Senin, 23 November 2015

PERTEMUAN YANG HILANG

PERTEMUAN YANG HILANG Matahari menjelma masuk kedalam kamarku yang pemiliknya masih tertidur lelap. Aku terbangun karena silaunya sinar yang menerpa mataku, “humh, udah pagi ya!” ucapku pada diri sendiri, Aku bergegas mandi dan menyambut kehidupan baruku sebagai seorang mahasiswi. Pagi ini, aku tak ingin sarapan. Aku hanya mengunjungi kakakku yang ternyata sedang menungguku untuk berangkat kuliyah. Hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliyah. Bisa bertemu banyak teman baru, mereka semua baik kepadaku. Saat aku berkenalan dengan salah satu temanku yang bernama Algea Radista, mataku teralihkan oleh satu sosok yang mungkin pernah aku kenal. Saat ku tatap pekat wajahnya ternyata dia adalah Aryo dwi Andhika yang biasa di panggil kak Aryo, dia adalah salah satu anggota BEM yang membimbingku saat Ospek kemarin, “dia kan…”, gumamku dalam hati, “halo? kenapa melongo gitu Vir?”, tanya Gea sambil melambai-lambaikan tanganya di depan wajahku, “emm…”, aku tersentak olehnya, “kenapa?”, tanya Gea penasaran, “oh, ga… gak pa… papa”, kataku gagap. Gea memandangiku dengan wajah bingung. Seperti otaknya penuh dengan tanda tanya. Saat kuliyah, aku dan Gea mengikuti jejak langkah kak Roy, yaitu menjadi anggota BEM dan kebetulan saat itu kak Roy belum lengser dari jabatannya menjadi wakil ketua BEM. Semenjak aku bergabung dengan anggota BEM, banyak sekali kegiatan yang harus dilakukan setelah jam belajar berakhir, aku dan Gea selalu aktiv dalam organisasi ini, hingga suatu hari aku kembali bertemu dengan kak Aryo. Hari ini semua anak BEM harus berkumpul untuk membahas kegiatan DIKLAT yang akan di laksanakan di kota Malang. Dalam musyawarah ini aku tidak bisa konsentrasi penuh pada materi yang di bahas, pandanganku selalu tertuju pada sosok cowok yang cool, yang pernah membimbingku saat aku OSPEK, yah...dia adalah kak Aryo. Dan disaat aku lagi asyik melihat kak Aryo, aku nggak tau kalau saat itu juga kak Roy sedang memperhatikanku, “hey... lihat siapa sih? Kok sampai nggak konsen ke materi?”, tanya kak Roy, “apaan sih...aku nggak lihat siapa-siapa kok!”, ujarku mengelak. Aku dan kak Roy pun kembali mendengarkan materi yang sedang berlangsung. Selama materi berlangsung, aku sempat mendengar bahwa kegiatan DIKLAT besok akan di bimbing langsung oleh MOTRAFED dari Surabaya, mendengar kata MOTRAFED aku sangat senang karena MOTRAFED adalah sebuah lembaga yang pernah membimbingku saat aku SMA dulu, dan dengan begitu aku bisa bertemu lagi dengan kak Dodhy. Setelah musyawarah selesai, pengurus BEM memutuskan bahwa kegiatan DIKLAT akan dilaksanakan di pondok Darussalam, lawang, Malang, dan akan diberangkatkan pada tanggal 07 Oktober 2011 dan berakhir pada tanggal 09 Oktober 2011, setelah diputuskan semuanya, semua pengurus BEM diperbolehkan untuk meninggalkan pertemuan dan diperbolehkan untuk meninggalkan kampus untuk mempersiapkan peralatan yang harus dibawa saat kegiatan DIKLAT berlangsung. Sesampainya di rumah, segera ku siapkan semua peralatan yang harus ku bawa saat DIKLAT besok, tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan, “pasti kak Roy”, tebakku “iya, sebentar!”, sahutku sembari berjalan dari serambi kamar, “ada apa kak?”, tanyaku sembari membukakan pintu, “Vir sebaiknya kita sekarang ke dokter dulu buat periksa kesehatan kamu, agar kamu bisa ikut DIKLAT dengan sehat, gimana?”, tanya kak Roy, “yaudah kalau gitu, kita berangkat sekarang aja!”, jawabku. Aku dan kak Roy segera berangkat ke dokter yang menanganiku untuk chek up sekaligus untuk menebus obatku. Sesampainya di rumah, ku lihat obatku dan ku tanyakan suatu hal pada kak Roy, “kak, apa aku harus membawa obat ini?”, tanyaku, “ya jelas dong, klau kamu nggak bawa obat bisa-bisa kamu down dan nggak bisa ikut DIKLAT, dan kalau kamu sakit kamu nggak bisa ketemu kak Dodhy, apa kamu mau seperti itu?”, tanya kak Roy, aku hanya menggelengkan kepalaku, “kalau gitu sekarang kamu istirahat, biar besok badan kamu fit. Ok!”, ucap kak Roy. Akupun menuruti semua omongan kak Roy, dan akupun segera istirahat. Keesokan harinya, saat aku dan kak Roy berangkat kuliyah, kita masih menerima pelajaran seperti biasanya, karena peserta DIKLAT di berangkatkan setelah sholat jumat, saat jam istirahat, seluruh pengurus BEM berkumpul di ruang auditorium, sedangkan pengurus BEM yang cowok harus menunaikan sholat jumat di masjid al amin yakni masjid di kampusku. Usai sholat jumat, seluruh pengurus BEM segera masuk ke dalam mobil dan perjalanan ke kota Malang akan dimulai. Dalam perjalanan, seluruh teman-teman BEM sangat gembira, perjalanan menuju kota Malang menempuh waktu hampir 3 jam lebih dan untuk menepis rasa bosan dalam mobil, kita semua bernyanyi bersama, saking merdunya sampai-sampai membuat seluruh penghuni mobil tertidur pulas, kecuali pak sopir. :D, dan beberapa jam kemudian kita semua sampai di kota Batu alias kota Malang. “Malang.....i’m comming............!!”, teriak teman-teman BEM. Setelah sampai di tempat tujuan, aku dan teman-temanku segera turun dari dalam mobil. Kita sampai di tempat tujuan sekitar pukul 17.15 WIB, aku dan teman-temanku segera mencari masjid untuk menunaikan ibadah sholat Ashar, usai melakukan sholat Ashar, suara mengaji sudah terdengar dan itu merupakan tanda bahwa Maghrib akan tiba. Dan adzan maghrib pun telah berkumandang, aku dan yang lainnya segera melaksanakan kewajiban kami sebagai orang muslim yaitu mengerjakan sholat. Usai sholat berjamaah kami berkumpul dan mendapat pengarahan dari pembimbing kami yaitu Motrafed dari Surabaya. Saat itu aku sangat sedih sekali, ”ya Allah.., apakah kak Dodhy masih mengingatku?”, tanyaku dalam hati, tapi aku berusaha menghilangkan kegelisahan itu. Disini udara terasa sangat dingin, aku berusaha menahan dingin itu, tapi tubuhku tidak bisa, aku begitu kedinginan, “Vir, apakah kamu sakit?”, tanya kak Dodhy, dalam hati aku sangat bersyukur, ternyata kak Dodhy masih mengingatku, “tidak kak, aku Cuma kedinginan kok!” jawabku, “kalau begitu pakai jaketnya, biar tidak kedinginan dan juga biar kamu tidak sakit”, ujar kak Dodhy, “baik kak..” jawabku. Akupun segera mengambil jaket yang ada di dalam ranselku dan segera memakainya. Beberapa saat kemudian kakak-kakak Motrafed membagi kelompok kepada peserta DIKLAT, dan aku berada di kelompok 4. Usai pembagian kelompok, seluruh peserta diperbolehkan untuk istirahat di asrama, jalan menuju asrama menurun, sampai di asrama seluruh peserta diharapkan segera menuju ke ruang auditorium untuk mendapat pengarahan selanjutnya. Saat itu terdapat acara pembukaan DIKLAT, pemberian kartu anggota, dan materi tentang BEM. Setelah selesai mendapat pengarahan, seluruh peserta segera mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat isya’, usai melaksanakan sholat isya’, peserta harus segera menuju ke ruang makan, aku sangat senang karena bisa bertemu lagi dengan kak Dodhy, tapi disisi lain aku sangat sedih karena aku tidak bertemu dengan kak Roy. Setelah aku mengambil nasi dan lauknya, aku segera menuju ke meja makan di temani sahabatku, Gea, “ Ge, kak Roy mana ya? kok dari tadi aku nggak ketemu dia?”, tanyaku kepada Gea, “mungkin kakak kamu lagi beresin barang-barangnya di asrama”, jawab Gea, “tapi kok lama ya?”, ucapku, “sudahlah…sekarang kamu makan dulu, oke!”, bujuk Gea, “tidak, aku males makan, aku mau cari kak Roy”. Aku langsung meninggalkan ruang makan, dan berlari sambil menangis. Kak Dodhy yang melihatku menangis segera mengejarku, “Virda…Tunggu…!!”, seru kak Dodhy dari kejauhan, “Virda mau cari kak Roy, Virda kangen sama kak Roy”, jawabku. Aku berlari sampai aku menabrak seseorang, dan ternyata orang itu adalah kak Roy, “kakak…kakak kemana saja?”, tanyaku sambil memeluk kakakku, “kakak habis beres-beres di asrama, kamu kenapa? kok nangis?”, tanya kak Roy, “Virda kangen sama kakak”, jawabku, “ya udah…sekarang kita ke ruang makan yah! kamu kan belum makan!”, ajak kak Roy. Sementara itu kak Dodhy tersenyum lega melihatku tersenyum. Akhirnya aku dan kakak Roy menuju ruang makan dan kamipun makan bersama. Usai makan, aku dan kak Roy kembali ke asrama. Dalam perjalanan menuju asrama, ku peluk erat kak Roy, dan di sampingku ada Gea dan kak Dodhy, “Vir…udah dong pelukannya, kamu nggak malu sama kak Dodhy? Virda…Vir…?”, kak Roy pun melihatku, dan ternyata saat itu wajahku sangat pucat, “Vir…kamu kenapa? jawab kakak Vir!”, tanya kak Roy, “ada apa Roy?”, tanya kak Dodhy khawatir, “tidak tahu kak…wajah Virda pucat dan menggigil”, jelas kak Roy, “apa Virda sakit?”, tanya kak Roy pada Gea dan kak Dodhy, “mungkin Virda kedinginan Roy, sekarang cepat bawa Virda ke dalam asrama”, jelas kak Dodhy. Sementara itu kak Roy segera membawaku ke dalam asrama. Sesampainya di asrama, aku hanya kedinginan, dan tidak lama kemudian akupun tertidur. Keesokan harinya sekitar pukul 03.00 WIB, semua peserta harus sudah berkumpul di lapangan untuk melakukan apel pagi, aku tahu kalau aku tidak bisa terkena dinginnya angin malam, tapi aku harus berusaha melawan dinginnya angin malam itu, aku terpaksa untuk ikut apel pagi. Saat kegiatan apel berlangsung, terjadi bentak membentak, dan itu di akibatkan karena ada peserta yang terlambat, akhirnya kakak Motrafed sepakat untuk memberi hukuman kepada seluruh peserta dan para peserta diberi hukuman pompa bumi sebanyak 500 kali, aku yang saat itu sangat lemah, mencoba bicara pada Gea, “Ge, aku sudah tidak sanggup lagi”, bisikku pada Gea, “sabar Vir, tinggal sedikit lagi, sabar yah!”, kata Gea. Usai melakukan pompa bumi, aku sudah tidak sanggup untuk berjalan, dan akhirnya Gea membopongku. Dan kini pandanganku kabur, sampai di depan asrama, aku jatuh pingsan. Kak Dodhy yang mengetahui bahwa aku pingsan, ia pun langsung membawaku masuk ke asrama. Sudah 4 jam lebih aku belum juga sadarkan diri, tapi saat aku sadar, aku tidak diperbolehkan untuk mengikuti olahraga dan permainan. Pada pukul 08.15 WIB, kak Roy menjemputku untuk makan pagi, saat itu keadaanku sudah membaik, usai makan pagi, aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan out bond. Saat itu kegiatan berlangsung sampai sore hari. Aku sangat senang karena bisa bersama kak Dodhy, pada sore harinya peserta mengadakan permainan yaitu mendirikan bendera merah dengan tiang dari tongkat pramuka, permainan itu sangat seru dan menyenangkan, usai permainan itu ada juga sebuah permainan yang menunjukkan sebuah kekompakan. Setelah permainan selesai, para peserta DIKLAT segera mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat ashar, beberapa saat kemudian maghrib telah tiba, peserta DIKLAT segera menunaikan sholat maghrib. usai melakukan sholat, aku dan Gea segera menuju ke ruang makan, entah kenapa saat itu ingin sekali aku menangis, “Vir, kamu kenapa?”, tanya Gea, “aku tidak apa-apa Ge, aku tidak tau, aku ingin sekali menangis, perasaanku juga nggak enak”, jelasku, “memangnya ada apa? kamu bisa cerita sama aku”, ucap Gea, “ini adalah saat terakhirku bersama kak Dodhy, aku tahu disetiap kali pertemuan pasti ada perpisahan, tapi perpisahan ini sakit sekali buatku”, terangku, “kamu yang sabar saja, sekarang hapus air mata kamu dan sekarang kita ke ruang auditorium, karena jadwal malam ini adalah renungan”, bujuk Gea, “baiklah”, jawabku. Saat itu aku dan Gea segera masuk kedalam ruang auditorium. Setelah sampai di ruang auditorium, acara renungan segera dimulai, kakak-kakak Motrafed menceritakaan kisah tentang IBU, dan mereka menghipnotis semua peserta, semua peserta terhipnotis, saat itulah kakak-kakak Motrafed menceritakan tentang “PERJUANGAN SEORANG IBU UNTUK ANAKNYA”. Setelah peserta terbangun, kakak-kakak Motrafed memutar lagu yang berjudul, “Doa untuk ibu”, Semua peserta menangis, bahkan karena tangisan itu, ada seorang mahasiswi yang pingsan, yang jelas bukan aku. Mereka berharap bahwa ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga. Usai renungan itu, semua peserta menunaikan sholat, dimana di dalam sholat itu terdapat sebuah do’a agar Allah mengampuni dosa kedua orang tua kita. Keesokan harinya setelah olahraga dan makan pagi, semua peserta kembali berkumpul di ruang auditorium. Saat itu acara penutupan akan segera dimulai. Tapi sebelum acara penutupan berlangsung, kakak-kakak Motrafed menginginkan agar semua peserta menulis sepucuk surat buat orang-orang yang mereka sayang. Isak tangis mulai mengguncang hatiku, itu bukan karena surat itu, melainkan karena perpisahanku dengan kakak-kakak Motrafedku. Pada acara akhir, aku tidak henti-hentinya menangis, disaat kakak-kakak Motrafed meminta maaf kepada seluruh peserta, isak tangispun kembali terjadi, lagu dari peterpan yang berjudul “Tentang Kita”, kini semakin mengguncang perasaanku. Saat kak Dodhy berada di depanku, aku tidak berani memandangnya, aku hanya bisa menangis dan menangis, kak Dodhy hanya bisa meminta maaf dengan suara paraunya karena menahan air matanya, “maafin kakak ya Vir…! jangan nangis dong!”, pinta kak Dodhy. Kini tangisku semakin menjadi-jadi bahkan tidak bisa berhenti, kak Roy hanya memeluk dan berusaha menenangkanku. Setelah acara selesai kak Dodhy meminta kepada salah satu guru Virda untuk menfoto dia dan aku, usai mengabadikan kenangannya, aku dan kak Dodhy segera menuju ke ruang makan, saat itu aku masih saja menangis, bahkan selera makanku menjadi hilang. Akhirnya kak Roy turun tangan, kak Roy berusaha membujukku untuk makan, tapi aku tetap tidak mau dan akhirnya kak Roy pun menyuapiku, bisa di bilang kalau aku ini adalah anak yang minta dimanja oleh kakakku. Setelah makan, seluruh peserta bersiap-siap untuk pulang. Di dalam perjalanan pulang, aku masih saja mengeluarkan air mataku, aku masih ingat saat di hari yang kedua, aku jalan-jalan mengelilingi taman buah naga bersama kak Dodhy dan juga dengan kak Roy. Tapi itulah kenyataannya, kini aku harus berpisah dengan kakak-kakak Motrafed termasuk dengan kak Dodhy. Beberapa jam kemudian aku dan teman-temanku sampai di sekolahan dan akhirnya kami semua pulang ke rumah masing-masing. Dan satu hal yang dapat aku ambil dari semua kejadian ini, bahwa di dalam dunia ini kita tidak sendiri, kita tak perlu takut kehilangan seseorang, kita tak perlu takut melepaskan atau hidup tanpa kehadiran seseorang yang berarti dalam hidup kita, karena semua itu hanyalah titipan dari tuhan yang maha kuasa, yang suatu saat pasti kita harus melepaskannya. Dan satu hal, takutlah kehilangan seseorang yang mencintaimu..Takutlah kehilangan seseorang yang mengasihimu. Karena dia adalah orang yang selalu memperhatikanmu, orang yang selalu mengkhawatirkanmu, orang yang selalu menyayangimu, orang yang selalu mencintaimu, orang yang selalu ingin membuatmu bahagia, takutlah kehilangannya. Berterima kasihlah saat ini kepadanya, karena dia benar-benar orang yang menyayangimu. Bersyukurlah pada Allah, karena DIA telah memberimu seseorang yang menyayangimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar