Rabu, 14 Agustus 2013

TRAGEDI CINTA VIRDA


                                                TRAGEDI  CINTA VIRDA

Pagi yang cerah mengawali hari-hari Virda. Virda melihat Dika dan Eki sahabatnya sedang bersendah gurau dengan Sely, virdapun menghindar dari Dika. Saat itu Virda segera menuju ruang kelas Debi sahabat Virda “Debii....nanti sepulang sekolah latihan basket yuk!”, ajak Virda pada Debi, “aku sih bisa Vir, tapi kalau nanti kakak kamu marah gimana?” tanya Debi, “nanti aku akan bicara sendiri sama kak Rey, pokoknya pulang sekolah nanti kamu ke rumahku.ok?”, bujuk Virda, “baiklah,...!” jawab Debi.
Beberapa saat kemudian bel pulang berbunyi, Virda dan Debi pulang bersama, tapi sebelum pulang Virda dan Debi duduk di bangku taman untuk melihat Dika pulang “Vir, memangnya kamu nggak bosan apa menunggu disini sampai Dika pulang?” tanya Debi, “aku nggak akan pernah bosan bi, karena aku mencintainya”, jawab Virda sambil melihat Dika pulang, “sekarang Dika sudah pulang, kita cabut yuk!” ajak Debi, Virda dan Debi segera pulang. Dalam perjalanan pulang, debi menanyakan sesuatu pada Virda, “Vir, apakah hatimu nggak sakit melihat Dika bercanda dengan kedua sahabat ceweknya?” “tentu saja sakit bi, tapi aku bahagia melihat Dika bahagia”, jawab Virda sambil menyembunyikan perasaannya yang sakit, “kamu bohongkan Vir, sebenarnya hati kamu sakit bahkan teramat sakitkan kalau kamu melihat Dika bersendah gurau dengan sahabat ceweknya, iyakan?”, jawab Debi yang nggak terima dengan alasan Virda, “kamu ini apa-apaan sih?,udahlah gak usah dibahas, bentar lagi kita sampai nih”, ucap Virda.
Beberapa saat kemudian Virda dan Debi sampai di rumah, “tunggu bentar ya,aku  mau ganti baju dulu”, ucap Virda, usai ganti baju Virda segera mengetuk pintu kamar kak Rey “kak...aku mau latihan basket sama Debi, boleh nggak?”, tanya Virda “oke, tapi jangan lama-lama”, jawab kak Rey dari dalam kamarnya, Virda sangat senang sekali karena baru kali ini kak Rey membiarkannya bermain basket di luar rumah, iapun berlari ke ruang depan, “gimana Vir?”, tanya Debi penasaran, “oke, kita latihan” jawabnya sambil berlari ke lapangan basket dan disusul oleh Debi.
Sesampainya di lapangan basket, Virda dan Debi segera memulai latihan, dan kemudian kita istirahat dibawah pohon yang rindang, “Vir, apa sampoai sekarang kak Rey masih melarang kamu untuk mencintai Dika?”, tanya Debi, sejenak wajah Virda menjadi mendung, “iya, kakak masih melarangku untuk mencintai Dika, aku nggak tau kenapa kakak tidak menyukai Dika. Tapi sampai sekarang aku masih mencintainya dan mau nggak mau aku harus memendam perasaan ini,oya, ini simpan buku harianku ini dengan baik”, ucapnya sambil menyerahkan diarynya ke Debi, “Debi tidak mengerti maksut dari semua ini, “Vir, pulang yuk! Udah sore nih, nanti kak Rey marah gimana?”, ajak Debi, Virda hanya menganggukkan kepala.
Saat itu jalanan sangat sepi, tapi ketika Virda menyebrangi jalan tiba-tiba “Brakk...”sebuah mobil kijang Inova menabraknya, “Virdaaa...” teriak debi dsari kejauhan dan langsung menghampiri Virda yang tergeletak dengan darah yang berceceran. Saat itu Virda hanya bisa berkata “Di..ka..aku mencintainya”di ucapkan kata-kata itu dengan nada yang terbata-bata,tanpa berfikir panjang Debi segera menelfon kak Rey dan membawa Virda ke Rumah Sakit.
Sesampainya di Rumah Sakit, mereka membawa Virda ke ruang ICU, dokter segera memeriksanya, tapi saat dokter keluar, dokter malah mencari Dika, “maaf,mana saudara Dika? Virda selalu memanggil-manggil namanya, dan apakah bisa di panggilkan?” tanya dokter,akhirnya Debi mnelfon Dika “Dik, tolong aku, Virda masuk rumah sakit, dia butuh kamu”, pinta Debi, dengan tenang Dika mengikuti Debi pergi ke rumah sakit. Tapi naas, ketika mereka sampai di rumah sakit, Virda sudah nggak ada lagi, “kak, Virda kenapa?”, tanya Debi, tapi kak Rey hanya menggelengkan kepala, Debipun mengerti apa yang terjadi, saat itu juga Debi menyerahkan diary Virda ke Dika, “sebelum Virda meninggal, dia sempat memberikan diary ini ke aku”, ucap Debi. Dika segera membaca diaryku yang isinya “kak, maaf kalau Virda harus menyembunyikan perasaan ini, maaf kalau aku nggak bisa berhenti mencintai Dika, maafin Virda kak....”, dengan perasaan menyesal kak Rey menangis “tuhan...kenapa engkau mengambil adikku secepat ini? Maafkan aku tuhan..”, kata kak Rey, kini Dika tau kalau Virda memang benar-benar mencintai dia.
Saat pemakaman berlangsung, kak Rey masih sangat terpukul, begitu juga dengan Debi dan Dika, “Vir, aku tau kamu mencintai Dika,dan kini Dika sudah mengetahui semuanya, maka tidurlah dengan tenag sobatku, sungguh besar cintamu”, ulas Debi yang sejak tadi bicara sendiri diatas gunddukan tanah merah yang masih basah. Akhirnya Debi, Dika dan kak Rey pulang dengan kesedihan yang mendalam yang menyelimuti hati mereka.
                                                By : emmawati firdaus ( XI-IA-2 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar