini wujudkan janji-janji kalian semua, negeri ini sudah kosong tanpa
panji-panji bangsa yang patuh dalam memperjuangkan bangsa ini. Buktikanlah pada
negeri ini bahwa KITA adalah salah satu penerus panji-panji bangsa. Apa yang terjadi dengan bangsa ini kedepan jika mahasiswa
yang katanya agent of social control pada kenyataanya hanya bisa diam? Jawabannya
adalah pasti bangsa ini akan hancur. Lantas bagaimana menyalakan semangat
mahasiswa untuk berpikiran kritis? Itulah yang perlu dipikirkan oleh mahasiswa
secara kritis dan kreatif. Bangkit dan buatlah suatu perubahan melalui sebuah
pergerakan. Hidup mahasiswa..!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar