HADIAH TERINDAH
Mencoba
melupakan kisah cintaku yang kelam di masa laluku, kisah itu terlalu pahit
untuk di kenang. Aku dan Argha bertemu di café depan kampus. Saat itu hujan
turun dengan derasnya, sehingga membuatku harus pergi ke café untuk berteduh sekaligus
menghangatkan badan. Saat itu semua kursi sudah terisi, hanya satu kursi yang
kosong. Aku duduk tepat di depan Argha, awalnya kami tak saling bicara, tapi
Argha memperkenalkan dirinya padaku dan sejak saat itu aku dan Argha mulai
akrab. Hingga sampai di suatu waktu dimana sang waktu mempermainkan perasaanku,
aku tak sadar bahwa aku telah mencintainya, aku berharap Argha juga
mencintaiku, aku sangat berharap akan hal itu. Suatu hari, aku tidak sengaja
bertemu Argha di toko bunga, aku melihat Argha memilih rangkaian bunga mawar,
aku mengira Argha akan memberikan mawar itu padaku, akupun segera mendekatinya.
“
hai Gha, bunga buat siapa itu?”, tanyaku sambil melihat kearah bunga yang ada
di tangan Argha.
“
oh, bunga ini buat Alena, pacarku, hari ini dia ulang tahun, aku ingin
memberinya bunga mawar ini, karena aku tau, dia sangat menyukai bunga mawar”,
jawabnya sambil memperbaiki sampul bunga itu.
Mendengar
pernyataan itu, kakiku mendadak lemas, hatiku hancur, ternyata orang yang aku
cintai selama ini telah memiliki cinta yang lain, cinta itu jelas bukan
untukku, lantas untuk apa aku menunggunya? Untuk apa aku menyimpan perasaan
yang pada akhirnya akan menyakitiku sendiri. Dan lagi, waktu telah
mempermainkanku, waktu telah membuatku kehilangan cintaku.
Tuhan, bagaimana mungkin aku bisa
melupakan kisah cinta ini? Bagaimana mungkin aku menjalani hidup tanpa cinta
dari orang yang aku kasihi? Tuhan… apa yang harus aku lakukan? Ku kira dia
mencintaiku, karena sikapnya yang manis terhadapku, ternyata aku salah, dia
bersikap manis karena dia menganggapku sebagai teman ngopi, tidak lebih. Aku
telah salah menilainya. Tuhan..izinkan aku untuk tetap tersenyum untuknya,
izinkan aku untuk bahagia walau bukan bersamanya.
Sudah
hampir tiga minggu aku tak menemui Argha, bahkan akupun tidak menjalin
komunikasi dengannya. Rindu begitu sangat terasa dalam diriku tentang dirinya,
aku masih belum bisa menerima keadaan ini, dimana aku mencintai seseorang,
tetapi orang itu mencintai orang lain. Tapi dengan kejadian ini aku sadar,
bahwa cinta tak harus memiliki dan cinta juga tidak bisa dipaksakan. Biarlah
tuhan yang mengatur segalanya, karena dia adalah pemilik semua hati. Saat aku
terbangun dari lamunanku, aku melihat Wahyu duduk di depanku, dia adalah
sahabatku, sahabat yang sangat care dan peduli denganku. dia mengerti dengan
semua peristiwa cintaku dengan Agha, dan dia tidak pernah menyalahkanku untuk
kesalahan yang pernah kubuat di masa laluku. Kini aku sadar, bahwa tuhan sangat
menyayangiku, tuhan tidak akan membiarkan kita terlarut dalam kesedihan, dan
tuhan telah menggantikan kesedihan itu menjadi sebuah kebahagiaan, tuhan
menghadiahkan seseorang yang sangat menyayangiku. Kini aku sadar, bahwa aku tak
sendiri. Wahyu adalah hadiah dari tuhan yang sangat berharga bagiku. Bila Tuhan
menciptakan wanita dari salah satu tulang rusuk pria, aku yakin pasti ada
seseorang yang mampu mencintaiku dengan ketulusan hatinya. Dan bila Tuhan masih
memberiku kesempatan untuk hidup lebih lama, aku hanya ingin lalui itu
dengannya, entah siapa, aku tak tau. Yang jelas aku akan terus menantinya dalam
doa-doaku, semoga penantian ini membuahkan hasil yang terbaik.
Saat
pikiranku suntuk, aku mencoba menghubungi Wahyu, biarpun dia cuek tapi dia juga
bawel, apalagi kalau lagi nasehati aku, bisa dibilang seperti seorang motivator
yang takkan berhenti bicara sebelum apa yang dibicarakannya kita lakukan
“
lagi dimana?”, tanyaku
“
rumah”, jawabnya singkat
“bisa
temenin aku keluar sebentar?”, tanyaku lagi
“
kemana?”, tanyanya balik
“
cari angin, aku tunggu kamu samping kampus yah!”, ucapku
“
oke!”, jawabnya singkat lagi.
Akupun
segera menuju kampus dan ternyata dia sudah ada disamping kampus.
“
cepet banget?”, tanyaku sambil naik ke motornya, sementara itu dia hanya diam
dan menjalankan motornya.
Saat
diperjalanan tak ada percakapan antara kami, sampai akhirnya kami sampai di
kedai kopi yang letaknya tidak jauh dari kampus, mungkin butuh waktu 15 menit
untuk perjalanan kesana.
Segera
kupesan dua cangkir kopi manis. Sambil menunggu kopi datang, Wahyu terus memainkan
handphonennya, dan aku paling nggak suka kalau aku dicuekin. aku segera
mengambil handphonennya dan memasukkannya ke dalam sakuku,
“
udah tau kalau aku paling nggak suka kalau di cuekin, masih saja main hp!”,
ucapku kesal
“
iya deh maaf”, jawabnya
aku
hanya bisa menghela nafas, karena aku paling tidak bisa jika harus marah sama
dia. Beberapa saat kemudian, kopi pesananku datang, segera ku seruput kopi
hangat itu, rasanya fikiranku sedikit tenang. Sementara itu Wahyu hanya
menyeruput sedikit kopinya
“
kenapa?”, tanyaku heran
“
kopinya terlalu manis, aku nggak suka!”, jawab Wahyu
“
mau aku pesenin lagi?”, tanyaku
“
nggak usah, lagi nggak mood juga buat ngopi”, jawabnya dan aku hanya
menganggukkan kepalaku
“
yasudah kalau gitu”, jawabku sambil menyeruput kopiku
“
eh Na, gimana kabar Argha?”, Tanya Wahyu, aku tersentak kaget mendengar nama
Argha, “ Argha siapa?”, tanyaku pura-pura lupa
“
ya Argha yang biasanya nongkrong di café depan kampus!”, jawabnya
“
oh, nggak tau, ngapain sih nanyain dia? Nggak ada topik lain?”, jawabku dengan
nada sedikit kesal
“
ciyee yang gagal move on, hahaha!”, ucap Wahyu sambil tertawa lepas melihat
ekspresiku yang sedikit kesal.
Aku
hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Wahyu yang ngeselin. Akupun mengajak
Wahyu untuk kembali ke kos.
Meski
masih sedikit kesal dengan ulah Wahyu, aku tetap tidak bisa marah lebih lama
sama dia, entah mengapa. Yang jelas biarpun sahabatku ini sangat bawel, tapi
itu semua ia lakukan demi kebaikanku, karena sejatinya tak ada sahabat yang mau
melihat sahabatnya terus larut dalam kesedihan. Ketika tak ada kata terucap, diamku mampu
ungkapkan apa yang tak terkatakan. Tak semua bisa memahami, tapi sahabatku
selalu mengerti tentang semua itu. Aku berharap setiap waktu yang
kita jalani bersama, akan menjadi kenangan terindah bagi kita. Kehidupan ini
begitu indah, saat kita jalani bersama, saat suka dan duka. Bersamamu membuatku
merasa nyaman, kini waktu berlalu dengan begitu cepat, dimana kita tidak bisa
mengulang kebersamaan kita lagi, Setiap ribuan detik yang telah kita lalui,
menempatkanmu sebagai sesuatu yang begitu indah bagiku, kau mencoba membuatku
tertawa, saat luka menghampiri. Kau mampu membuatku kembali bangkit,
saat aku benar-benar terjatuh. Hubungan persahabatan kita selalu akrab
dengan jarak dan rindu serta pertengkaran kecil lainnya. Semoga kamu tetap sabar
menghadapi sikapku, dan setia memaniku,
ketika aku melihatmu tersenyum, saat itulah aku merasakan kebahagiaan yang
sejati. Terima kasih telah menjadi
pelangi baruku, semoga akan terus seperti ini, terimakasih juga karena kau
mampu membimbingku dan memberiku kekuatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik
lagi. Semoga persahabatan kita akan abadi sampai maut memisahkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar