Senin, 23 November 2015

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai seorang manusia hendaknya kita mengetahui bahwa Allah SWT menciptakan makhluk - makhluk nya untuk saling membantu. Oleh karena itu kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan pentingnya bermasyarakat karena manusia adalah makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu, keluarga, dan masyarakat oleh karenanya manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Masyarakat merupakan wadah berkumpulnya individu-individu yang hidup secara sosial, masyarakat terdiri dari ‘Saya’, ‘Anda’ dan ‘Mereka’ yang memiliki kehendak dan keinginan hidup bersama. Kita tahu dan menyadari bahwa manusia sebagai individu dan makhluk sosial serta memahami tugas dan kewajibannya dalam setiap tatanan kehidupan berkelompok dan dalam struktur dan sistem sosial yang ada. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari Individu? 2. Apa pengertian dari keluarga? 3. Apa pengertian dari masyarakat? 4. Apa fungsi dari individu? 5. Apa fungsi dari keluarga? 6. Apa fungsi dari masyarakat? 7. Apa hubungan individu, keluarga dan masyarakat? 8. Apa karakteristik individu, keluarga dan masyarakat? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui pengertian dari Individu. 2. Untuk mengetahui pengertian dari keluarga. 3. Untuk mengetahui pengertian dari masyarakat? 4. Untuk mengetahui fungsi dari individu? 5. Untuk mengetahui fungsi dari keluarga? 6. Untuk mengetahui fungsi dari masyarakat? 7. Untuk mengetahui hubungan individu, keluarga dan masyarakat? 8. Untuk mengetahui karakteristik individu, keluarga dan masyarakat? BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN 1. Individu Kata “individu” berasal dari kata latin, yaitu individiuum, “berarti “yang tak terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan – kenyataan hidup yang istimewa, yang tak seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. 2. Keluarga Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus keperluan hidupnya sendiri. Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerja sama ekonomi. Fungsi keluarga adalah berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat orang – orang tua (jompo). Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti ”nuclear family” terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. (Ki Hajar Dewantara) Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.(Menurut Salvicion dan Ara Celis). Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah : • Unit terkecil dari masyarakat • Terdiri atas 2 orang atau lebih • Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah • Hidup dalam satu rumah tangga • Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga • Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga • Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing • Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan 3. Masyarakat Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Para ahli seperti Maclver, J.L. Gillin, dan J.P. Gillin sepakat, bahwa adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai – nilai, norma – norma, cara – cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berintaraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Untuk arti yang lebih khusus masyarakat disebut pula kesatuan sosial, mempunyai ikatan – ikatan kasih sayang yang erat. Mirip jiwa manusia, yang dapat diketahui, pertama melalui kelakuan dan perbuatannya sebagai penjelmaannya yang lahir, kedua melalui pengalaman batin dalam roh manusia perseorangan sendiri. Bahkan memperoleh “superioritas”, merasakan sebagai sesuatu yang lebih tingi nilainya daripada jumlah bagian – bagiannya. Sesuatu yang “kokoh-kuat”, suatu perwujudan pribadi bukan di dalam, melainkan luar, bahkan di atas kita. B. FUNGSI 1. Individu • Melengkapi kekurangan yang ada pada individu lainnya. • Individu sebagai Anggota Keluarga dan Masyarakat • Bertanggung jawab atas diri sendiri • Setiap individu harus berperilaku atau berperan sesuai dengan kedudukannya • Dll 2. Keluarga  Fungsi Afektif Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota kelurga.  Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.  Pengaturan Seksual Dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi apabila tidak ada pengaturan seksual. Misalnya anak tidak mempunyai ayah yang sah, atau ayah yang salah, maka kewajiban – kewajiban itu menjadi kacau atau tidak dijalankan, atua bertentangan dengan kewjaiban – kewajiban yang telah ditetapkan. William J. Goode (1983) telah menyusun jenis – jenis penyimpangan sosial pengaturan seksual menurut tingkat ketidaksetujuan sosial atau menurut ketidak setujuan sosial atau menurut ketidak seimbangan dalam struktur sosial. Jenis – jenis penyimpangan adalah : a) Hidup bersama atas dasar suka sama suka (“Kumpul Kebo”). b) Pergundikan. c) Hubungan seorang bangsawan dengan gundiknya (zaman pra industri masyarakat Barat) atau raja dengan selir. d) Melahirkan anak pada masa tunangan. e) Perzinahan, sang lelaki sudah menikah. f) Kehidupan bersama seorang yang bertarak (celibat, pastoral, biarawan, menahan hawa nafsu) dengan orang lain yang juga hidup bertarak atau dengan yang tidak bertarak. g) Perzinahan, sang wanita sudah menikah. h) Perzinahan, kedua – duanya sudah menikah. i) Kehidupan bersama seorang wanita kasta tingi dengan lelaki kasta rendah. j) Incest (hubungan seksual dalam satu keluarga), saudara lelaki dengan saudara perempuan. k) Incest, bapak dengan anak perempuan l) Incest, ibu dengan anak laki – laki.  Reproduksi Berkembangnya teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi program keluarga berencana, dapat pula menimbulkan masalah terpisahnya kepuasan seksual dengan pembiakan. Kehadiran anggota baru dapat dipandang sebagai penunjang atau malapetaka, bagi masyarakat tani dapat dikatakan menunjang, terutama dalam penyediaan tenaga kerja.  Sosialisasi Manusia sebagai makhluk dalam evolusinya lebih bergantung kepada kebudayaan, dan bukan kepada naluri atau insting.  Pemeliharaan Masa kehamilan yang cukup panjang disertai masa kritis dan tugas menyusui berlarut – larut, membuat ibu yang sedang hamil perlu perlindungan dan pemeliharaan.  Penempatan Anak didalam Masyarakat Jangan menentukan penempatan sosial seorang anak, pengaturan wewenang membantu menentukan kewajiban peranan orang – orang dewasa terhadap sang anak. Anak merupakan simbol berbagai macam hubungan peran yang penting di antara orang – orang dewasa.  Pemuas Kebutuhan Perseorangan Hubungan suami – istri dibentuk oleh jaringan teman – teman dan anak di tempat mereka hidup, tetapi teman tidak dapat menggantikan kepuasan hubungan suami – istri dengan anaknya.  Kontrol Sosial Keluarga yang berfungsi dalam sosialisasi, yaitu bagi setiap individu pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntutan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. 3. Masyarakat  Fungsi Masyarakat Dalam Kehidupan Individu masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendiri dan tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku umum. Masyarakat yang dipindahkan oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir tentang masyarakat itu sendiri. Sebelum individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada. Oleh karena itu masyarakat itu tidak terikat pada individu yang memikirkannya.  Fungsi pemeliharaan pola Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai suatu sistem sosial dengan subsistem kultural. Fungsi ini mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi masyarakat sambil menyediakan dasar dalam berprilaku menuju realitas yang tinggi.  Fungsi interaksi Fungsi ini mencakup koordinasi yang diperlukan antara unit-unit yang menjadi bagian dari suatu stem sosial. Khususnya yang berkaitang dengan kontribusi unit-unit pada organisasi dan fungsinya unit-unit terhadap keselurahan sistem.  Fungsi untuk tujuan/pencapaian tujuan Fungsi ini mengatur hubungan antar masyarakat sebagai sistem sosial dengan subtansi kepribadian.  Fungsi adaptasi Menyangkut hubungan antara masyarakat dengan sistem sosial dengan subsistem organisasi tindakan dengan alam psiko- organik C. HUBUNGAN 1. Hubungan Individu dengan Dirinya Merupakan masalah khas psikologi. Di sini muncul istilah – istilah Ego, Id, dan Superego serta dipersonalisasi (apabila relasi individu dengan dirinya adalah seperti dengan orang asing saja), dan sebagainya. Dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian yang disebut “Id” atau “es” (Jiwa ibarat gunung es di tengah laut), Ego atau “aku”, dan superego atau uber ich. Id adalah wadah dalam jiwa seseorang, berisi dorongan primitif dengan sifat temprorer yang selalu menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan demi kepuasan. Contohnya seksual atau libido. Ego bertugas melaksanakan dorongan - dorongan Id, tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan dan Superego. Egod alam tugasnya berprinsip pada kenyataan relative principle. Superego berisi kata hati atau conscience, berhubungan dengan lingkungan sosial, dan punya nilai – nilai moral sehingga merupakan kontrol terhadap dorongan yang datang dari Id. Karena itu ada semacam pertentangan antara Id dan Superego. Bila ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan dari id dan larangan dari superego, maka individu akan mengalami konflik batin yang terus menerus. Untuk itu perlu kanalisasi melalui mekanisme pertahanan. Demikian psikoanalisa sebagai teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud (1856 – 1939), sarjana berkebangsaan Jerman. 2. Hubungan Individu dengan Keluarga Individu memiliki relasi mutlak dengan keluarga. Ia dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan berkembang untuk kemudian membentuk sendiri keluarga batinnya. Terjadi hubungan dengan ibu, ayah, dan kakak – adik. Dengan orang tua, dengan saudara – saudara kandung, terjalin relasi biologis yang disusul oleh relasi psikologis dan sosial pada umumnya. Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan resultan dari relasi biologis, psikologis, dan sosial. Relasi khusus oleh kebudayaan lingkungan keluarga dinyatakan melalui bahasa (adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, bahkan nilai-nilai agama sekalipun). Masalah kekerabatan seperti adanya marga dan keluarga besar banyak dibahas dalam antropologi, yang menunjukkan kelakuan dan tindakan secara tertib dan teratur dalam berbagai deferensi peran dan fungsinya melalui proses sosialisasi atau internalisasi. 3. Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makor. Aspek teritorium kurang ditekankan. Namun aspek keteraturan sosial dan wawasan hidup kolektif memperoleh bobo yang lebih besar. Kedua aspek itu munjuk kepada derajat integrasi masyarakat karena keteraturan esensial dan hdup kolektif ditentukan oleh kemantapan unsur – unsur masyarakat yang terdiri dari pranat, status, dan peranan individu. Variabel – variabel tersebut dipakai dalam mengkaji dan menjelaskan fenomena masyarakat menurut persepsi makro. Sifat makro diperoleh dari kenyataan, bahwa masyarakat pada hakiaktnya terdiri dari sekian banyak komunias yang berbeda, sekaligus mencakup berbagai macam keluarga, lembaga dan individu – individu. Hubungan individu dengan masyarakat dalam persepsi makro lebih bersfiat sebagai abstraksi. Kejahatan dalam masyarakat mako merupakan gejala yang menyimpang dari norma keteraturan sosial, sekaligus dapat berperan sebagai indikator tinggi – rendahnya keamanan lingkungan untuk penghuni dan golongan masyarakat dari status tersebut. Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutup negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta bergairah. D. KARAKTERISTIK INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT  Karakteristik Keluarga • rumah tangganya berlandaskan taqwa, dan taat sepenuhnya kepada wahyu. • rumah tangga yang senantiasa bersih, dan terbebas dari serangga dan sampah. • Rumah tangga yang berdiri di atas pondasi kuat berupa ketenangan, cinta dan kasih saying. • Rumah yang ideal harus mampu memberikan tempat tidur sendiri bagi anak-anaknya. • Rumah tangga yang baik manakala anggota-anggotanya saling bekerjasama dalam masing-masing melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. • Jauh dari sikap boros (sederhana). BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setiap individu, keluarga dan masyarakat memiliki hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, norma, dan aturan-aturan diantara komponen-komponen tersebut. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu keluarga dan masyarakat yang menjadi latar belakang keberadaannya. Begitupun sebaliknya, individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada. B. Saran Sebagai penyusun kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini maka dari itu kami memohon kritik dan saran bagi pembaca. Manusia sebagai makhluk individu, keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya dapat dikatakan sebagai makhluk social yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Dan manusia sebagai makhluk social harus memahami tugas dan kewajibannya yaitu mentaati setiap tatanan kehidupan berkelompok dan dalam struktur dan system social yang ada. DAFTAR PUSTAKA a) http://ilmugreen.blogspot.com/2012/06/fungsi-keluarga.html b) http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga c) http://arbip.blogspot.com/2009/12/pengenalan-tentang-masyarakat-industri.html d) htt://cahyamenethil.wordpress.com/2010/10/14/individu-keluarga-masyarakat/ e) http://celoteh-galang.blogspot.com/2012/10/pengertian-individu-keluarga-masyarakat.html f) http://r0edin.blogspot.com/2011/01/pengertian-penjelasan-masyarakat-multi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar