Rabu, 14 Agustus 2013

CINTA HITAM


CINTA HITAM
          Malam ini begitu gelap, tidak ada cahaya bintang, bulanpun tak menampakkan diri. Seperti halnya dengan aku yang duduk sendirian tanpa seorang teman. Aku masih teringat dengan wajah Dika yang muram saat teman-teman sekelas menulis namaku dengan nama Dika di papan tulis, “apa segitu bencinya kamu sama aku Dik? Aku tau, aku memang nggak pantas memilikimu dan aku juga tau diri bahwa aku tidak akan pernah bisa memilikimu, tapi setidaknya aku masih bisa melihat senyummu itu”, gumamku dalam hati, semenjak Dila mencoba mempengaruhi Dika dengan omongan yang tidak-tidak tentangku, sejak itulah Dika mulai membenciku, bahkan jarak antara aku dan Dika kini mulai menjauh.
            Aku masih ingat, saat pelajaran telah usai banyak sekali sindiran dan cercaan yang menghampiriku, aku mencoba untuk tegar, tapi lama kelamaan tiang ketegaranku mulai rapuh, aku sudah nggak bisa menahan emosiku lagi. Saat jam pelajaran kosong, Dila dan teman-temannya berkata di depan kelas “hey teman-teman, kalian tau nggak kalau di kelas kita ini ada yang lagi jatuh cinta?”, suasana yang awalnya ramai kini menjadi hening, semua saling bertatapan, “aku tau, masalah besar akan menghampiriku”, kataku pada Itha sahabatku, “kamu yang sabar ya!disini kamu nggak sendiri, ada aku, Mirtha, chipie, Fitri, Eki, kita akan membantumu”, ucap Itha yang berusaha menenangkanku, kini semua pandangan tertuju pada Dila “kalian tau siapa orangnya?”, lanjut Dila, “dia adalah Virda, adiknya kak Rey yang cakep itu lho..”. saat itu semua pandangan beralih padaku, “hei, apa-apaan ini? kamu mau cari masalah ya sama aku?, ayo aku nggak takut”, tanya Mirtha sahabatku, saat itu emosi Mirtha telah meledak, dia menghampiri Dila dengan keadaan marah, pertengkaranpun mulai terjadi antara Mirtha dan Dila dan tidak seorangpun yang berani melerainya, “eh Mir, aku nggak ada urusan ya sama kamu!”, ucap Dila, “iya, kamu memang nggak ada urusan sama aku, tapi sekarang kamu cari masalah sama aku”, jawab Mirtha yang semakin panas, “cari masalah?eh cory ya, aku itu Cuma ada urusan sama Virda bukan sama kamu”, jawab Dila ketus, “asal kamu tau, urusan Virda itu juga urusanku”, jawab Mirtha, sementara itu Virda hanya terdiam, “kamu ada masalah apa sama Virda?”, tanya Mirtha, “asal kamu tau, Virda telah merusak hubunganku dengan Dika”, kata Dila dengan nada tegas.
            Saat mendengar nama Dika, Virda segera berdiri menghampiri Dila dan Mirtha, “apa katamu?aku menghancurkan hubungan kamu sama Dika?”, ucap Virda sambil menunjuk Dika, “oke, aku minta maaf”, tanpa aku sadari air mata yang sejak tadi ku bendung kini telah tumpah dan membasahi pipiku, “sekarang masalahnya sudah bereskan?”, tanyaku, “belum, kamu harus minta maaf dulu sama Dika di depan teman-teman, baru setelah itu masalahnya akan selesai”, jawab Dila “oke”, akupun menyetujui kata-kata Dila, dalam hati aku menangis, “hei, katanya mau minta maaf, ayo cepat!”, seru Dila, akupun segera menuju ke bangku Dika, “maafin aku karena telah merusak hubungan kamu dengan Dila”, ucapku pada Dika, “bagus, sekarang kamu boleh balik ke bangkumu”, kata Dila.
            Aku nggak tau kenapa air mata ini bisa mengalir deras seperti ini, “sabar ya!aku yakin kamu pasti bisa”, kata Itha sambil memelukku, “aku nggak tau harus gimana lagi, aku sudah mencoba untuk selalu mengalah di depan mereka, dan semua itu aku lakukan demi kebaikan Dika”, akupun menumpahkan rasa sedihku dipelukan Itha, sahabatku. Akupun menulis sebuah kata “hangat luka yang kau beri masih terasa!!hembusan cinta yang terabaikan masih mampu membuatku damai, meskipun kau telah melukai dan kau ulur tangis ini, entah mengapa aku masih mampu bertahan untuk menyayangimu, meskipun kamu telah dalam pelukannya, mungkin dia yang terindah dalam hidupmu”.
            Tiba-tiba bel istirahat berbunyi, kak Rey menunnguku di depan ruang kelas, dan ternyata itu bukanlah bel istirahat melainkan bunyi klakson mobil kak Rey, ternyata aku terbawa oleh lamunanku,“dek, cepat buka pintu pagarnya”, ucap kak Rey dari luar, “iya kak sebentar”, akupun segera membuka pintu pagarnya, “kamu ngapain saja sih?kok lama banget?”, tanya kak Rey, “maaf kak, aku tadi ketiduran”, jawabku dengan alasan-alasan yang bermacam-macam, “yaudah, kamu lanjutin tidurnya”, ucap kak Rey sambil mencium keningku, akupun segera masuk ke kamar dan menulis kata-kata di diaryku.
            “malam ini ku sendiri lagi, kumerasakan hati yang sangat sepi, jiwa yang kosong, terasa sirnah semua angan-anganku dan mimpiku, salahkah aku memilih dia? Hitam putih dalam dunia percintaan tak mungkin bisa hilang seperti sebuah piano,seandainya kamu menyayangiku, maka siramlah hatiku dengan cinta dan kasihmu, tapi kenapa kau hanya diam membisu?semua orang menginginkan cinta yang nyata, bukan hanya dengan janji palsumu itu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar