Senin, 23 November 2015

MAKALAH PEREODESASI SASTRA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Sastra lahir dari proses kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat dan terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Sastra sering juga ditempatkan sebagai potret sosial. Ia mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Ia dipandang juga memancarkan semangat zamannya. Dari sanalah, sastra memberi pemahaman yang khas atas situasi sosial, kepercayaan, ideologi, dan harapan-harapan individu yang sesungguhnya merepresentasikan kebudayaan bangsanya. Dalam konteks itulah, mempelajari sastra suatu bangsa pada hakikatnya tidak berbeda dengan usaha memahami kebudayaan bangsa yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, mempelajari kebudayaan suatu bangsa tidak akan lengkap jika keberadaan kesusastraan bangsa yang bersangkutan diabaikan. Di situlah kedudukan kesusastraan dalam kebudayaan sebuah bangsa. Ia tidak hanya merepresentasikan kondisi sosial yang terjadi pada zaman tertentu, tetapi juga menyerupai pantulan perkembangan pemikiran dan kebudayaan masyarakatnya. Kesusastraan Indonesia merupakan potret sosial budaya masyarakat Indonesia. Ia berkaitan dengan perjalanan sejarah. Ia merupakan refleksi kegelisahan kultural dan sekaligus juga merupakan manifestasi pemikiran bangsa Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kesusastraan dan fungsinya? 2. Kapan kesusastraan lahir? 3. Apa saja pembabakan kesusastraan? 4. Apa pengertian dari kesusastraan lama? 5. Apa pengertian dari kesusastraan peralihan? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian kesusastraan dan fungsinya. 2. Untuk mengetahui lahirnya kesusastraan. 3. Untuk mengetahui pembabakan kesusastraan. 4. Untuk mengetahui pengertian dari kesusastraan lama. 5. Untuk mengetahui pengertian dari kesusastraan peralihan. BAB II PEMBAHASAN 1. Kesusastraan dan Fungsinya Sastra merupakan suatu kata yang sampai saat ini belum ada yang mampu menafsirkan secara tepat tentang pengertiannya, bahkan kata tersebut sampai saat ini masih menjadi bahan pertanyaan para ilmuan semi untuk mencari keselarasan pengertian yang tepat. Dalam kehidupan masyarakat, sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut. 1. Fungi rekreatif Sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya. 2. Fungsi didaktif Sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya. 3. Fungsi estetis Sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat/atau pembacanya. 4. Fungsi moralitas Sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/penikmatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi. 5. Fungsi religious Sastra menghadirkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra. Fungsi kesusastraan bagi suatu bahasa, yaitu: 1. Mendokumentasikan segala segi kehidupan bangsa, baik yang bersifat jasmaniah (material) maupun rohaniah (spiritual). 2. Memberikan arah terhadap cita-cita bangsa dari satu generasi ke generasi berikutnya. 3. Memperteguh rasa kepribadian bangsa. 4. Membangkitkan dan memelihara jiwa dan semangat kewiraan suatu bangsa. 5. Menjadi sumber penyekidikan adat-istiadat dan kebudayaan suatu bangsa. 6. Mempertinggi derajat dan martabat suatu bangsa. 7. Menjadi sumber penelitian (penyelidikan) suatu bangsa. 2. Masalah Lahirnya Kesusastraan Masalah itu diangkat dan dibahas oleh Ajip Rosidi dalam bukunya Kapankah Kesusastraan Indonesia Lahir (1988), yang cetakan pertamanya tahun 1964. Orang pertama dan serius membicarakannya adalah Umar Junus. Menurut dia, kesusastraan Indonesia baru ada setelah bahasa Indonesia ada karena sastra baru ada setelah bahasa ada. Bahasa Melayu berakhir pada tahun 1928, kemudian bertukar nama dengan bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia. Sebagai pegangan, titik mula bagi sastra Indonesia juga tahun 1928, yang dapat berubah sedikit. Artinya, bisa mundur atau maju dari tahun itu. Tahun 1921 dengan terbitnya roman Azab Sengsara karya Merari Siregar dan Sitti Nurbaya karya Marah Rusli tidak bisa diterima karena buku-buku terbitan Balai Pustaka itu “bertentangan sekali dengan sifat nasional yang meleat pada nama Indonesia”. Lebih tepat karena “sastra Indonesia baru dengan tegas memperlihatkan dirinya pada tahun 1933”, tahun terbitnya majalah kebudayaan Poedjangga Baroe. Tanggal 20 Mei 1908 merupakan tonggak sejarah kebangkitan nasional. Kaitannya dengan sejarah sastra Indonesia, Ajip Rosidi lebih cenderung rasa nasionalisme baru bangkit pada tahun 1920 atau 1921 karena pada tahun-tahun itu terbit dalam majalah Jong Sumatra sajak-sajak Muhammad Yamin, Moh. Hatta, Sanusi Pane dan lain-lain. Tahun 1922 saat terbitnya Tanah Air untaian sajak Muhammad Yamin. Memang Tanah Air yang dilantunkan Muhammad Yamin belum lagi tanah air Indonesia dalam arti geografis seperti sekarang. Enam tahun kemudian dia turut memelopori pengakuan bangsa, tanah air dan bahasa Indonesia sebagai dasar persatuan Indonesia. Jauh sebelum terbit roman-roman Balai Pustaka di Indonesia telah tumbuh dan berkembang sastra Melayu-Tionghoa. Kesusastraan Melayu-Tionghoa sudah ada sejak 1870, sedangkan kesusastraan Indonesia modern baru muncul belakangan. Masalahnya sekarang: di mana letak dan apa peranan sastra Melayu-Tionghoa itu dalam rangka kesejarahan sastra Indonesia? Sejauh ini belum ada pengakuan atas kepeloporan masyarakat Peranakan Tionghoa dalam proses kebangsaan Indonesia melalui kesusastraan. Kurangnya pengakuan ini tidaklah adil. Secara kuantitatif, menurut perhitungan Claudine Salmon, selama kurun waktu hampir 100 tahun (1870-1960) kesusastraan Melayu-Tionghoa ada 806 penulis dengan 3.005 buah karya. Bandingkan catatan Prof. Dr. A. Teeuw, selama hampir 50 tahun (1918-1967), kesusastraan modern Indonesia asli hanya ada 175 penulis dengan sekitar 400 buah karya. Kalau dihitung sampai tahun 1979, sebanyak 284 penulis dan 770 buah karya. 3. Pembabakan Kesusastraan HB. Jassin adalah orang yang pertama kali membuat pembabakan sastra Indonesia. Pembabakan sastra Indonesia ini selanjutnya disebut dengan istilah angkatan dalam sastra Indonesia. Hal ini beliau lakukan sesuai dengan tugasnya sebagai dosen sastra pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Dalam mata kuliah Sejarah Sastra Indonesia beliau membagi lagi menjadi dua bagian besar, yaitu: Sastra Melayu lama dan Sastra Indonesia Modern. Sastra Indonesia Modern dibedakan lagi menjadi tiga bagian: • Sastra angkatan 20 (Balai Pustaka) • Sastra angkatan 33 (Pujangga Baru) • Sastra angkatan 45 (Kemerdekaan). Atas dasar inilah pembabakan sastra Indonesia yang dirumuskannya dengan tegas disebutnya dengan istilah angkatan. Istilah angkatan dalam sastra Indonesia dimaknai pembagian zaman dalam kesusastraan Indonesia, yang didasarkan pada persamaan konsepsi atau ide pengarang yang hendak diperjuangkannya. Dalam pengertian ini terkandung suatu cita-cita, baik yang tersurat maupun tersiratyang ingin diperjuangkan, walaupun tidak dinyatakan secara formal. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa suatu angkatan dalam sastra Indonesia akan lahir dalam kurun waktu antara 15-25 tahun. Buyung Saleh juga mencoba membuat pembabakan sastra Indonesia dengan istilah periodisasi sastra Indonesia. Dalam hal ini yang menarik tinjauan Buyung Saleh adalah sastra dilihat dari latar belakang sosial, sesuai dengan aliran yang dianutnya, yaitu realism-sosialis. Beliau membedakan sastra Indonesia menjadi empat periode, yaitu: 1. Periode awal tahun 1920 2. Periode antara tahun 1920 hingga tahun 1933 3. Periode antara tahun 193 hingga tahun 1942 4. Periode tahun 1945 hingga kini Bila diperhatikan dengan seksama, tinjauan HB. Jassin dan Buyung Saleh mengenai pembabakan sastra Indonesia tampaknya ada persamaan dan perbedaannya. pembabakani atau periodesasi dalam tulisan ini dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu sastra lama, sastra peralihan, dan sastra baru. Hal ini digunakan sebagian besar penulis sejarah sastra yang ada kecuali yang tidak mengakui sastra sebelum kemerdekaan. Meskipun menggunakan periodisasi yang sama kategori sastra yang dimasukkan dalam periode-periode tersebut berbeda. Akan tetapi berikut akan dihadirkan periodisasi-periodisasi yang dilakukan oleh penulis-penulis sejarah sastra. • Masa Animisme-Dinamisme • Masa Hindu • Masa Islam • Masa Peralihan / Abdullah bin Abdulkadir Munsyi • Angkatan Balai Pustaka • Angkatan Pujangga Baru • Kesusastraan Zaman Jepang • Angkatan 45 • Angkatan 50 • Angkatan 66 • Angkatan 80 • Angkatan 2000 4. Kesusastraan Lama Sastra lama menurut para ahli meliputi kesusastraan zaman purba, kesusastraan zaman Hindu, dan kesusastraan zaman Islam. Meskipun periodisasi ini diakui oleh hampir semua penulis sejarah sastra Indonesia, namun rentang tahun yang digunakan berbeda-beda. Nugroho Notosusanto membagi dua periode, yaitu kesusastraan Melayu lama dan kesusastraan Melayu modern. Rentang waktu sastra Melayu lama sejak masa dahulu yang tidak terbatas sampai periode 1920-an. Rentang waktu ini juga sama dengan yang dinyatakan oleh Ajip Rosidi, dan H.B Jassin. Penulis lain menyelipkan, di antara kesusastraan Melayu lama dan kesusastraan Melayu baru, kesusastraan peralihan. Hal inilah yang membedakan rentang waktu tersebut. Sebagian penulis memasukkan masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ke dalam satra lama, sastra peralihan, dan ada yang memasukkan ke dalam kesusastraan Indonesia baru. • Kesusastraan Zaman Purba/Kuno • Kesusastraan Zaman Hindu • Kesusastraan Zaman Islam 5. Kesusastraan Peralihan Kesusastraan peralihan ini terjadi pada zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (lahir pada 1796 dan meninggal pada 1854). Pada masa ini sudah ada pengaruh barat terhadap kesusastraan Indonesia (Melayu). Sabaruddin Ahmad memasukkan periode ini kedalam kesusastraan baru. Kesusastraan zaman ini juga disebut dengan kesusastraan zaman Abdullah. Penamanaan ini dengan mempertimbangkan setidak-tidaknya dua hal. Pertama, perubahan corak kesusastraan itu dipelopori oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Kedua, kesusastraan pada zaman itu tidak berkembang dan hanya merupakan karya Abdullah sendiri karena tanpa pengikut. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut. Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura. Kesusastraan Indonesia merupakan potret sosial budaya masyarakat Indonesia. Ia berkaitan dengan perjalanan sejarah. Ia merupakan refleksi kegelisahan kultural dan sekaligus juga merupakan manifestasi pemikiran bangsa Indonesia. Periksa saja perjalanan kesusastraan Indonesia sejak kelahirannya sampai kini. B. SARAN Sebagai generasi muda penerus sastra sudah seharusnya kita mengetahui periodisasi sastra yang mencakup tokoh, karakteristik, dan hasil karyanya dan melanjutkan perjuangan mereka dengan menghasilkan karya-karya sastra yang baru. DAFTAR PUSTAKA http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/sastra-indonesia http://astifebrianti.blogspot.co.id/2013/10/sejarah-sastraperiodisasi-sastra.html http://yosiabdiantindaon.blogspot.co.id/2012/04/kesusastraan-indonesia-modern.html https://ilmuwanmuda.wordpress.com/perkembangan-berbagai-bentuk-sastra-indonesia/ https://www.facebook.com/notes/nuriza-aulia/perkembangan-sastra-indonesia-dari-zaman-ke-zaman/888263764522297

1 komentar:

  1. Casino Finder - Washington State Casinos - Mapyro
    Realtime 과천 출장안마 Gaming Internet Casinos in 나주 출장안마 Washington 군포 출장안마 State, D.C. 평택 출장샵 Get directions, reviews and information for Casino Finder in Washington. 성남 출장안마

    BalasHapus