Senin, 23 November 2015

KU TITIPKAN CINTAKU PADAMU

KU TITIPKAN CINTA INI KEPADAMU Malam yang begitu gelap mencekam, tanpa ada cahaya rembulan yang bersinar, sama halnya dengan isi hatiku saat ini, meskipun aku bukanlah manusia satu-satunya yang ada di dunia ini, tapi entah kenapa aku merasa sendiri dalam kehidupan ini. Argha pergi meninggalkanku saat aku dan keluargaku dirundung masalah yang besar, ya.... aku masih ingat betul kronologisnya, saat itu aku di ajak temanku yang bernama Kevin pergi jalan-jalan ke Taman Kota, dan disana aku melihat Argha pacarku bersama seorang gadis, aku nggak tau apakah itu saudaranya atau bukan, aku juga nggak tau apakah ini semua kebetulan atau memang sudah direncanakan. Tapi aku rasa ini semua memang kebetulan, karena Argha tidak begitu akrab dengan Kevin, akupun segera menemui Argha. Saat aku berjalan, entah kenapa kakiku terasa sangat berat ,“Gha, kamu kok bisa ada disini? Bukankah kamu sekarang lagi di tugasin dosen kamu untuk ke Bali?”, tanyaku, “iya, aku memang tugas di Bali, tapi kemarin aku pulang soalnya ada barangku yang lupa nggak kubawa”, jelas Argha, setelah Argha menjelaskan kenapa dia pulang, pandanganku beralih kepada seorang cewek yang duduk disamping Argha, “Gha, dia siapa?”, tanyaku heran, saat itu Argha hanya diam membisu, seolah-olah mulutnya terkunci rapat, “kenalin, aku Icha, pacarnya Argha”, jawab gadis itu, “pacar???sejak kapan?”, tanyaku dengan memendam air mata yang hampir tumpah, “belum lama kok, mungkin baru 1 minggu”, jawab Icha, setelah mendengar penjelasan dari Icha, aku segera mengajak Kevin pergi, “vin, kita pulang saja yuk!”, ajakku, “tapi kita kan baru nyampek, masak udah mau balik lagi sih?”, bantah Kevin, “kalau kamu nggak mau pulang juga nggak papa, aku bisa pulang sendiri kok, aku nggak mau kalau kehadiranku disini mengganggu pertemuan Argha dan Icha, aku pulang dulu”, pamitku, “virda..tunggu” ucap Argha mencegahku, “ada apa lagi?”, tanyaku “aku mau bicara sama kamu”, ucap Argha, Arghapun memintaku untuk segera mengikutinya. Sesampainya dibawah sebuah pohon, Argha memintaku untuk mendengarkan penjelasan darinya “vir, maafn aku...kamu salah paham..dia bukan pacarku, tapi dia itu Cuma temanku, tolong percaya sama aku”, jelas Argha, “bagaimana aku bisa percaya sama kamu? Aku sudah mendengar penjelasannya langsung dari dia, aku nggak bisa Gha”, ucapku sambil meneteskan air mataku, “vir, aku mohon....beri aku kesempatan!!”, ucap Argha memohon kepadaku, tapi hatiku sudah terlanjur sakit, akupun segera pergi tanpa memandang dan menjawab pertanyaan Argha. “virdaa....percaya sama aku...Icha bukan pacarku..!”, teriak Argha, Icha yang tadinya tadinya duduk langsung berdiri dan membantu Argha memberi penjelasan kepadaku, “virda tunggu!!!!”, ucap Icha, “ada apa lagi?”, tanyaku, “sebenarnya apa yang dikatakan Argha itu benar, aku memang bukan pacarnya Argha, aku memang mencintainya, tapi cintaku hanya bertepuk sebelah tangan”, jelas Icha, “maksudnya??”, tanyaku heran, “iya, aku adalah sahabatnya Argha, sahabat yang mencintai sahabatnya, sahabat yang cintanya bertepuk sebelah tangan”, jelas Icha, “jadi kamu bukan pacarnya Argha?”, tanyaku, “bukan...aku hanya sahabatnya, nggak lebih, jadi aku mohon sama kamu, beri Argha kesempatan untuk menjelaskan semuanya”, ucap Icha. Setelah Argha menjelaskan smuanya kepadaku, barulah saat itu aku mengerti, kalau antara Argha dan Icha tidak ada hubungan yang spesial dan mereka hanyalah sebatas sahabat, tapi setelah aku berfikir panjang, kini aku mengerti bagaimana perasaan Icha saat ini, tentu sakit, karena aku pernah merasakannya. Aku pun memutuskan untuk mengalah, “gha, jujur, aku memang mencintai kamu, sangat mencintaimu, tapi aku merasa kalau kamu nggak bahagia sama aku, kamu memang bahagia sama aku, tapi kamu lebih bahagia dengan Icha”, ucapku, “kamu kok bicara seperti itu sih Vir? Bukankah dulu kita udah janji kalau kita akan tetap bersama dalam keadaan apapun?”, tanya Argha, “iya, kita memang bersama, bedanya mungkin lebih baik kita menamai cinta kita sebagai hubungan kakak adik saja, karena aku tau, disana kamu tidak pernah tenang, kamu selalu memikirkanku, dan sebagai gantinya kamu selalu menceritakan semua itu kepada Icha, gha..mungkin akan lebih baik kalau kamu sama Icha, jujur, aku masih belum bisa ikhlas untuk melepaskanmu bersama Icha, tapi ini semua demi kebaikan kita semua”, jelasku sambil memanggil Icha, “Cha, aku titip Argha ya?jaga dia”, pesanku pada Icha, “kamu menyerahkan Argha kepadaku, memangnya Argha barang yang bisa diserahkan?”, jawab Icha yang terpancing emosi, “Argha memang bukan barang, dia manusia, sama seperti kita, dan aku nggak mau kalau Argha terbebani dengan jarak antara aku dan dia, karena itu sama saja aku membunuhnya secara perlahan, jadi aku minta sama kamu, jadilah penggantiku di hati Argha, dan aku akan mencoba mengikhlaskannya karena aku nggak mau ada orang yang sedih di balik kebahagiaanku dengan Argha”, ucapku, “kamu baik banget sih Vir!, padahal kita baru kenal tadi!”, ucap Icha sambil memelukku, “yaudah kalau gitu aku pergi dulu, semoga kalian bahagia”, pesanku, akupun segera pergi meninggalkan Argha dan Icha. Dalam perjalanan pulang, air mataku tak henti-hentinya untuk keluar, malah semakin deras, Kevin sahabatku ikut prihatin dengan hubunganku yang kandas karena orang ketiga, “Vir, apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini?”, tanya Kevin, “iya, aku yakin..aku nggak mau ada orang yang tersakiti dibalik kebahagiaanku”, jawabku, “tapi Argha kan lebih mencintai kamu di banding Icha?”, tanya Kevin, “iya aku tau, dan mungkin mulai saat ini Argha akan belajar melupakanku dan belajar untuk mencintaai Icha seperti dia mencintaiku, sudahlah, ngggak usah dibahas”. Jelasku. Sesampainya dirumah, aku langsung mengucapkan terima kasih pada kevin dan langung menuju ke kamar, “maafin aku gha, aku melakukan ini semua demi kebaikan kamu, aku nggak mau kamu tau tentang aku, aku juga nggak mau kamu terbebani oleh masalahku”, tulisku di buku harianku. Sudah hampir 1 bulan aku nggak ada kontak dengan Argha, saat itulah aku merasakan kekosongan dalam hatiku “ya Allah...berikanlah aku ke ikhlasan untuk melepas Argha”, ucapku dalam hati. saat di sekolahan, aku melihat uni’ dan Bima temannya Argha, akupun segera menemui mereka dan menanyakan kabar Argha, “uni’....”, panggilku yang menghentikan langkah uni’ dan Bima, “Virda....gimana kabar kamu?”, tanya uni’ sambil memelukku dengan berlinangan air mata, saat itu suasana menjadi haru, “aku gak papa, uni’ aku mau tanya, gimana kabarnya Argha? Apa dia bahagia?”, tanyaku yang berusaha menyembunyikan kesedihanku, “Argha bahagia dengan orang yang mencintainya”, jawab uni’, “alhamdulillah kalau gitu”, ucapku. Suasana sat itu menjadi hening, dalam hati aku berkata “syukurlah gha kalau kamu bahagia”, sementara itu Bima angkat bicara “kenapa kamu lakukan ini? Bukankah kamu juga mencintai Argha? lantas apa yang membuatmu melepaskan Argha begitu saja kepada orang lain?”, tanya Bima, aku hanya bisa diam, beberapa saat kemudian aku menjelaskan semuanya kepada uni’ dan Bima kalau aku memang masih mencintai Argha, tapi aku nggak mau Argha terbebani oleh masalah-masalah yang menimpaku. Hampir 3 bulan aku nggak beremu dengan Argha, rasanya hati ini begitu rindu, merindukan semua yang ada pada diri Argha, saat aku terapi di daerah dupak Surabaya, entah itu kebetulan atau tidak, aku bertemu dengan Argha dan Icha, “Argha?”, sapaku, “Virda?”, balas Argha, saat itu Argha reflek memelukku dan membuat Icha cemburu, setelah aku sadar kalau Icha cemburu, aku segera melepaskan pelukan Argha, “maaf, aku terbawa suasana”, jelasku. Kemudian Argha menanyakan kenapa aku berada di tempat ini, dan akupun segera menjelaskannya, barulah saat itu Argha mengerti kenapa aku menyerahkannya kepada Icha, karena aku nggak mau membebani dia dengan penyakitku ini. Akupun berbicara pada Icha, “Cha, aku minta maaf kalau selama ini aku punya salah sama kamu dan Argha, sekarang kamu sudah tau alasan aku menyerahkan Argha sama kamu, jadi aku minta tolong sama kamu, tolong jaga Argha ya! Bahagiakan dia, aku sudah ikhlas melepaskan Argha untuk kamu”, jelasku “iya Vir, aku akan menjaga Argha seperti apa yang kamu inginkan”.. saat itu aku segera meninggalkan Argha dan Icha untuk menjalankan terapiku, ku titipkan cintaku padanya. By : Emmon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar